- BeritaMusda I Sukses Membawa Dwi Sektiyono Cahyo sebagai Ketua, PERGABI DIY Siap Berkarya untuk Kemajuan Pendidikan Agama Buddha
- ArtikelMeditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera
- AgendaSutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas
- ArtikelMusda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua
- ArtikelMusda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru
- BeritaKonsolidasi PERGABI Kalimantan Barat: Subari, S.Ag Terpilih Menjadi Ketua dalam Musda I
- ArtikelPELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI
KIAT SUKSES BISNIS DALAM ERA GLOBALISASI
Bhikkhu Uttamo, Maha Thera
PENDAHULUAN
Globalisasi di berbagai bidang dengan segala dampak positif dan negatifnya telah banyak dibahas
secara umum maupun khusus dalam berbagai forum pertemuan oleh banyak fihak. Menyadari akan hal
tersebut, maka dalam keterbatasan makalah ini fenomena itu tidak akan dibicarakan secara rinci. Hanya
saja, berkenaan dengan era globalisasi tersebut banyak orang menduga bahwa dengan majunya jaman
maka agama akan ditinggalkan oleh para pengikutnya. Dugaan ini sudah berkembang cukup lama, namun
ternyata hal ini tidaklah selalu benar, minimal bila kita berbicara tentang agama Buddha. Hal ini juga
telah diakui oleh ahli teologi Harvey Cox yang menjadi dosen senior di Harvard University. Beliau
menyatakan bahwa gejala ini tidak diduga oleh para peramal 25 tahun yang lalu yang meramalkan bahwa
agama semakin layu karena modernitas. Pernyataan tersebut telah dikutip John Naisbitt dalam
Megatrends 2000 halaman 255.
Ajaran Sang Buddha yang dibabarkan hampir 3000 tahun yang lalu di India oleh Sang Buddha
Gotama ternyata dapat selalu menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman. Ajaran Sang Buddha yang kita
maksudkan di sini bukanlah bentuk-bentuk upacara ritual yang sesungguhnya hanyalah bagian dari tradisi
belaka. Ajaran Sang Buddha atau sering disebut dengan BUDDHA DHAMMA adalah ajaran yang
mengantar setiap orang yang melaksanakannya agar dapat hidup bahagia di dunia, terlahir di salah satu
dari dua puluh enam jenis sorga setelah kematiannya dan jika usahanya berhasil maka ia pun akan dapat
mencapai tujuan akhir semua umat Buddha yaitu Nibbana atau Nirwana atau Tuhan Yang Mahaesa di
dunia ini maupun setelah kematiannya.
Dalam menghadapi berbagai tantangan pada era globalisasi ini, khususnya di bidang ekonomi, banyak
ekonom dunia berpendapat bahwa sesungguhnya dalam Buddha Dhamma kita akan dapat menemukan
jawabannya. Salah seorang ekonom kelahiran Jerman yang lebih dikenal sebagai bapak perintis gagasan
teknologi madya, pendiri dan ketua Intermediate Technology Development Group di London, Dr. E.F.
Schumacher, mengungkapkan dalam bukunya Kecil Itu Indah hal. 51 bahwa:
“Penghidupan yang benar” adalah salah satu dari delapan jalan utama di dalam Agama Buddha.
Karena itu jelas bahwa ilmu ekonomi agama Buddha pasti ada.
Konsep ilmu ekonomi agama Buddha (Buddhism Economics) ini telah dilontarkannya pertama kali
pada sebuah ceramah di London pada bulan Agustus 1968. (Warta Ekonomi, hal. 23)
Makalah ini disusun dan disajikan secara sederhana berdasarkan beberapa nasehat yang telah
diuraikan oleh Sang Buddha. Isi tulisan ini diharapkan akan menjadi salah satu alternatif kita bisnis yang
mungkin dapat diterapkan dalam menejemen perusahaan masing-masing dengan penyesuaian seperlunya
agar dapat mewujudkan keberhasilan sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai.
PEMBAHASAN
Telah diuraikan di atas bahwa salah satu tujuan Agama Buddha adalah untuk mendapatkan
kebahagiaan di dunia, maka agar lebih tegas memahami arah pencapaian kebahagiaan duniawi itu
disebutkan dalam Anguttara Nikaya II, 65 bahwa terdapat empat keinginan wajar seorang manusia yang
dapat dicapai yaitu:
1. Keinginan agar dapat menjadi KAYA dan kekayaan yang terkumpul diperoleh dengan cara yang benar dan pantas.
2. Keinginan agar kita beserta sanak keluarga dan kerabat dapat mencapai KEDUDUKAN SOSIAL yang tinggi.
3. Keinginan agar memperoleh USIA PANJANG.
4. Keinginan untuk terlahir di (salah satu dari 26 tingkat) SORGA setelah kehidupan ini dengan
memanfaatkan sebaik-baiknya ketiga pancapaian sebelumnya.
Dengan demikian jelas bahwa bisnis di dalam Agama Buddha sangat didukung bahkan dapat
dikatakan memperoleh prioritas. Sukses adalah harapan semua orang asalkan cara yang dipakai tidak
menyalahi aturan kemoralan dan hukum negara.
Sebagian orang berpendapat bahwa kesuksesan adalah faktor kemujuran atau karma baik saja, hal ini
jelas tidak benar seluruhnya. Ilmu sukses halaman 3, dikatakan bahwa jika sukses ditentukan oleh nasib
mujur belaka maka tidak banyak gunanya kita membaca buku tentang orang sukses kecuali hanya untuk
mengagumi nasib mujur yang mereka dapatkan. Alex S. Nitisemito dalam tulisannya mengungkapkan
faktor-faktor yang dapat mendukung kesuksesan seseorang diantaranya ialah mempunyai jiwa perintis,
ulet, tekun, dan berani mengambil resiko. Mereka juga harus mengerti peluang bisnis dan mampu
memanfaatkannya ( halaman 77 ). Kesuksesan memang bukan sesuatu yang turun dari langit tetapi sukses
memang membutuhkan perjuangan. Sama halnya dengan Sang Buddha dalam usahanya mencapai
Kesucian atau Penerangan Sempurna, Beliau memerlukan perjuangan keras bahkan sangat keras!
Kesucian atau Kebuddhaan yang Beliau capai bukanlah karunia dan bukan pula wahyu melainkan hasil
perjuangan yang tidak kenal menyerah.
Dalam Anguttara Nikaya IV, 285 Sang Buddha menjabarkan bahwa keberhasilan usaha kita paling
sedikit tergantung pada empat faktor utama yaitu:
1. UTTHANASAMPADA :
Rajin dan bersemangat di dalam bekerja.
Semangat, menduduki urutan pertama untuk menentukan kesuksesan kita karena pekerjaan kita tidak
akan berhasil bila dikerjakan dengan setengah hati. Unsur dalam semangat adalah keinginan untuk
menjadi orang nomor satu di lingkungan kita ( Warren Avis, hal. 77 ) Selain keinginan menjadi orang
nomor satu, uang, kekuasaan dan status juga dapat memacu semangat kita. Semangat bekerja akan mudah
didapat bila jenis pekerjaan yang dilakukan adalah menjadi kesenangan kita atau kalau dapat bahkan
sejalan dengan hobby atau bakat kita. Dalam menghadapi situasi ekonomi saat ini yang sangat ketat
persaingannya maka kepandaian saja bukanlah satu-satunya jaminan keberhasilan namun
KETRAMPILAN atau KEMAMPUAN KHUSUS menjadi faktor penting menuju kesuksesan, disamping
kerja keras, pelatihan, pengalaman dan strategi, tentu saja.
Schumacher juga menyebutkan bahwa Agama Buddha memandang kerja itu paling sedikit
mempunyai tiga fungsi, yaitu:
1. memberi kesempatan kepada orang untuk menggunakan dan mengembangkan bakatnya.
2. agar orang dapat mengatasi egoismenya dengan jalan bergabung dengan orang lain untuk melaksanakan tugasnya.
3. menghasilkan barang dan jasa yang perlu untuk kehidupan yang layak. ( halaman 53 )
Hal senada juga dikatakan seorang ahli lainnya, Donald H. Bishop dalam tulisannya Is There a
Buddhist Economic Philosophy? yang pada hakekatnya menyatakan bahwa kerja hendaknya dijadikan
sumber kesenangan, kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas, sarana untuk mengungkapkan
potensi diri, dan mengembangkan bakat seseorang. Pekerjaan akan menjadi sarana membentuk watak,
memupuk persaudaraan dengan sesama manusia dan juga menyejahterakan kehidupan kita. ( halaman 491 )
2. ARAKKHASAMPADA :
Penuh hati-hati menjaga kekayaan yang telah diperoleh.
Memelihara kesuksesan adalah hal pokok kedua yang kadang diremehkan oleh sebagian orang yang
telah merasa berhasil dalam usahanya. Menjaga kesuksesan di sini termasuk menjaga SISTEM YANG
DIGUNAKAN dan HASIL YANG DIDAPAT serta berusaha untuk lebih meningkatkannya lagi.
Meningkatkan sistem yang dipakai dan sekaligus akan meningkatkan hasil produksi kita dalam
menejemen modern dikenal dengan istilah SWOT – Strength, Weakness, Opportunity, Threat. Hal serupa
juga telah diuraikan caranya oleh Sang Buddha dalam salah satu unsur Jalan Mulia Berunsur Delapan
yaitu DAYA UPAYA BENAR. Evaluasi ini disebutkan sebagai empat cara ( Padhana ) yang terdapat
dalam Anguttara Nikaya II, 16:
a. Sangvarappadhana : Usaha agar kekurangan yang BELUM dimiliki tidak timbul dalam diri kita, bandingkan dengan Opportunity.
b. Pahanappadhana : Usaha untuk menghilangkan kekurangan yang SUDAH dimiliki, bandingkan dengan Weakness.
c. Bhavanappadhana : Usaha untuk menumbuhkan kelebihan yang BELUM dimiliki, bandingkan dengan Threat.
d. Anurakkhappadhana : Usaha untuk mengembangkan kelebihan yang SUDAH dimiliki, bandingkan dengan Strength. Dapat disimpulkan di sini bahwa setelah mencapai keberhasilan suatu usaha hendaknya kita mau
mencari faktor-faktor yang menyebabkannya dan kemudian berusaha untuk lebih meningkatkannya lagi
sedangkan bila menemui kegagalan pun haruslah ia dijadikan sahabat kita. Hal ini bahkan dikatakan
secara tegas oleh Alan Loy McGinnis bahwa kegagalan itu ibarat persimpangan jalan yang paling penting
menuju kerja yang lebih termotivasi. ( halaman 70 )
3. KALYANAMITTATA :
Memiliki teman yang bersusila
Dalam pengertian Buddhis, teman dan lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh cukup besar
untuk kemajuan usaha kita. Teman tersebut akan mampu memberikan ide-ide segar dan dukungan moral
agar kita maju dalam usaha. Digha Nikaya III, 187 memberikan kriteria dasar teman yang dapat
memajukan usaha kita sebagai berikut,
a. teman yang mampu dan mau membantu didalam berbagai cara
b. teman yang simpati di kala suka dan duka
c. teman yang mampu dan mau memperkenalkan kita pada hal-hal yang bermanfaat untuk kemajuanusaha kita
d. teman yang memiliki perasaan persahabatan yaitu dapat memberikan kritik membangun dan jalan keluarnya, serta dapat memberikan pujian yang tulus agar memberikan dorongan semangat.
Sedangkan agar dapat memperoleh serta membina teman yang baik dan juga termasuk rekanan kerja yang sesuai perlu kita melaksanakan :
a. Dana : Kerelaan
b. Piyavaca : Ucapan yang menyenangkan dan halus
c. Atthacariya : Melakukan hal-hal yang berguna untuk orang lain
d. Samanattata : Memiliki ketenangan batin, tidak sombong ( Anguttara Nikaya II, 32 )
4. SAMAJIVITA :
Hidup sesuai dengan pendapatan, tidak boros dan juga tidak kikir
Materi dalam Agama Buddha bukanlah musuh yang harus dihindari, namun ia juga bukan pula
majikan yang harus kita puja. Hendaknya kita bersikap netral terhadap materi serta mampu
mempergunakannya sewajarnya sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan materi yang seimbang dilakukan
dengan membagi keuntungan yang didapat dalam beberapa bagian,
25% : digunakan untuk membiayai hidup sehari-hari
50% : dipakai untuk menambah modal usaha
25% : disimpan sebagai cadangan di saat darurat atau untuk berdana dan kegiatan sosial lainnya. ( Digha Nikaya III, 188 )
Terlihat di sini bahwa dengan menggunakan rumus di atas, kemewahan dan kekikiran menjadi relatif
sifatnya. Kita tidak akan gampang mengatakan seseorang hidup bermewah-mewah ataupun sebaliknya
kikir dengan hanya melihat sepintas pengeluarannya. Semua pengeluaran hendaknya disesuaikan dengan
pandapatan sehingga dengan demikian pastilah kemajuan ekonomi tercapai. Bahkan sehubungan dengan
hal ini Warren Avis menyatakan bahwa salah satu kesalahan yang dilakukan kebanyakan wirausahawan
ialah kurang mengendalikan pengeluaran (hal. 217) padahal dengan menekan biaya serendah mungkin
akan memaksimalkan keuntungan (hal. 211)
PENUTUP
Uraian singkat di atas sesungguhnya hanyalah merupakan kulit untuk mengenal Buddha Dhamma
dengan lebih dalam. Namun walaupun hanya kulit hendaknya dapat memberikan manfaat positif untuk
kebahagiaan hidup kita.
Pengetahuan akan kita bisnis sukses dengan Buddha Dhamma telah di tangan kita semua, kini tinggal
pada sikap kita sendiri, akankah kita melaksanakan dalam kehidupan kita sehari-hari, khususnya dalam
dunia usaha kita? Teori terbaik pun tidak akan bermanfaat bila kita tidak melakukan dan
melaksanakannya, sama dengan obat manjur tidak bermanfaat kalau si sakit tidak pernah mau
meminumnya. Hal ini telah disabdakan oleh Sang Buddha:
Daripada seribu kata yang tidak berarti, adalah lebih baik sepatah kata yang bermanfaat, yang
dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.
( Dhammapada VIII, 1 )
RENUNGAN :
Tugas yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan pancapaian saat ini adalah:
1. Semangat dan kerja keras menghasilkan kekayaan.
2. Perawatan dan perhiasan menambah kecantikan.
3. Melaksanakan pekerjaan pada saat yang sesuai menjaga kesehatan.
4. Persahabatan sejati menumbuhkan kebajikan.
5. Pengendalian indria menjaga kehidupan suci.
6. Menghindari sengketa menumbuhkan persahabatan.
7. Pengulangan menghasilkan pengetahuan.
8. Bersedia mendengar dan bertanya menumbuhkan kebijaksanaan.
9. Mempelajari dan menguji memperdalam Ajaran Kebenaran (Dhamma).
10. Kehidupan yang benar menghasilkan kelahiran di alam-alam sorga.
( Anguttara Nikaya V, 136 )
KEPUSTAKAAN
1. Alan Loy McGinnis, Menumbuhkan Motivasi Memupuk Semangat Memetik Yang Terbaik, Pustak Tangga Jakarta, Cetakan Pertama, 1991.
2. Alex S. Nitisemito, 45 Wawasan Manajer, Grafiti Jakarta, Cetakan Pertama, 1991.
3. E. F. Schumacher, Kecil Itu Indah, LP3ES Jakarta, Cetakan ketiga, September 1981.
4. Edward de Bono, Taktik Kiat & Ilmu Sukses, Binarupa Aksara Jakarta, Cetakan pertama, 1991.
5. John Naisbitt & Patricia Aburdene, Megatrends 2000, Binarupa Aksara Jakarta, Cetakan Pertama, 1990.
6. Kwik Kian Gie & B.N. Marbun, Konglomerat Indonesia, Pustaka Sinar Harapan Jakarta, CetakanKeempat, Mei 1991.
7. Prince Vajiranyanavarorasa, Navakovada, Yayasan Dhammadipa Arama Jakarta, Cetakan Kedua, Agustus 1989.
8. Shravasti Dhammika Bhikkhu, Buddha Vacana, Yayasan Penerbit Karaniya, Januari 1993.
9. Warren Avis, Meraih Peluang Menjadi Yang Pertama, Mitra Utama Jakarta, Cetakan II, 1991.
10.—, Warta Ekonomi, Mingguan Berita Ekonomi & Bisnis, PT Obor Sarana Utama, No. 52/VI/22Mei 1995.
11.—, Kitab Suci DHAMMAPADA, Yayasan Dhammadipa Arama Jakarta, Cetakan kedua, Agustus1985.
12.—, Mahabodhi Centenary Commemorative Volume SAMBHASHA, Ministry of Education and Higher Education, volume 1 No. 2 – 1991.
Sumber: Website Buddhis Samaggi Phala, http://www.samaggi-phala.or.id
padamutisarana
28 Nov 2024
Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …
padamutisarana
09 Nov 2024
Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …
padamutisarana
10 Agu 2024
Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD) PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …
padamutisarana
21 Jun 2024
Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …
padamutisarana
30 Mei 2024
Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yag dirancang guna menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siswa-siswa Indonesia yang tergambar sebagai profil Pelajar Pancasila. Dalam upaya membentuk Profil …
padamutisarana
30 Mei 2024
Batam, Tisarana.net – Rabu, 29 Mei 2024 Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) resmi terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Kepengurusan PERGABI Kepri untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kepri yang berlangsung di BIZ Hotel, Batam. Acara tersebut juga menjadi momen penting untuk pelantikan ketua baru. Dalam sambutannya, Edy …
10 Feb 2018 8.996 views
Kalyanamitta berasal dari kata Kalyana yang artinya baik atau bagus dan Mitta yang artinya teman. Jadi Kalyanamitta berarti teman yang baik atau bagus yang dapat menjadikan diri kita selalu waspada dalam menempuh kehidupan dunia dan setelah meninggal. Terdapat empat macam sahabat yang dipandang berhati tulus ( suhada ) : yaitu A. sahabat penolong ( upakaro …
21 Feb 2016 8.883 views
Ada dua orang yang tidak terbalas jasa-jasa nya siapakah mereka ? AYAH dan IBU-mu. Barang siapa dapat mendorong orangtua-Nya menjadi berkeyakinan, berkebajikan, murah hati, bijaksana, dengan berbuat begitu, orang ini telah membalas, bahkan ia telah berbuat lebih dari pada sekedar membalas jasa-jasa orangtua-NYA. ( Anguttara Nikaya 161 ) Pada kesempatan ini saya ingin mengajak para DERMAWAN yang bisa …
30 Nov 2015 8.629 views
Agama Buddha yang oleh umat Buddha dikenal sebagai Buddha Dhamma, bersumber pada kesunyataan yang diungkapkan oleh Sang Buddha Gotama lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lalu, yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang, dan oleh karenanya dapat membebaskan manusia dari ketidaktahuan (avijja) dan penderitaan (dukkha). Dalam sejarah perkembangan agama Buddha, telah timbul berbagai …
22 Feb 2016 6.567 views
DOKTRIN KELAHIRAN KEMBALI Apakah ada kehidupan sebelum kelahiran ? Akankah ada kehidupan setelah kematian ? Ini adalah pertanyaan – pertanyaan yang perlu dibicarakan secara serius dan tenang. Pertanyaan – pertanyaan yang memiliki kepentingan filosofis seperti itu harus dipertimbangkan dengan segenap pemikiran manusia secara objektif dan tanpa prasangka, tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadinya. Seseorang mestinya jangan …
28 Jan 2017 5.780 views
Oleh : Y.M. Acharya Buddharakkhita Terdapat berbagai cara dalam latihan metta-bhavana, meditasi cinta kasih universal. Tiga metode dasar akan diuraikan di sini. Petunjuk-petunjuk ini, didasarkan pada sumber-sumber kitab suci dan kitab komentar, ditujukan untuk menjelaskan latihan meditasi metta dalam cara yang jelas, sederhana, dan langsung sehingga setiap orang yang bersungguh-sungguh ingin melaksanakan latihan tidak memiliki …
16 Sep 2018 5.471 views
Sekolah Minggu Remaja Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi, hari minggu 16 September 2018, di pagi yang cerah para remaja Buddhis berdatangan untuk melaksankan puja terhadap Guru Agung Buddha. Lantunan parita yang baik, terlihat pemimpin puja Aryo dan Anan membaca sesuai dengan tanda baca yang benar. Hal ini merupakan kebanggan bagi remaja Buddhis yang terus dapat turut …
03 Des 2017 4.916 views
“ Anuttaram Punnakhetam Lokassati” Dalam kehidupan manusia didunia ini, terdapat 4 hal yang selalu diinginkan, yaitu : menjadi kaya raya, memperoleh kedudukan yang tinggi, usia panjang, dan mencapai alam kebahagiaan setelah berakhirnya kehidupan di dunia. Secara universal praktek memberi (berdana) dikenal sebagai salah satu keluhuran manusia yang paling mendasar. Terlebih dalam ajaran agama Buddha berdana …
Comments are not available at the moment.