- BeritaMusda I Sukses Membawa Dwi Sektiyono Cahyo sebagai Ketua, PERGABI DIY Siap Berkarya untuk Kemajuan Pendidikan Agama Buddha
- ArtikelMeditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera
- AgendaSutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas
- ArtikelMusda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua
- ArtikelMusda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru
- BeritaKonsolidasi PERGABI Kalimantan Barat: Subari, S.Ag Terpilih Menjadi Ketua dalam Musda I
- ArtikelPELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI
Bagaimana Pandangan Ekonomi dalam Buddhisme?
By Upi. Mettasanti Meta Nusati
Dalam agama Buddha terdapat dua pilihan yaitu hidup sebagai sebagai perumah tangga dan hidup sebagai seorang samana. Kehidupan setiap orang terlebih sebagai umat awam atau sebagai perumah tangga pasti tidak terlerpas dari masalah ekonomi. Sebagian besar dari mereka menginginkan perekonomian yag telah dibangun memperoleh keberhasilan. Namun, dapatkah kita melakukan kebajikan pada saat yang bersamaan dengan keberhasilan yang kita capai? Kenyataannya, tidak banyak orang yang peduli terhadap kebenaran dan nilai-nilai kemanusiaan. Banyak orang yang mengabaikan etikaetika dalam menjalankan bisnis atau suatu pekerjaan.
Beberapa orang mungkin berpikir bahwa menerapkan etika maupun nilai kepedulian tidak begitu dibutuhkan dalam pencapaian kesuksesan mereka. Biasanya mereka
hanya berpikir untuk dapat mencapai kesuksesan dengan cepat. Mereka lebih mengutamakan uang, jabatan ataupun kekuasaan dalam kehidupan untuk mengangkat derajat dan mempertahankan perekonomiannya. Banyak contoh dalam dunia bisnis yang mengarah pada pengejaran keuntungan tanpa mempertimbangkan konsekuensi yang nantinya akan diperoleh. Seperti, lingkungan yang tercemar, membuat orang lain bangkrut, menyebabkan kematian makhluk lain dan memperjual-belikan senjata tajam. Hal ini dapat merugikan makhluk lain dan diri
sendiri. Hal ini memperlihatkan keputusan-keputusan bisnis yang kurang baik.
Seorang yang sukses tidak hanya harus memiliki pengetahuan yang profesional dan etika yang sukses, juga harus dapat membedakan kebenaran dari kebohongan serta konsisten dalam kata-kata dan perbuatannya. Mempunyai keteguhan yang tak tergoyahkan serta rendah hati, hal inilah yang dapat meraih tujuannya.
Kekayaan memang bukan ukuran kebahagiaan, namun banyak orang berjuang untuk mendapatkan kekayaan. Buddha mengajarkan bahwa ada kebahagiaan lain yang lebih tinggi daripada kebahagiaan materi, yaitu kebahagiaan batin. Dalam Dhammapada 204 dikatakan bahwa: “Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar. Kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga. Kepercayaan adalah saudara yang paling baik. Nirwana (Nibbana) adalah kebahagiaan yang tertinggi”.
Jika orang yang bergelut dalam dunia bisnis dapat mengesampingkan keuntungan semata dan belajar dari ekonomi Buddhis, maka mereka akan mencapai prestasi-prestasi yang hebat dan mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat sehingga dapat melakukan kebajikan pada saat yang bersamaan dengan keberhasilan
yang dicapai. Pengertian Ekonomi Secara umum, dapat dikatakan bahwa ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi.
Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan bahwa jumlah kebutuhan manusia tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas. Manusia juga memiliki keinginan
terhadap sesuatu, mempunyai alasan dan motivasi dalam usaha mencapai keinginan itu. Kemudian, siapa yang memberikan motivasi tersebut? Dan bagaimana solusinya
agar keinginan itu tercapai? Semua pertanyaan itu berkaitan dengan tindakan, motif, dan prinsip ekonomi, serta berhubungan dengan kebutuhan akan barang dan
jasa. Konsep Ekonomi Buddhis Konsep ekonomi buddhis yaitu penghidupan/mata pencaharian benar yang terdapat di dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan, menyebabkan perlunya ekonomi buddhis memiliki beberapa implikasi, yaitu sebagai
berikut:
1.Ia mengindikasikan pentingnya Mata Pencaharian Benar (ilmu ekonomi) dalam agama Buddha.
2.Ilmu ekonomi dianggap hanya sebagai salah satu diantara sekian banyak faktor (secara tradisional ada delapan faktor) yang membentuk jalan hidup yang benar, yaitu jalan yang bisa menyelesaikan masalah. Menurut para ahli, Ekonomi buddhis tidak hanya mempertimbangkan nilai-nilai etika dari suatu kegiatan
ekonomi, tetapi juga berjuang untuk memahami realitas dan mengarahkan kegiatan ekonomi pada keharmonisan dengan ”hal seperti apa adanya”. Faktor ini mengharuskan bahwa mata pencaharian seseorang tidak menciptakan penderitaan atau menyakiti diri mereka maupun orang lain. Dan bahwa mata pencahariaan itu tidak melanggar faktor pendukung lainnya. Kunci dari ekonomi Buddhis adalah kesederhanaan, ekologi dan tanpa kekerasan. Dari sudut pandang ekonomi Buddhis tujuan dari kehidupan ekonomi adalah untuk memperoleh kesejahteraan yang maksimal tanpa merugikan makhluk lain. Pekerjaan yang merugikan atau menyebabkan kematian adalah di luar prinsip ini. Oleh karena itu pekerjaan
dalam dunia industri militer atau senjata, yang bertujuan tunggal menghasilkan senjata untuk membunuh atau melukai orang lain adalah melanggar faktor ini. Mata
pencahariaan melalui pencurian, penipuan, atau perjudian juga meyebabkan penderitaan, menciptakan konsekuensi karma yang negatif dan memiliki potensi untuk memupuk pembalasan dendam. Menjual bahan-bahan kimia yang beracun juga merupakan contoh lain dari mata pencaharian yang tidak benar.
Kita dapat mengetahui mengenai pekerjaan kita sendiri, bila apa yang kita kerjakan atau yang dilakukan perusahaan kita melanggar Pancasila Buddhis, maka pekerjaan tersebut melibatkan kita dalam mata pencaharian yang tidak benar. Berbicara tentang ekonomi maka kita tidak akan terpisah dari aspek kekayaan. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa ada tiga hal utama yang harus diperhatikan saat berhadapan dengan kekayaan yang kita miliki, yaitu:
1. Cara memperoleh kekayaan tidak membawa penderitaan dan kerugian bagi mahluk lain.
Perlu diingat bahwa untuk mendapatkan kekayaan merupakan hal yang cukup mudah didapat, tetapi untuk mendapatkan kekayaan dengan jalan Dhamma
merupakan hal yang sulit didapat. Kekayaan hendaknya diperoleh tidak dengan cara eksploitasi, tetapi melalui usaha dan keterampilan, seharusnya diperoleh dengan usaha yang bermoral. Dalam Anguttara Nikaya IV, 285 Sang Buddha menjabarkan bahwa keberhasilan usaha kita paling sedikit tergantung pada empat faktor
utama yaitu:
- Utthana Sampada
Rajin dan bersemangat di dalam bekerja, memperoleh kekayaan melalui usaha yang berlandaskan keterampilan dengan kesungguhan
Dalam menghadapi situasi ekonomi saat ini yang sangat ketat persaingannya maka kepandaian saja bukanlah satu-satunya jaminan keberhasilan. Selain itu, perlu adanya ketrampilan atau kemampuan khusus yang dapat menjadi faktor penting menuju kesuksesan, disamping kerja keras, pelatihan, pengalaman dan strategi, tertentu saja. - Arakkha Sampada
Penuh hati-hati menjaga kekayaan yang telah diperoleh. Memelihara kesuksesan adalah hal yang kadang diremehkan oleh sebagian orang yang telah merasa berhasil dalam usahanya. Menjaga kesuksesan di sini termasuk menjaga sistem yang digunakan dan hasil yang dapat serta berusaha
untuk lebih meningkatkannya lagi. - Kalyana-mitta
Memiliki sahabat yang baik. Dalam pengertian Buddhis, lingkungan yang baik, jujur, pandai, terpelajar, mulia, dan seorang sahabat yang penolong, akan memberikan pengaruh cukup besar untuk kemajuan usaha kita. - Samajivikata
Hidup sesuai dengan pendapatan, tidak boros dan juga tidak kikir. Materi dalam Agama Buddha bukanlah musuh yang harus dihindari, namun ia juga bukan pula majikan yang harus kita puja. Hendaknya kita bersikap netral terhadap materi serta mampu mempergunakannya sewajarnya
sesuai dengan kebutuhan. Angguttara Nikaya juga menjelaskan seseorang
seharusnya menghindari diri dari lima macam perdagangan yang bisa membahayakan bagi dirinya sendiri dan juga mahkluk lain, yaitu:
- satta vanijja (perdagangan perbudakan),
- sattha vanijja (perdagangan persenjataan),
- mamsa vanijja (perdagangan mahluk hidup),
- majja vanijja (perdagangan minum-minumankeras), dan
- visa vanijja (perdagangan racun, termasuk ganja, morfi n, dan sebagainya).
Kekayaan yang didapatkan dengan cara ini akan menjadi bumerang bagi orang tersebut. Ambalatthika Rahulovada Sutta menegaskan kriteria tentang pekerjaan terbaik yang dilakukan oleh para pengikut Sang Buddha. Jika suatu pekerjaan yang dilakukan adalah menimbulkan manfaat untuk dirinya sendiri dan bermanfaat
untuk orang lain serta bermanfaat untuk keduaduanya maka pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang terpuji. Beberapa jenis pekerjaan seperti kerajinan, pembangunan infrastuktur seperti jalan, sekolah, rumah sakit dan sebagainya merupakan pekerjaan yang sangat baik.
2. Cara kita menggunakan kekayaan yang benar
Pengaturan tentang kekayaan yang telah kita dapat, dapat dilihat di dalam Sigalovada Sutta yang terdapat dalam kitab Digha Nikaya sebagai berikut: o ekena bhoge bhubjeyya (satu bagian untuk dinikmati) o dvihi kammam payojaye (dua bagian untuk ditanamkan kembali ke dalam modalnya) o catutabca nidhapeyya (bagian ke empat disimpan) o apadasu bhavissanti (untuk menghadapi masa
depan yang sulit) Didalam Sigalovada-sutta, juga dijabarkan tentang enam cara pemborosan kekayaan, yaitu :
• Kecanduan pada minuman keras dan obat-obatan
• Berkeluyuran pada waktu yang tidak pantas
• Menghadiri hiburan malam
• Ketagihan berjudi
• Dikelilingi orang-orang yang tidak baik
• Kebiasaan bermalas-malasan
3. Sikap mental terhadap kekayaan itu sendiri
Seorang umat awam yang sejati tidak hanya mencari kekayaan secara benar dan menggunakan secara untuk tujuan konstuktif tetapi juga menikmati kebebasan spiritual, tanpa terikat padanya terobsesi atau diperbudak olehnya. Menggunakan kekayaan tanpa keserakahan, tidak melekat, mewaspadai bahayanya dan memiliki pengertian (insight) yang memelihara kebebasan jiwanya. Kekayaan yang diperlakukan secara salah tidak saja menghalangi kemajuan individu, tetapi juga bisa membahayakan masyarakat. Kekayaan menghancurkan mereka yang bodoh, tetapi tidak menghancurkan mereka yang mempunyai tujuan. Hidup yang bebas yang tidak secara berlebihan bergantung pada materi adalah hidup yang tidak tersesatkan oleh kekayaan. Ia yang mengaplikasikan mata pencaharian benar, dan menggunakan kekayaan dengan baik untuk dirinya maupun orang lain dikatakan dalam agama Buddha sebagai pemenang memiliki kebijaksanaan yang menuntun pada pelepasan kemelekatan (nisarana panna), saat ia tidak lagi diperbudak oleh harta ataupun tidak membawanya sebagai beban, saat ia bisa hidup dengan gembira dan tak bingung tanpa dirusak oleh kekayaan duniawi. Karakter utama dari ekonomi buddhis adalah mengacu pada jalan tengah, hidup sederhana, tidak berlebihan. Mengetahui dan sadar dimana kebahagiaan bertemu dengan kepuasan setelah kita menjawab kebutuhan akan kualitas kehidupan atau kebahagiaan. Misalnya konsumsi yang disesuaikan dengan jalan tengah harus seimbang sebatas jumlah yang pantas untuk pencapaian kesejahteraan daripada hanya pemenuhan nafsu
keinginan. Hal ini bertolak belakang dengan prinsip ekonomi di dalam ekonomi klasik bahwa konsumsi maksimum akan membawa kepuasan maksimum. Kita memiliki konsumsi yang bijak secukupnya menuntun menuju kebahagiaan. Di dalam ekonomi buddhis juga tidak merugikan diri sendiri maupun makhluk lain yang merupakan prinsip penting yang digunakan sebagai kriteria dasar perbuatan manusia. Ekonomi buddhis harus sesuai dan harmonis dengan keseluruhan proses
sebab akibat sehingga ekonomi berjalan sedemikian rupa tanpa menyakiti diri sendiri ataupun makhluk lain.
Walaupun konsumsi dan kekayaan ekonomi penting, tetapi itu bukanlah tujuan akhir. Itu hanyalah sebagai dasar untuk perkembangan manusia dan peningkatan kualitas hidup. Ekonomi Buddhis memastikan pembentukan kekayaan menuntun pada kehidupan di mana orang-orang bisa mengembangkan potensipotensi mereka dan memperbanyak hal-hal yang baik. Kualitas kehidupanlah dan bukan harta yang menjadi tujuan.
Referensi:
Payutto, Ven 2005 “Ekonomi Buddhis-Jalan Tengah Untuk Dunia Usaha”
. Buddhadharma Foundation.
Field, Lloyd 2009 “Business and The Buddha – Berhasil Dengan Berbuat Baik”. Yayasan penerbit Karaniya.
Tindakan, Motif, dan Prinsip Ekonomi.
Pandangan Agama Buddha Tentang Ekonomi.
Konsep Ekonomi Dalam Agama Buddha.
http://www.plengdut.com/2013/04/tindakan-motif-dan-prinsipekonomi. html, diakses 19 sept 2013 19.05
http://www.becsurabaya.org/artikel/artikel-buddhis/157pandanganagama- buddha-tentang-ekonomi.html, diakses Kamis, 19 September , 2013 – 18:23 WIB
http://www.buddhistzone.com/story/Buddhist/27-08-2012/konsepekonomi-
dalam-agama-buddha, diakses Kamis, 19 September , 2013
Sumber :
Vidyāsenā Production
Vihāra Vidyāloka
padamutisarana
28 Nov 2024
Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …
padamutisarana
09 Nov 2024
Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …
padamutisarana
10 Agu 2024
Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD) PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …
padamutisarana
21 Jun 2024
Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …
padamutisarana
30 Mei 2024
Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yag dirancang guna menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siswa-siswa Indonesia yang tergambar sebagai profil Pelajar Pancasila. Dalam upaya membentuk Profil …
padamutisarana
30 Mei 2024
Batam, Tisarana.net – Rabu, 29 Mei 2024 Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) resmi terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Kepengurusan PERGABI Kepri untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kepri yang berlangsung di BIZ Hotel, Batam. Acara tersebut juga menjadi momen penting untuk pelantikan ketua baru. Dalam sambutannya, Edy …
10 Feb 2018 8.994 views
Kalyanamitta berasal dari kata Kalyana yang artinya baik atau bagus dan Mitta yang artinya teman. Jadi Kalyanamitta berarti teman yang baik atau bagus yang dapat menjadikan diri kita selalu waspada dalam menempuh kehidupan dunia dan setelah meninggal. Terdapat empat macam sahabat yang dipandang berhati tulus ( suhada ) : yaitu A. sahabat penolong ( upakaro …
21 Feb 2016 8.879 views
Ada dua orang yang tidak terbalas jasa-jasa nya siapakah mereka ? AYAH dan IBU-mu. Barang siapa dapat mendorong orangtua-Nya menjadi berkeyakinan, berkebajikan, murah hati, bijaksana, dengan berbuat begitu, orang ini telah membalas, bahkan ia telah berbuat lebih dari pada sekedar membalas jasa-jasa orangtua-NYA. ( Anguttara Nikaya 161 ) Pada kesempatan ini saya ingin mengajak para DERMAWAN yang bisa …
30 Nov 2015 8.627 views
Agama Buddha yang oleh umat Buddha dikenal sebagai Buddha Dhamma, bersumber pada kesunyataan yang diungkapkan oleh Sang Buddha Gotama lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lalu, yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang, dan oleh karenanya dapat membebaskan manusia dari ketidaktahuan (avijja) dan penderitaan (dukkha). Dalam sejarah perkembangan agama Buddha, telah timbul berbagai …
22 Feb 2016 6.566 views
DOKTRIN KELAHIRAN KEMBALI Apakah ada kehidupan sebelum kelahiran ? Akankah ada kehidupan setelah kematian ? Ini adalah pertanyaan – pertanyaan yang perlu dibicarakan secara serius dan tenang. Pertanyaan – pertanyaan yang memiliki kepentingan filosofis seperti itu harus dipertimbangkan dengan segenap pemikiran manusia secara objektif dan tanpa prasangka, tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadinya. Seseorang mestinya jangan …
28 Jan 2017 5.779 views
Oleh : Y.M. Acharya Buddharakkhita Terdapat berbagai cara dalam latihan metta-bhavana, meditasi cinta kasih universal. Tiga metode dasar akan diuraikan di sini. Petunjuk-petunjuk ini, didasarkan pada sumber-sumber kitab suci dan kitab komentar, ditujukan untuk menjelaskan latihan meditasi metta dalam cara yang jelas, sederhana, dan langsung sehingga setiap orang yang bersungguh-sungguh ingin melaksanakan latihan tidak memiliki …
16 Sep 2018 5.468 views
Sekolah Minggu Remaja Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi, hari minggu 16 September 2018, di pagi yang cerah para remaja Buddhis berdatangan untuk melaksankan puja terhadap Guru Agung Buddha. Lantunan parita yang baik, terlihat pemimpin puja Aryo dan Anan membaca sesuai dengan tanda baca yang benar. Hal ini merupakan kebanggan bagi remaja Buddhis yang terus dapat turut …
03 Des 2017 4.916 views
“ Anuttaram Punnakhetam Lokassati” Dalam kehidupan manusia didunia ini, terdapat 4 hal yang selalu diinginkan, yaitu : menjadi kaya raya, memperoleh kedudukan yang tinggi, usia panjang, dan mencapai alam kebahagiaan setelah berakhirnya kehidupan di dunia. Secara universal praktek memberi (berdana) dikenal sebagai salah satu keluhuran manusia yang paling mendasar. Terlebih dalam ajaran agama Buddha berdana …
Comments are not available at the moment.