Home » Ceramah » Pemimpin Si Penakluk Diri. Ven YM. Bhante Sri Pannavaro Mahathera.

Pemimpin Si Penakluk Diri. Ven YM. Bhante Sri Pannavaro Mahathera.

padamutisarana 15 Mei 2017 598

Dalam suatu kesempatan Pangeran Siddharta keluar dari istana. Pada saat itulah untuk pertama kalinya Beliau melihat orang yang tua renta, orang yang sakit, dan orang yang meninggal dunia, jenazah yang dikremasi.

Pangeran Siddharta melihat penderitaan yang snagat berbeda dengan kehidupan yang terjadi didalam istana. Kejadian yang dilihat oleh Pangeran itu sangat merisaukan hatinya. Bermacam-macam penderitaan Beliau lihat di luar istana.

Mengapa manusia harus menderita? Kerisauan itu, pertanyaan itu sangat menggangu Pangeran Siddharta. Apakah ada jalan untuk membebaskan manusia dari penderitaan?

Padahal Pangeran melihat penderitaan, melihat orang tua yang menderita, orang sakit dan orang yang mati itu, untuk pertama kalinya. Lalu itu sudah cukup membuat kepedulian yang luar biasa Pangeran Siddharta terhadap penderitaan.

Bagaimana dengan kita? Sudah berapa kali kita melihat penderitaan orang lain? Berkali-kali !

Namun, kita ini mungkin tumpul. Tidak timbul peduli kepada mereka yang menderita. Kita akan sangat peduli kalau yang menderita itu adalah keluarga kita atau diri kita sendiri.

Berbeda dengan Pangeran Siddharta yang hanya melihat sekali. Dan, yang sekali itu cukup mengguncang hatinya.

Mengapa mereka harus menderita?

Inilah bedanya bodhisattva dengan manusia biasa seperti kita. Melihat penderitaan yang sekali itu saja sudah cukup menarik kepedulian yang luar biasa. Kepedulian yang di atas rata-rata umat manusia.

Itulah bodhisattva, mahluk agung.

Pangeran Siddharta berpikir penderitaan ini tidak mungkin akan selesai hanya dengan diberi makanan, diberi pakaian – sekarang dengan caranya membagi sembako.

Tidak mungkin penderitaan itu akan berakhir dengan member makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain-lain. Tentulah ada sebab yang lebih dalam, ada sebab yang lebih hakiki dari sekedar kelaparan, sakit, dan lain-lain.

Pangeran Siddharta merenungkan bahwa Beliau harus berjuang, mencari jawaban mengapa penderitaan itu terjadi. Tidak mungkin tidak ada sebabnya, dan tidak mungkin tidak ada jalan keluar untuk mengatasinya.

Pangeran Siddharta pergi meninggalkan istana. Beliau meninggalkan tahta, meningalkan kemegahan dan kemewahan. Menolak kenyamanan, dan diganti dengan 6 tahun perjuangan yang sangat luar biasa.

Untuk Anda yang pernah berziarah ke India, Anda bisa melihat tempat 6 tahun Pertapa Gotama berjuang bukanlah tempat yang nyaman. Hanya merupakan satu goa yang sederhana dan kecil. Perjuangan yang sangat luar biasa karena kepedulian Pangeran Siddharta terhadap penderitaan mahluk hidup di semesta ini.

Setelah 6 tahun berjuang, pada saat bulan purnama di bulan Vesakha, Pertapa Gotama mencapai pencerahan sempurna. Beliau mencapai Sammasambuddha. Sejak itulah beliau mengajarkan Dhamma kepada kita.

Namun sebenarnya Guru Agung kita Buddha Gotama, setelah mencapai pencerahan, Beliau tidak hanya mengajarkan Dhamma selama 45 tahun saja. Tidak. Sebenar-benarnya Guru Agung itu masih memimpin kita sampai sekarang, selama lebih dari 2600 tahun. Meskipun Beliau sudah mangkat .

Karena menjelang Beliau menutup mata, para bhikkhu yang belum mencapai kebebasan, termasuk Bhante Ananda, juga umat perumah tangga merasa sedih sekali karena Sang Guru sudah parinibbana, menutup mata, kita tidak mempunyai guru lagi. Guru Agung kita mengatakan, “Tidak demikian. Dhamma dan Vinaya yang kuajarkan itulah sebagai pengganti Gurumu kelak. Setelah Aku tidak ada lagi.”

Dhamma itu sekarang masih utuh, dan Vinaya itu masih dijalani, dipraktekkan oleh para bhikkhu dengan semaksimal mungkin. Dhamma dan Vianaya yang diwariskan oleh Guru Agung kita itu masih utuh. Berarti Guru Agung kita masih memimpin kita sampai sekarang. Meskipun Beliau sudah wafat, Beliau masih memimpin kita sepanjang lebih dari 2600 tahun.

Banyak tokoh sejarah, para guru spiritual, ribuan, mungkin jutaan keberadaannya yang sekarang ini tidak kita kenal lagi. Namun , Guru Agung kita Buddha Gotama dikenal oleh ratusan juta umat manusia, dan masih memimpin kita sampai sekarang.

Mengapa demikian?

Karena Pangeran Siddharta menolak tahta, Pangeran Siddharta menolak kemewahan dan kenyamanan. Pangeran Siddharta mengalahkan dirinya sendiri, barulah Beliau mencapai pencerahan dan memimpin kita sampai sekarang.

Marilah kita berpikir terbalik sekarang. Seandainya Pangeran Siddharta memilih menjadi raja, menggantikan Raja Sudhodana, siapa yang mengenal Pangeran Siddharta sekarang ini?

Kepemimpinan Pangeran Siddharta hanya akan sebentar saja andaikan Pangeran Siddharta memilih menjadi raja.

Namun, karena Pangeran Siddharta mengalahkan dirinya sendiri, dari seorang Pangeran, Beliau menjadi seorang pertapa. Lalu mencapai pencerahan, dan menjadi Sammasambuddha. Manusia yang telah mengalahkan dirinya sendiri. Untuk itu Beliau menjadi pemimpin yang baik.

Sebagai contoh; Apabila seorang suami , seorang ayah, di rumah dia tidak mau mengalahkan dirinya sendiri, maka dia hanya ingin mencari menangnya sendiri. Dia mencari kenikmatan untuk dirinya sendiri. Apakah ayah seperti itu bisa memimpin keluarganya? Tidak !!

Seorang ayah yang mencari kenikmatan untuk dirinya sendiri, yang mempunyai selingkuhan berganti-ganti, ayah seperti ini tidak mungkin memimpin keluarganya sendiri. Tidak ada kerukunan di dalam keluarga itu. Tidak ada keutuhan.

Demikian juga seornag ibu, seorang istri, apabila dia tidak memperhatikan suaminya, tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, tidak mengurus rumah tangganya, tidak mau mengalahkan dirinya sendiri alih-alih justru mencari kesenangan sendiri, maka seorang ibu yang seperti ini tidak mungkin mampu memimpin keluarganya.

Suatu hari, seorang umat vihara setelah melihat satu program TV, dia mengatakan kepada saya, “Bhante, orang yang berumah tangga itu dalam bahasa Inggrisnya disebut workshop”.

Saya pikir workshop itu loka karya. Namun, dia pun berkata, “Bukan bhante. Maksudnya workshop adalah suaminya work, istrinya shop. Suaminya work hard, istrinya shop hard.”

Ini hanya bercandaan yang ada di masyarakat. Tetapi apabila seperti demikian ini rumah tangga dijalankan, barangkali akan terjadi percekcokan karena ada perlakuan tidak adil.

Apabila seseorang tidak mampu mengalahkan dirinya sendiri, dia hanya mencari kenikmatan pribadi, maka tidak mungkin dia mampu memimpin orang lain. Orang seperti ini bukanlah seorang pemimpin yang baik.

Masyarakat kita sekarang ini membutuhkan keteladanan seorang pemimpin yang baik. Seorang pemimpin yang mampu mengalahkan dirinya sendiri untuk peduli kepada yang dipimpinnya.

 

Sumber Gambar : http://abphy.com/user/malamseniwaisak

Sumber Tulisan : https://www.facebook.com/search/top/?q=dhamma%20kehidupan

Comments are not available at the moment.

Sorry, the comment form has been disabled on this page/article.
Related post
Umat Buddha Penuh Berkah dalam Puja Bakti Vihara Caggasasana Tangerang

padamutisarana

05 Agu 2022

Tisarana.net Rabu, 3 Agustus 2022 pukul 19.00 WIB umat Buddha di Vihara Caggasasana Tangerang sudah mulai berdatangan untuk mengikuti acara rutin yaitu puja bakti. Puja Bakti ini merupakan kegiatan yang sangat baik dimana umat Buddha dapat melakukan kebajikan secara lengkap melalui ucapan, pikiran, dan perbuatan. Perbuatan baik melalui pikiran, umat Buddha dapat melatih meditasi dengan …

Generasi Muda Penuh Berkah oleh Roch Aksiadi

padamutisarana

31 Jul 2022

Tisarana.Net – Tangerang, 30 Juli 2022 Vihara Punna Karya terletak di Curug Kabupaten Tangerang dan bagi warga Buddhis di Tangerang Vihara ini  sudah tidak asing lagi. Vihara Punna Karya terus memberikan pelayanan bagi umat Buddha di sekitar Tangerang dengan sangat baik. Tempatnya sangat nyaman dan pelayanannya sangat baik, semoga Vihara Punna Karya semakin sukses. Pelayanan …

Seni Hidup Bahagia

padamutisarana

19 Nov 2021

Seni Hidup Bahagia oleh Roch Aksiadi Mengapa kita harus bahagia? Bagaimana caranya merubah penderitaan menjadi kebahagiaan? Bagaimana memperoleh kebahagiaan yang sesunguhnya? Cara meraih kebahagiaan diantaranya adalah: Ucapkan Terima Kasih Pada Penderitaan Kondisikan Kebahagiaan dengan senyuman Ubah Penderitaan Menjadi Kebahagiaan Memahami Arti Kebahagiaan Mari kita simak bersama-sama video Seni Hidup Bahagia berikut: Berikut Presentasi Seni Hidup …

Membangun Karakter Buddhis 4.0

padamutisarana

04 Mei 2019

  Minggu, 5 Mei 2019 Karakter adalah sebuah hal penting dalam kehidupan manusia. Karakter seperti apakah yang seharusnya dimiliki oleh umat Buddha dalam menghadapi era yang serba digital, yang pastinya akan mempengaruhi pola pikir manusia saat ini ? Era Industri 4.0 sudah berjalan di peradaban manusia, tidak terelakkan juga negara Inonesia turut terkena angin perubahan …

Nasihat Mulia Guru Buddha untuk Perumah Tangga

padamutisarana

04 Mei 2019

Maret 2019 “ Keyakinan adalah HARTA TERBAIK manusia disini DHAMMA yang di praktekkan dengan baik membawa KEBAHAGIAAN KEBENARAN adalah benar-benar PALING MANIS diantara cita rasa Orang yang hidup dengan KEBIJAKSANAANLAH yang dikatakan hidup PALING BAIK ” Samyuta Nikaya I : 228 Diatas adalah ajaran Guru Buddha untuk meningkatkan kwalitas batin umat Buddha menuju kebahagiaan hidup …

MEDITASI SARANA PEMBUKTIAN ADANYA KELAHIRAN KEMBALI oleh: YM.Bhikkhu Uttamo Mahathera

padamutisarana

25 Sep 2017

Masalah kehidupan sering menjadi suatu teka-teki untuk kita. Kadang kita bertanya-tanya, sesungguhnya dari mana kita berasal? Dari mana datangnya, apakah kita muncul begitu saja? Ataukah ada sebab lain? Ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa kita dicipta.Tetapi seandainya kita lalu menanyakan kenapa saya dicipta menderita? Mengapa dia dicipta bahagia? Kenapa dia dicipta sehat dan saya dicipta …

x
x