Home » Artikel » Meditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera

Meditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera

padamutisarana 28 Nov 2024 19

Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia

 

Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti Landasan Perbuatan, dalam hal ini ‘berbuat-bekerja meditasi’ (Samadhi-kamma).

JHANA
Jhana atau Pencerapan (Absorption) tidaklah sama dengan autohypnotis. Dalam autohypnotis orang berada dalam keadaan tertidur yang tak wajar yang disertai sedikit atau banyak ketidaksadaran, sedangkan dalam Jhana pikiran mencapai puncaknya kesadaran dan berada dalam keadaan terkonsentrir (terpusat).

SYARAT UNTUK BERHASILNYA MEDITASI
Dasar untuk berhasilnya pelaksanaan sebuah Kammatthana (yang satu manapun yang dipilih dan 40 Pokok-pokok Meditasi) ialah Kebajikan (virtues) yang harus terpelihara secara tekun. Kemurnian kebajikan (sila-visuddhi) mutlak perlu untuk sukses pelaksanaan. Orang harus lebih dulu mengikis habis kulit kayu sebelum dia bisa mulai mempeliturnya mengkilat. Bahayanya pun ada sebab dalam latihan-latihan Meditasi orang terbawa pada suatu ketinggian menakjubkan dimana atmosfir yang halus menerima pikiran dan badan yang halus pula. Ketinggian yang menakjubkan itu hanya dapat didaki dengan aman oleh calon-calon yang sudah berlatih dengan sempurna dan bertekun dalam kebajikan. Tanpa dibekali apa yang disebut kebajikan maka agak gegabah seseorang mulai berlatih meditasi ini.
(Dalam kitab Abhidhammattha Sangaha dan Visuddhimagga, meditasi ini dikatakan dapat dilaksanakan setiap orang tanpa ada bahaya, Gayasih)

BERHENTI, BERBELOK, MELEPASKAN KEDUNIAWIAN
Apabila seorang telah mulai merasa muak dengan sifat yang mengerikan dan tidak tentunya dunia yang mempermainkan dirinya dan jika pada dirinya timbul hasrat hendak bebas, maka haruslah ia berpaling pada Meditasi. Semakin yakin dirinya dengan mutlaknya kebenaran Ajaran Sang Buddha, semakin cepat pula akan dirasakannya betapa sia-sianya jalan keduniawian itu. Disadarinya pula betapa sia-sianya mempergunakan waktu yang berharga demi mengejar-ngejar rangsangan kesenangan badani seperti seekor monyet yang gelisah. Kemudian tibalah pada dirinya saat mana tidak lagi mungkin baginya untuk mengambil jalan lain. Kemudian datanglah pengelepasan. Orang-orang duniawi mungkin akan mengejeknya ‘Satu hidup yang gagal’ atau ‘Satu intelek yang kucarkacir!’ Dalam pada itu teringatlah dia akan Sang Buddha, Kristus, dan guruguru besar lain yang pernah diejek dengan kata-kata ‘orang-gila, si dungu, si aneh’ oleh orang-orang munafik yang melulu duniawi. Tetapi tak lagi diindahkannya ejekan, dan tak lama kemudian diapun mengerti bahwa lawakan yang rendah adalah buah dan watak yang rendah dan kasar. Caci-maki si dungu berbalik menjadi nama baik orang yang bijak. Maka diapun menegakkan tekadnya untuk mencapai Yang Tertinggi Itu.

PENGOTORAN DAN PEMURNIAN
Dharma mengajarkan bahwa pikiran itu bersih pada saat kelahiran dan kemudiannya ternoda oleh pemikiran-pemikiran yang berlandaskan napsu, benci, dan hayal. Pemikiran-pemikiran yang kotor juga menodai jasmani noda-noda itu tetap melekat walaupun pikiran-pikiran kotor itu telah lama lenyap, seperti halnya daging busuk yang mengotori kertas yang membungkusnya, kertas itu tetap kotor walaupun daging busuk itu sudah dibuang. Kertas itu akan tercuci bersih oleh hujan, angin dan matahari. Jasmani yang kotor itu akan tercuci bersih oleh kedermawanan (dana), kebajikan (sila), dan Meditasi. Buahnya Meditasi ialah Kebijaksanaan (Panna), dan benihnya Meditasi ialah Kebajikan (sila). Pertama-tama seorang yogavacara menegakkan tekad untuk mencapai
kebajikan (sila). Ia terkenang akan apa yang disabdakan Sang Maha Sempurna tentang sila dan berusahalah dia untuk mencapainya. Diingatkan bahwa Meditasi tanpa Sila tidaklah mungkin seperti tak mungkinnya badan tanpa kepala, atau rumah tanpa fondasi. Rumah mana akan rubuh terbalik jika sekali saja terlanda angin kencang. Sila adalah dasar untuk memelihara semua perbuatan yang baik, bahkan akar daripada segala kebaikan. Dengan Sila tidaklah berarti dengan menghafal paritta-paritta atau mentaati aturan-aturan saja.

SILA adalah PENGWARNAAN PIKIRAN AKIBAT KEHENDAK (cetana-cetasika).
Sila timbul sebagai hasil dari usaha menjaga pintu-pintu perkataan dan perbuatan. Usaha ini akan menarik diri kita dari kekotoran dan berbareng mendorong kita ke jurusan ‘keadaan pikiran yang bersih dari napsu-napsu rendah’. Inilah Sila sejati yang laksana kapal memungkinkan kita untuk menjelajahi samudera kehidupan ini dengan aman dan sentosa.
Sila adalah Hujan yang memandamkan Api penyakit dari kehidupan.
Sila adalah Tangga Emas yang menjulang tinggi hinga ke Surga.
Sila adalah Cap daripada Harta Hyperkosmis-nya sekalian Arahat.
Sila adalah Mantra tiada taranya dan harus dilindungi.
Sila adalah Batu Karang yang kokoh tak-tergoyahkan dengan tak henti-hentinya memancar cinta-kasih dan kasih-sayang.
Sila adalah Pohon Seribu Abad yang berbuah kehormatan nan luhur.
Sila adalah Buket Bunga yang menarik lebah madu penyanjungan.

Di antara perhiasan-perhiasan, sila adalah Maha Penghias. Di antara wewangian-wewangian, sila adalah Yang Terharum. sila adalah Teratai Maha Indah yang memperindahkan Danau Buddha.
Dia yang memiliki Sila akan terus menjulang tinggi, tak pernah dia menurun pada keadaan yang lebih rendah, sebab dirinya telah berdiam dalam Benteng yang tak terserang lagi oleh Kilesa.
Seperti halnya seluruh dunia mempersembahkan harta di Bawah kakinya seorang penakluk, Sang Bunda Sila yang dipersuburkan oleh Meditasi memenangkan, menganugerahkan kekuatan harumnya meditasi kepada sang yogavacara. Dengan Sila sebagai Perisai sang yogavacara memukul mundur semua musuh-musuhnya: keserakahan, napsu-napsu rendah, kekejaman, kekuasaan, kesombongan. Tidaklah ia bergaul dengan orang-orang yang congkak kosong melompong dan orang-orang yang tidak memiliki kewaspadaan. Selalu akan ingat bahwa ia mencari

KUSALA EKAGATA CITTA,
maka bertemanlah ia dengan orang-orang yang lemah-lembut dan penuh dengan kewaspadaan.

BAGIAN DARI POKOK MEDITASI
Dari 40 Kammatthana yang diajarkan Sang Buddha:
10 adalah terdiri dari alat-alat atau cara-cara yang disebut Kasina.
10 adalah tergolong pada Anussati (Mengenang kembali), dan Anapanasati adalah yang terakhir dalam golongan kammatthana ini.
10 adalah tergolong pada Asubha (kekotoran) atau mayat-mayat dalam berbagai-bagai taraf pembusukan.
4 Keadaan Yang Luhur (Brahmavihara) yaitu terdiri dan Metta, Karuna, Mudita, dan Uppekha
1 Penggagasan yaitu persepsi atas jijiknya makanan (Ahara Patikula Sanna) dan yang terakhir
1 Analisa akan segala sesuatu sehingga sampai kepada ‘yang terakhir’ yaitu Empat Maha Unsur (Eatuelhatuvavatthana)
4 Arupajhana

MEMPERSATUKAN KESADARAN
Berlatih salah satu Kammatthana tersebut akan menghasilkan pemusatan pikiran (konsentrasi) sedikit banyaknya sesuai usaha seseorang. Abu tertiup berhamburan oleh angin tetapi kalau air
disiramkan atas abu itu maka abu basah itu tidak lagi akan tertiup berhamburan. Sang yogavacara menyiramkan air suatu Kammatthana atas ‘abu’ pikirannya dan mencapai suatu ukuran dan konsentrasi pemikiran yang bersih, tergantung atas mutu air, cara pelaksanaannya, dan mutu abu itu sendiri.

PERUMPAMAAN ANAK SAPI LIAR
Oleh karena manusia telah lama melekat pada indera-indera dan benda-benda keinderaan, maka tidak mudah untuk dapat mengendalikan pikiran dengan suatu Kammatthana. Soal ini akan menjadi lebih jelas dengan sebuah perumpamaan. Misalnya menjinakkan seekor anak sapi liar: Orang memisahkan anak sapi yang liar dari induknya, hutannya dan tempat makan-minumnya yang biasa. Diikatnya anak sapi yang berontak-rontak hendak meloloskan diri; kemudian ia menjadi lemah kelelahan dan lama kelamaan tali yang mengikatnya semakin memendek sehingga terpaksa ia duduk kepayahan di samping tonggak dimana tali itu terikat. Demikian pula si yogavacara memisahkan dirinya dari rumah dan kebiasaan hidupnya yang manja, lalu pergi ke suatu tempat yang sepi dan sunyi. Diikatnya dengan ‘tali’ kewaspadaan, kepada ‘tonggak’ Kammatthana yang dipilihnya; berangsur-angsur pikirannya yang berontak menjadi teduh dan dapat dikendalikan. Dengan pelahanpelahan memperkuat kewaspadaan dicapainya pemusatan pikiran.

 

UNTUK SIAPA LATIHAN INI DIANJURKAN
Anapanasati atau Perhatian atas tarikan dan pengeluaran napas adalah suatu proses yang dianjurkan untuk orang-orang yang wataknya tumpul (mohacarita) dan juga untuk orang-orang berwatak cendekia (vitakka-carita). Dengan ‘watak tumpul’ di sini dimaksudkan pikiran yang tak bisa menghargai bekerjanya Sebab dan Akibat dalam bidang moral (kesusilaan) meskipun dalam hal-hal lain pikiran itu memiliki kecerdasan luar biasa. Seperti disabdakan Sang Maha Terberkah:
“Bhikkhu, Tathagata tidak mengajarkan Anapanasati kepada orangorang yang pikirannya suram, si dungu” (Naham bhikkhave muthassatissa asampajanassa anapanasati bhavanam vadami).
Sesungguhnya, Kammatthana manapun juga tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan berhasil baik tanpa sedikit-banyak kecerdasan akal dan penembusan dan anapanasati adalah terkenal sebagai ‘Meditasi Pilihan Para Buddha’. Dapat pula dilihat Bahwa Anapanasati adalah Kammatthana kesayangan Para Paccekabuddha. Para Arahat pun menyebutnya ‘Penunjang khusus atau tanah subur mereka di tengahtengah tandusnya gurun-pasir’.

Sebenarnya tanpa Meditasi tidak akan ada Kebijaksanaan tetapi tanpa kebijaksanaan tidak akan ada Meditasi dalam artikata yang sebenarbenarnya. Lebih-lebih akan hal ini dirasakan dalam latihan-latihan Anapanasati yang objeknya sesuatu yang tak mantap dan mudah sekali menghilang. Semakin maju semakin sukar sebab objeknya yaitu napas bertambah lama bertambah halus hingga sampai pada titik hamper menghilang. Bagi orang yang baru berlatih dan belum berpengalaman dalam meditasi, hal ini akan sangat membingungkan. Seperti sepotong kain sutera yang halus, jika akan dijahit maka jarum yang digunakan harus halus dan tajam ujungnya. Anapanasati adalah ‘kain sutera’ itu, pikiran adalah ‘jarum’ itu dan kecendekiaan menembus adalah ujung ‘mata jarum’ itu.

 

Sumber: Meditasi Pernafasan Anapanasati – Petunjuk ke dalam pelaksanaan Kammatthana – oleh YM Kassapa Thera

Comments are not available at the moment.

Sorry, the comment form has been disabled on this page/article.
Related post
Musda I Sukses Membawa Dwi Sektiyono Cahyo sebagai Ketua, PERGABI DIY Siap Berkarya untuk Kemajuan Pendidikan Agama Buddha

padamutisarana

30 Nov 2024

Musda I Sukses Membawa Dwi Sektiyono Cahyo sebagai Ketua, PERGABI DIY Siap Berkarya untuk Kemajuan Pendidikan Agama Buddha Sleman, 30 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha (PERGABI) Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan Musyawarah Daerah (MUSDA) I pemilihan dan pembentukan pengurus sekaligus melaksanakan pelantikan pengurus baru untuk periode 2024-2027. Kegiatan ini diselenggarakan di Vihara Dharma Wijaya, …

Sutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas

padamutisarana

09 Nov 2024

Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …

Musda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua

padamutisarana

10 Agu 2024

Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD)  PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …

Musda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru

padamutisarana

21 Jun 2024

Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …

Konsolidasi PERGABI Kalimantan Barat: Subari, S.Ag Terpilih Menjadi Ketua dalam Musda I

padamutisarana

01 Jun 2024

Mempawah – Tisarana.Net 1 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Kalimantan Barat mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Gedung PGRI Kabupaten Mempawah untuk pembentukan PD PERGABI Kalimantan Barat yang pertama. Bapak Tukul Slamet, S. Ag., selaku Sekretaris Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan memberikan arahan serta motivasi kepada seluruh …

PELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI

padamutisarana

30 Mei 2024

Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yag dirancang guna menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siswa-siswa Indonesia yang tergambar sebagai profil Pelajar Pancasila. Dalam upaya membentuk Profil …

x
x