Home » Kitab Suci » Kisah Bhikkhu Dhammika – Orang Bijaksana

Kisah Bhikkhu Dhammika – Orang Bijaksana

padamutisarana 23 Mar 2016 534

orang bijaksana tisarana dot net

Kisah Bhikkhu Dhammika (Dhammapada 6 : 84)
VI. Pandita Vagga – Orang Bijaksana

(84) Seseorang yang arif tidak berbuat jahat
demi kepentingannya sendiri ataupun orang lain,
demikian pula ia tidak menginginkan anak, kekayaan, pangkat
atau keberhasilan dengan cara yang tidak benar.
Orang seperti itulah yang sebenarnya luhur, bijaksana, dan berbudi.
——————————————————————————————————–

Dhammika tinggal di Savatthi bersama istrinya. Suatu hari, ia berkata kepada istrinya yang sedang hamil bahwa ia berkeinginan untuk menjadi seorang bhikkhu. Istrinya memohon kepadanya untuk menunggu sampai kelahiran anak mereka. Ketika anak tersebut lahir, ia kembali meminta kepada istrinya untuk memperbolehkannya pergi. Sekali lagi istrinya memohon kepadanya untuk menunggu sampai anak tersebut dapat berjalan.

Kemudian Dhammika berkata kepada dirinya sendiri, “Tidak ada gunanya bagiku meminta persetujuan dari istriku untuk menjadi bhikkhu, saya harus berjuang untuk kebebasanku sendiri!” Setelah membuat keputusan teguh, ia meninggalkan rumahnya untuk menjadi seorang bhikkhu. Sang Buddha memberikan objek meditasi kepadanya, dan ia mempraktekkan meditasi dengan sungguh-sungguh dan rajin, tak lama kemudian ia menjadi seorang arahat.

Beberapa tahun setelah itu, beliau menengok rumahnya dengan maksud untuk mengajarkan Dhamma kepada istri dan anaknya. Anaknya menjadi bhikkhu dan kemudian mencapai tingkat kesucian arahat. Sang istri kemudian berkata, “Sekarang suami dan anakku telah meninggalkan rumah, saya lebih baik pergi juga.” Dengan pikiran ini, ia juga meninggalkan rumah dan menjadi bhikkhuni, dan akhirnya ia juga mencapai tingkat kesucian arahat.

Dalam pertemuan para bhikkhu, Sang Buddha diberitahukan bagaimana Dhammika menjadi seorang bhikkhu dan mencapai tingkat kesucian arahat, dan karena melalui Dhammika, anak dan istrinya juga menjadi arahat. Kepada mereka Sang Buddha bersabda, “Para bhikkhu, orang bijaksana tidak menginginkan kekayaan dan kemakmuran yang diperoleh dengan cara tidak benar. Apakah hal itu dilakukan demi dirinya sendiri atau demi orang lain. Ia berjuang hanya untuk pembebasan dirinya dari roda tumimbal lahir (samsara) dengan cara memahami Dhamma dan hidup sesuai dengan Dhamma.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut :

“Na attahetu na parassa hetu
na puttam icche na dhanaṃ na raṭṭhaṃ
na iccheyya adhammena samiddhim attano
sa sīlavā paññavā dhammiko siyā.”
Seseorang yang arif tidak berbuat jahat
demi kepentingannya sendiri ataupun orang lain,
demikian pula ia tidak menginginkan anak, atau kekayaan, atau kerajaan
dengan berbuat jahat maupun kesuksesan dengan cara yang tidak benar.
Orang seperti itulah yang sebenarnya luhur, bijaksana, dan berbudi.
 

Kiriman WA dari PMd. Kennedy Siswanto-Ujung Pandang

Comments are not available at the moment.

Sorry, the comment form has been disabled on this page/article.
Related post
Berani Jujur Itu Hebat – Materi Sekolah Minggu Buddha – Roch Aksiadi

padamutisarana

17 Jul 2022

Gambar ilustrasi Pedagang yang Baik sedang berinteraksi Tisarana.Net  – 17 Juli 2022 – SMB Sidharta Vihara Padumuttara Tangerang Banten Pagi nan cerah di vihara daerah Kota Tangerang Provinsi Banten, terlihat sangat ramai para umat yang beribadah. Vihara ini sudah sangat terkenal di daerah Tangerang pada kususnya dan di Indonesia pada umumnya. Umat Buddha di Jabodetabek …

Apakah yang menjadi pemisah, pembagi, dan perbedaan diantara mereka?

padamutisarana

08 Nov 2019

Renungan Harian Agama Buddha Oleh : Ven. Shravasti Dhammika Seorang awam mengalami perasaan menyenangkan, menyakitkan, dan netral. dan demikian pula dengan siswa utama yang telah mendapatkan petunjuk. Jadi, apakah yang menjadi pemisah, pembagi, dan perbedaan diantara mereka? Bila seorang awam tersentuh oleh suatu perasaan menyakitkan, la gelisah dan bersedih hati, meratap. memukuli dadanya, menangis, dan …

Sigalovada Sutta – Ajaran Guru Buddha untuk Perumah Tangga

padamutisarana

26 Okt 2019

SIGALOVADA SUTTA Sumber : Sutta Pitaka Digha Nikaya Oleh : Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha Penerbit : Badan Penerbit Ariya Surya Chandra, 1991 Demikian yang telah kami dengar : 1. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berdiam di Rajagaha, di Vihara Hutan Bambu di Kalandakanivapa (Tempat Pemeliharaan Tupai). Pada waktu itu, Sigala Putra kepala keluarga, …

Kisah Murid Yang Tinggal Bersama Mahakassapa Thera

padamutisarana

12 Des 2017

👉Ketika Mahakassapa Thera bersemayam dekat Rajagaha, beliau tinggal bersama dua orang bhikkhu muda. Salah satu bhikkhu tersebut sangat hormat, patuh, dan taat kepada Mahakassapa Thera. Tetapi bhikkhu yang satu lagi tidak seperti itu. Ketika Mahakassapa Thera mencela kekurang-taatan melaksanakan tugas-tugas murid yang belakangan, murid tersebut sangat kecewa. Pada suatu kesempatan, ia pergi ke salah satu …

Kisah Kumbhaghosaka – Dhammapada 2 : 24

padamutisarana

11 Des 2017

Suatu ketika, ada suatu wabah penyakit menular menyerang kota Rajagaha. Di rumah bendahara kerajaan, para pelayan banyak yang meninggal akibat wabah tersebut. Bendahara dan istrinya juga terkena wabah tersebut. Ketika mereka berdua merasa akan mendekati ajal, mereka memerintahkan anaknya Kumbhaghosaka untuk pergi meninggalkan mereka, pergi dari rumah, dan kembali lagi pada waktu yang lama, agar …

Kisah Punna Seorang Budak Wanita

padamutisarana

10 Des 2017

Suatu malam, Punna, seorang budak wanita, sedang menumbuk padi untuk tuannya. Karena lelah, ia beristirahat sejenak. Saat beristirahat, ia melihat Dabba Thera memimpin beberapa bhikkhu berjalan menuju vihara, setelah mereka mendengarkan Dhamma. Gadis itu melihat mereka masih terjaga, ia pun merenung, “Aku masih terjaga hingga larut malam karena aku seorang yang miskin dan harus bekerja …

x
x