empat kebenaran mulia
Home » Dasar Agama Buddha » EMPAT KEBENARAN (KESUNYATAAN) MULIA

EMPAT KEBENARAN (KESUNYATAAN) MULIA

padamutisarana 05 Des 2015 3.461
empat kebenaran mulia

Empat Kebenaran / Kesunyataan Mulia

Ajaran Buddha didasarkan pada Empat Kebenaran Mulia.
Apakah Empat Kebenaran Mulia itu?
1. Kebenaran Mulia tentang Dukkha
2. Kebenaran Mulia tentang sebab dari Dukkha
3. Kebenaran Mulia tentang berakhirnya Dukkha
4. Kebenaran Mulia tentang jalan menuju lenyapnya Dukkha

Kita dapat menganalogikan Kebenaran Mulia yang ditemukan oleh Buddha Gautama dengan perumpamaan seorang dokter. Ketika seorang pesakit datang menemui seorang dokter, maka dokter yang baik akan memeriksa apakah benar orang tersebut sedang sakit. Langkah kedua; setelah memastikan bahwa si pasien memang sakit, si dokter akan memeriksa apa penyebabnya. Nah, setelah mengetahui apa penyebab si pasien menjadi sakit, dokter yang baik harus bisa melihat bahwa sakit itu bisa disembuhkan. Dan untuk bisa disembuhkan, maka si dokter akan memberikan resep kepada si pesakit agar pesakit itu menjadi sembuh. Masih banyak orang yang menganggap bahwa ajaran Buddha adalah ajaran yang pesimistis. Mengapa demikian? Hal itu lebih disebabkan karena mereka tidak
melihat ajaran Buddha secara utuh, hanya setengah-setengah. Ajaran Buddha boleh saja disebut ajaran yang pesimis hanya bila apa yang diajarkan oleh Buddha Gautama berhenti pada tahap 1 (mengetahui
bahwa seseorang sedang sakit), tahap 2 (mengetahui sebabnya), atau tahap 3 (mengetahui bahwa sakit itu bisa disembuhkan). Tetapi Buddha Gautama juga mengajarkan tahap 4 sebagai puncak dari apa yang diketahuinya, yaitu menawarkan sebuah resep bagi si pesakit agar sembuh. Dengan demikian ajaran Buddha bukanlah ajaran yang pesimistis, namun sangat realistis.

Kebenaran Mulia tentang Dukkha
Dukkha dalam bahasa Pali (bahasa India kuno) memiliki pemahaman yang sangat mendalam, namun secara umum kata dukkha diterjemahkan sebagai ‘penderitaan’ atau ‘ketidakpuasan’ (walau sebagian orang pun kurang setuju dengan pengertian diatas; ada pula yang beranggapan bahwa dukkha = duka dalam bahasa Indonesia). Harus diakui bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia adalah dukkha. Mengapa demikian? Karena pengertian dukkha juga mencakup hal yang lebih mendalam, seperti ketidaksempurnaan, sakit, ketidakabadian, ketidaknyamanan, maupun ketidakpuasan. Dengan demikian tidak ada seorang pun yang dapat menyanggah bahwa hidup ini memang merupakan dukkha. Selalu terdapat ketidakpuasan, ketidaknyamanan, maupun ketidakabadian. Segala sesuatu akan terus berubah, bahkan terhadap hal-hal yang kita sebut sebagai sukkha (mirip dengan kata ‘suka’ dalam bahasa Indonesia) atau kesenangan. Inilah prinsip dasar dari Kebenaran Mulia yang pertama.
Kebenaran Mulia tentang Sebab dari Dukkha
Sumber dari dukkha adalah tanha (nafsu keinginan yang tiada habisnya) dan avijja (ketidaktahuan). Oleh karena adanya ketidaktahuan inilah maka seseorang akan terus dan terus memupuk (bernafsu) pengalaman yang menyenangkan atau tidak, nafsu akan benda-benda material, nafsu akan hidup abadi (eksistensi terusmenerus), termasuk pula nafsu akan kematian abadi (pemusnahan diri). Apa bahaya dari ketidaktahuan (avijja)? Ketidaktahuan akan menyebabkan seseorang menjadi tidak mampu memahami esensi dari hidup itu sendiri. Ketidaktahuan akan menutupi celah-celah bagi seseorang untuk bisa melihat realitas hidup ini. Oleh karena itu keinginan yang berlebihan/keserakahan (tanha) dan ketidaktahuan (avijja) keduanya akan menyebabkan seseorang terus berputar dalam penderitaan hidup.
Kebenaran Mulia tentang Berakhirnya Dukkha
Dukkha sebagai salah satu sifat sejati segala sesuatu yang berkondisi ternyata memiliki akhir. Proses terhentinya dukkha inilah yang dinamakan oleh umat Buddha sebagai Nibbana atau Nirwana.  Ada sebagian orang yang beranggapan bahwa Nirwana itu sendiri sebagai sesuatu yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, tidak
bisa diwujudkan dalam kehidupan saat ini. Apabila demikian, maka itu bukanlah Nirwana menurut konsep buddhisme. Beranggapan demikian hanya akan membuat pengertian tentang Nirwana tidak jauh berbeda dari pengertian Tuhan. Kita meyakini bahwa apa yang Buddha Gautama ajarkan adalah hal-hal yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari saat ini juga. Sang Buddha tidak mengajar untuk kepentingan kehidupan setelah mati, tetapi Beliau mengajarkan untuk kepentingan kehidupan saat ini. Untuk itu Sang Buddha sendiri telah mengartikan Nirwana sebagai lenyapnya keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha). Dan Beliau menyatakan bahwa Nirwana dapat direalisasikan (dialami) pada saat ini juga—dalam kehidupan sehari-hari.

Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha
Sebagai solusi dari penderitaan yang dialami manusia, Buddha Gautama menawarkan sebuah jalan universal yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup bagi manusia. Jalan ini disebut sebagai Hasta Ariya Magha atau Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Mengembangkan Kebijaksanaan (Pañña)
1. P a n d a n g a n Benar
Pandangan hidup yang selaras dengan kebenaran sejati (relalitas), yakni: Empat Kebenaran Mulia, Tiga Corak Kehidupan (Tilakkhana), Kesalingterkaitan Antar Segala Sesuatu (Paticca-Samuppada), dan Hukum Sebab-Akibat (Karma)
2. Pikiran Benar
Pikiran yang bebas dari keserakahan, kebencian, dan kekejaman/kekerasan.

M e j a l a n k a n Moralitas (Sila)
3. Ucapan Benar
Ucapan yang memenuhi 4 syarat:
1.Ucapan itu benar (sesuai kenyataan),
2.Ucapan itu beralasan (ada tujuan),
3.Ucapan itu bermanfaat, dan
4.Ucapan itu tepat pada waktunya
4. P e r b u a t a n Benar
Adalah perbuatan yang menghindari pembunuhan, pencurian, dan asusila
5. Pencaharian Benar
Terdapat 5 sifat mata pencaharian yang harus dihindari: penipuan, ketidaksetiaan, penujuman, kecurangan, dan memungut bunga yang tinggi (lintah darat)
Terdapat pula 5 macam pencaharian yang harus dihindari: berdagang alat senjata, makhluk hidup, daging, minum-minuman yang memabukkan, serta berdagang racun
Melatih Pikiran (Samadhi)
6. Daya Upaya Benar
Terdiri dari 4 unsur, yaitu: mencegah munculnya unsur-unsur jahat, melenyapkan unsur-unsur jahat yang sudah ada, membangkitkan unsur-unsur baik, dan mengembangkan unsur-unsur baik yang sudah ada
7. P e r h a t i a n Benar
Perenungan terhadap tubuh, perasaan, kesadaran, dan bentuk-bentuk pikiran
8. K o n s e n t r a s i Benar
Pemusatan pikiran sebagai bentuk latihan untuk melatih kesadaran, kontrol pikiran dari emosi, pemusatan pikiran untuk ketenangan dan pelatihan

Comments are not available at the moment.

Sorry, the comment form has been disabled on this page/article.
Related post
Meditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera

padamutisarana

28 Nov 2024

Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia   Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …

Umat Buddha Penuh Berkah dalam Puja Bakti Vihara Caggasasana Tangerang

padamutisarana

05 Agu 2022

Tisarana.net Rabu, 3 Agustus 2022 pukul 19.00 WIB umat Buddha di Vihara Caggasasana Tangerang sudah mulai berdatangan untuk mengikuti acara rutin yaitu puja bakti. Puja Bakti ini merupakan kegiatan yang sangat baik dimana umat Buddha dapat melakukan kebajikan secara lengkap melalui ucapan, pikiran, dan perbuatan. Perbuatan baik melalui pikiran, umat Buddha dapat melatih meditasi dengan …

Generasi Muda Penuh Berkah oleh Roch Aksiadi

padamutisarana

31 Jul 2022

Tisarana.Net – Tangerang, 30 Juli 2022 Vihara Punna Karya terletak di Curug Kabupaten Tangerang dan bagi warga Buddhis di Tangerang Vihara ini  sudah tidak asing lagi. Vihara Punna Karya terus memberikan pelayanan bagi umat Buddha di sekitar Tangerang dengan sangat baik. Tempatnya sangat nyaman dan pelayanannya sangat baik, semoga Vihara Punna Karya semakin sukses. Pelayanan …

Kisah-Kisah Hukum Karma dan Moral Ceritanya oleh YM. Bhikkhu Sikkhānanda

padamutisarana

18 Feb 2018

Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa Penghormatan pada yang – Teragung, Layak Mendapatkan Penghormatan dari Semua  Makhluk, Tercerahkan Secara Sempurna atas Usaha Sendiri.   Hukum Karma  Anda pasti tidak asing dengan kata Karma atau Hukum Karma, bahkan bukan hanya dalam  percakapan sehari-hari kata Karma ini digunakan, tetapi juga tidak jarang kata Karma ini ditemukan  pada berita …

Bhavana atau Meditasi dalam Agama Buddha

padamutisarana

24 Jan 2017

  BHAVANA Oleh: Mettadewi W. PENGERTIAN, FAEDAH, DAN CARA MELAKSANAKAN BHAVANA   PENGERTIAN BHAVANA Bhavana berarti pengembangan, yaitu pengembangan batin dalam melaksanakan pembersihannya. Istilah lain yang arti dan pemakaiannya hampir sama dengan bhavana adalah samadhi. Samadhi berarti pemusatan pikiran pada suatu obyek. Samadhi yang benar (samma samadhi) adalah pemusatan pikiran pada obyek yang dapat menghilangkan …

Kebahagiaan Tertinggi adalah Nibbana atau Nirvana

padamutisarana

22 Feb 2016

INTISARI AGAMA BUDDHA Merupakan karya tulis Ven. Narada Mahathera dengan judul asli “ Buddhism in Nutshell.” Penerbit : Yayasan Dhamma Phala, Semarang   Proses kelahiran dan kematian ini berlangsung terus tanpa berhenti sampai arus ini dibelokkan keNibbanadhatu , tujuan akhir umat Buddha. Istilah Pali “ nibbana “ berasal dari kata ni dan vana. Ni merupakan …

x
x