Home » Artikel » “Bebaskan Masalah dengan Cinta Kasih”, kata YM. Ajahn Brahm

“Bebaskan Masalah dengan Cinta Kasih”, kata YM. Ajahn Brahm

padamutisarana 01 Mar 2016 1.179

ajahn-brahm -atasi masalah dengan cinta kasih

(Sebuah ulasan Terhadap Khotbah Dhamma Ajahn Brahm tgl 30 Jan 2009 dengan Judul “Freeing Problems in Life With Metta” ) Oleh: Prajna Labha
Ajahn Brahm secara teratur membawakan Dhamma Talk setiap Jum’at malam di Monastery nya yang terletak di bagian Barat Australia .
Seperti Biasanya beliau tidak pernah merencanakan apa yang akan jadi topik dalam setiap Dhamma Talk yang akan dibawakan. Ajahn Brahm baru saja kembali dari luar negeri sebelum membawakan ceramah Dhammanya pada tanggal 30 Jan 2009 itu .Beliau melihat email yang masuk dan mendapatkan satu pertanyaan yang kemudian menjadi subyek khotbahnya malam itu.
Seseorang menanyakan tentang bagaimana menghadapi orang-orang yang mengganggu disekeliling kita dengan menggunakan Cinta Kasih dan apakah batasan-batasan dalam menerapkannya.
Dalam Buddhisme kita sudah terbiasa berbicara banyak tentang Cinta Kasih dan rasa Belas Kasihan namun memang pertanyaan diatas benar. Kita tidak cukup hanya membicarakan Cinta Kasih dan Belas kasihan (Metta & karuna), Tapi kita harus dapat memanfaatkan kedua sifat luhur tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Kita sebagai mahluk sosial pasti akan selalu berhubungan dengan orang-orang di sekeliling kita.

Sudah menjadi hukum alam bahwa diantara orang-orang tersebut pasti ada yang mengganggu ataupun yang menjadi masalah buat kita. Disinilah Ajahn Brahm menekankan bahwa walaupun Cinta Kasih dan Belas Kasih merupakan jalan kesucian dalam Buddha Dhamma namun kita juga memerlukan kebijaksanaan (Panna) dalam kehidupan ini. Kelihatannya Panna inilah yang menjadi pembatas dalam penerapannya. Kita memang harus bijaksana dalam bertindak.
Metta & Karuna di satu sisi dan Panna di sisi lain. Kedua Sisi tersebut ibarat dua buah sayap burung yang harus ada dan bekerja sama. Tidak mungkin hanya satu sayap untuk bisa terbang, alih-alih terbang burung tersebut hanya akan berputar-putar di tempat dengan satu sayap. Jadi dengan kata lain kita harus seimbang antara kebijaksanaan di satu sisi dengan rasa belas kasih di sisi lain.
Dalam Khotbah tersebut Ajahn Brahm memberikan perumpamaan tentang seorang anak muda pengurus wihara yang mengetahui bahwa ruangan kebaktian agak panas dan dia juga tahu bagaimana caranya menyalakan AC. Ini adalah sebuah kebijaksanaan ,sebuah pengetahuan. Di sisi lain dia juga merasa kasihan terhadap umat yang kepanasan sehingga terjadilah kejadian bahwa dia menyalakan AC untuk menolong umat yang kepanasan.

Di sini jelas jika dia tahu ruangan panas namun tidak ada Cinta dan Belas Kasih, hal itu tentu saja tidak akan menolong. Umat akan tetap kepanasan. Demikian juga jika dia punya Metta Karuna namun dia tidak punya kebijaksanaan maupun pengetahuan untuk menjalankan AC maka hal itu pun tidak akan membantu. Karena tentu saja dia tidak bisa hanya berucap “ oh semoga semua makhluk tidak menderita kepanasan” lalu umat akan merasa sejuk. Itu tidak mungkin terjadi.
Meskipun demikian bisa saja terjadi bahwa setelah AC tersebut mendinginkan ruangan, kini malah ada sebagian orang merasa kedinginan. Melakukan kebaikan terhadap sebagian orang ternyata bisa menyebabkan penderitaan untuk sebagian orang yang lain.
Inilah yang menurut Ajahn Brahm merupakan bagian penting dari rasa Cinta Kasih & Belas Kasihan. Pada saat kita ber“Metta Karuna” seharusnyalah kepada semua makhluk. Tidak hanya untuk orang ini atau orang itu saja yang malah membuat orang yang lainnya menderita. Kadang-kadang dalam penerapannya kita harus memasukkan semua unsur pertimbangan . Tentu saja penerapannya bisa sangat menyulitkan.
Pemecahan nya menurut Ajahn Brahm bisa juga merupakan jawaban terhadap topik pertanyaan di atas. Karena sebenarnya tidak ada orang yang bermasalah atau mengganggu , yang menimbulkan masalah adalah cara pikir kita ataupun tanggapan kita terhadap hubungan antara kita dan orang tersebut.

Cinta Kasih dan Belas Kasih bukan saja untuk memecahkan masalah dengan orang disekeliling kita, tapi kadang juga untuk hal-hal atau keadaan lain seperti terlalu panas, terlalu dingin, masalah ekonomi , masalah kesehatan dan lainnya. Jadi menurut Ajahn Brahm bukan hanya orang tapi kehidupan itu sendiri sudah merupakan masalah. Bermasalah dengan orang kadang masih bisa diatasi cukup dengan menghindari orang tersebut tetapi bagaimana dengan kehidupan, tentu saja kita tidak bisa bersembunyi dan lari dari kehidupan.
Menurut Ajahn Brahm, meskipun terhadap masalah dengan orang kita bisa redam dengan jalan menghindar. Tetap ada satu orang yang kita tidak bisa hindari, yang justru merupakan pusat dari masalah. Orang itu adalah diri kita sendiri.
Ada orang yang jatuh kedalam kebiasaan minuman keras atau bahkan sampai bunuh diri hanya untuk melarikan diri dari diri sendiri. Tentu saja sebagai Buddhis kita mengetahui dengan jelas bahwa bunuh diri bukanlah suatu penyelesaian karena apapun masalahnya hal itu akan terbawa ke kelahiran kembali.
Jadi kembali lagi menurut Ajahn Bhram ,masalah itu timbul dari hubungan, bagaimana kita menghadapi dan bereaksi terhadap hubungan tersebut. Hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain, hubungan dengan keadaan sosial ekonomi kita, hubungan dengan rasa panas, dingin , suara berisik dan sebagainya.

Dalam menanggapi hubungan tersebut kita selalu menyalahkan yang ada diluar diri kita. Kita menyalahkan orang lain, hawa panas, hawa dingin, suara berisik. Namun sesungguhnya yang menjadi masalah adalah tanggapan kita terhadap hubungan antara diri kita dengan obyek-obyek tersebut.
Sebenarnya ini cukup jelas dalam cerita pengurus wihara diatas. Keadaan suhu disana mestinya sama dalam satu ruangan namun tanggapan orang terhadap keadaan tersebut sangat berbeda . Beberapa merasakan panas sedangkan yang lain menanggapinya dengan biasa saja. Sehingga ketika AC dinyalakan tentu saja sebagian menanggapinya dengan merasa lebih nyaman sementara yang lain malah jadi merasa kedinginan. Dengan demikian bukan keadaan suhu tersebut yang membuat masalah tetapi tanggapan hubungan kita terhadap suhu tersebut. Masalah sesungguhnya ada di dalam diri kita sendiri.
Sama dengan cerita tentang Anjing kudisan . Anjing tersebut merasa gatal saat berbaring di tanah. Dia pindah ke bawah Pohon tetap merasa gatal, pindah ke desa, masuk ke dalam hutan tetap merasa gatal. Buddha mengatakan kita sama seperti Anjing Kudisan tersebut yang merasa masalah berada di luar diri kita. Tanpa menyadari bahwa masalah ada di diri sendiri.
Ajahn Brahm di dalam khotbah ini kelihatannya lebih banyak menerangkan pada bagaimana kita bisa berpikir atau merasa bahwa sesuatu sebagai masalah atau problem, bukan semata-mata pada Metta & Karuna sebagai pemecah masalah. Ajahn Brahm lebih menjelaskan proses kenapa kita menganggap sesuatu sebagai masalah. Setelah itu baru bagaimana Metta Karuna dapat berperan.
Pertanyaan bagaimana Metta&Karuna bisa membantu mengatasi masalah dengan orang disekeliling kita itu timbul mulanya dari pemikiran bahwa ada masalah dengan orang sekeliling kita. Mungkin maksud Ajahn Brahm, begitu kita bisa mengerti dan mengatasi sebab timbulnya masalah itu maka persoalan Metta Karuna sebagai pemecah persoalan menjadi suatu sekedar alat bantu.
Dalam hidup ini sering kita harus berhadapan dengan situasi atau kondisi bermasalah.seperti situasi ekonomi, atau yang sederhana seperti sakit tenggorokan atau jadwal penerbangan kita tertunda. Sebenarnya menurut Ajahn Brahm problemnya bukan terletak pada situasi tersebut tetapi lebih kepada bagaimana kita memandang dan berhubungan dengan situasi tersebut. Apakah kita malah bisa melihat masalah itu dari sudut pandang lain sehingga masalah itu berubah menjadi keuntungan bagi kita.
Dengan cara bercanda Ajahn Brahm mengambil contoh dirinya yang sedang batuk-batuk. Alih-alih melihat itu sebagai problem, Ajahn Brahm melihatnya dengan Batuk tersebut mungkin umat bisa bersimpati dengannya dan tidak memberikan banyak pertanyaan selesai khotbah sehingga beliau bisa lebih cepat beristirahat.
Dengan cara yang sama Ajahn Brahm menganjurkan kita untuk menghadapi masalah ekonomi dari sisi positifnya. Karena tidak punya uang untuk membeli motor atau mobil kita malah bisa lebih sehat dengan berolahraga sambil naik sepeda. Jika kita tidak punya rumah besar maka rumah kecil jauh lebih baik karena dengan demikian tidak banyak pekerjaan untuk membersihkan rumah dan hubungan antar keluarga menjadi lebih dekat secara emosional akibat dari secara fisik selalu berdekatan. Kita juga boleh merasa lebih aman karena perampok tidak akan mengincar rumah yang kecil.
Dalam hal ini tentu saja anjuran Ajahn Brahm diberikan dalam konteks kita tidak atau belum bisa mengatasi kondisi ekonomi tersebut. Karena dengan memandang hal tersebut sebagai masalah maka penderitaan akan muncul dengan sendirinya.
Kita menerapkan belas kasihan pun dalam konteks terhadap hubungan itu, bukan pada objek atau situasi bermasalah. Karena menurut Ajahn Brahm jika kita memberikan Cinta/belas Kasih pada pribadi seseorang yang bermasalah dengan kita, maka bisa saja orang tersebut malah mengambil keuntungan dari sikap kita. Mestinya kita memberikan Belas Kasih pada hubungan yang ada diantara kita dan orang tersebut.

Ajahn Brahm memberikan contoh nyata. Pernah terjadi , Monastery berurusan hukum dengan pihak tertentu. Pihak tersebut merugikan orang lain dan diri mereka sendiri dengan mengoperasikan truk-truk besar melewati jalan kecil yang berliku di depan Monastery sehingga membahayakan. Setelah beberapa kali diperingati namun tidak digubris.
Sampai pada suatu ketika salah satu truk besar kehilangan kendali waktu melewati jalan kecil tersebut. Kejadian tersebut sangat mengerikan. Siapapun jika berada di depan truk tersebut pasti akan meninggal. Sehingga demi hukum dan keselamatan Monastery melaporkan hal tersebut kepada pihak berwenang.
Yang menarik adalah selama masa-masa persidangan tersebut ternyata melewati hari raya Natal. Saat itu sekretaris Monastery, Ajahn Sujato mengirimkan kartu ucapan selamat Natal dan Tahun Baru kepada semua pihak lawan (tergugat). Itu sangat mengejutkan pihak mereka dan memberikan dampak bahwa selama ini mereka telah salah memandang apa yang telah dilakukan Monastery terhadap mereka.
Disini Monastery tidak melihat masalah pada orang-orang tersebut tetapi pada hubungan yang terjadi antara Monastery dengan mereka. Jadi selama pertikaian hukum berlangsung tidak ada pikiran jahat yang muncul tetapi rasa Cinta /Belas Kasih.

Jadi saat kita memberikan rasa Cinta/Belas Kasih pada orang lain bukan berarti kita membiarkan kelakuan mereka yang merugikan. Namun dalam usaha memperbaiki hal tersebut lakukanlah dengan Cinta/Belas Kasih bukan dengan kemarahan.
Sering sekali kita berusaha mengatasi orang yang punya masalah dengan cara marah-marah maupun memarahi. Hal ini menurut Ajahn Brahm tidak akan pernah berhasil. Andaikata berhasil itu pasti merupakan pemecahan sementara yang tidak akan bertahan lama.Barangkali kita bisa marah dan orang itu lalu mundur namun jika dia merasa sudah punya kekuatan maka dia akan kembali lagi. Karena kemarahan hanya akan meninggalkan rasa takut , begitu rasa takut itu hilang gangguan itu akan kembali lagi.
Saat ada orang yang memarahi kita, kita harus diam ,biarkan dia memarahi kita. Setelah dia selesai memarahi kita biarkan keadaan tetap diam selama 15 detik. Berikan kesempatan kepadanya untuk memikirkan apa yang telah dia ucapkan. Biarkan dia merefleksikan rasa kemarahan yang telah dia tumpahkan kepada kita. Kita jangan sekali-kali balas memarahinya.
Menurut Ajahn Brahm, kita pun harus menetapkan batasan-batasan yang bijaksana dalam menerapkan Cinta/Belas kasih. Suatu waktu Monastery membangun tempat untuk retreat center. Menurut jadwal retreat center itu harus sudah selesai pada bulan April. Namun berdasarkan perhitungan dan pengamatan pada cara kerja pemborong, bangunan itu tidak mungkin rampung di bulan April. Maka tentu saja Ajahn Brahm meskipun dia sebagai seorang Rohaniwan, dia tidak bisa mengatakan kepada pemborong tersebut : “ walaupun retreat center ini tidak akan rampung pada waktunya, tidak apa-apa ,kamu tetap saja teruskan gaya pekerjaan kamu ,saya tidak ingin kamu jadi sakit kepala dan menderita karena memikirkan pekerjaan yang terlambat ini”. Kalau ini dikatakan maka hal itu bisa terlihat jadi sangat bodoh.
Disini kita harus dapat membuat batasan. Kita tidak berbelas kasih pada pribadi pemborong. Kita berbelas kasih pada hubungan kita, kepada seluruh umat yang telah menunggu selesainya retreat center tersebut.Maka pemborong tersebut tetap harus ditegur namun dengan cara Cinta/Belas kasih.
Sebagai seorang direktur atau Manager atau supervisor , mungkin sekali kita mendapatkan bawahan yang membuat masalah. Saat masalah itu ditemukan jangan dengan alasan Metta Karuna hal itu didiamkan. Harus segera diatasi .Namun dalam berkomunikasi untuk mengatasi masalah tersebut Metta & Karuna berperan.
Kepada bawahan yang bermasalah tersebut pertama-tama kita sebagai atasan harus mencari sesuatu darinya yang bisa kita puji. Merupakan sifat alam bahwa jika seseorang mendapat pujian maka dia akan mendengarkan kita . Pada saat telinga dan pikirannya sudah terbuka terhadap omongan kita maka itulah saat yang tepat

untuk memberitahu , menasihati atau bahkan mengkritiknya. Kemudian bersama-sama mencari solusi atas masalahnya.
Kita biasanya langsung marah jika seseorang melakukan hal buruk kepada kita . Padahal Seringkali saat kita mengetahui apa dibalik alasan seseorang melakukan suatu keburukan biasanya kita akan menjadi lebih toleran terhadap orang itu. Oleh sebab itu kita tidak seharusnya bersikap langsung marah.
Dalam Khotbah ini Ajahn Brahm mengambil contoh tentang seorang murid yang dengan sengaja meludah dekat kaki gurunya, dan menolak unuk membersihkannya. Perbuatan ini tentu saja merupakan pelanggaran disiplin yang cukup berat dan membuat sangat marah gurunya. Namun perasaan marah tersebut akan berubah setelah mengetahui alasan anak tersebut bisa bertindak seperti itu.
Malam sebelum kejadian, ternyata Ibu si anak tersebut dipukuli oleh ayahnya sampai masuk ke rumah sakit. Kejadian itu tentu saja sangat membuat seorang anak umur 12 tahun menjadi kehilangan orientasi dan bingung. Kedua orang tuanya yang selama ini menjadi tempat dia bersandar terpisah.
Saat menyadari alasan dibalik kejadian tersebut rasanya kita tidak mungkin akan mampu memarahi kembali anak tersebut, yang mungkin timbul adalah rasa belas kasihan yang bisa diberikan agar dia dapat menghadapi masalahnya tersebut.
Ajahn Brahm juga menyatakan ketidak setujuannya dengan sistim hukuman bagi orang-orang bermasalah. Hukuman hanya akan membuat orang tersebut mencari waktu untuk membalas sakit hatinya. Alih alih memberikan hukuman kita harus melakukan rehabilitasi. Lebih baik lagi jika kita bisa mendapatkan manfaat yang bisa kita ambil dari masalah orang tersebut. Merubah masalahnya menjadi manfaat.
Memberikan perhatian ,rasa percaya dan rasa cinta/belas kasih kepada seseorang yang bermasalah kadang bisa sangat efektif . Seperti dalam cerita seorang perampok yang merampok kotak dana wihara.
Hanya dengan memberikan kepercayaan, rasa kasih kepadanya, seorang perampok dapat menemukan hubungan terhadap orang sekeliling yang selama ini hilang. Itu salah satu penyebab yang membuatnya melakukan kejahatan. Karena kadang banyak orang bermasalah muncul hanya karena mereka tidak tahu bagaimana bisa menjalin hubungan yang baik dengan orang sekelilingnya.
Seorang anak yang tidak dapat menjalin hubungan yang baik dengan orangtuanya bisa bermasalah. Suami atau istri yang kesulitan berhubungan atau berkomunikasi satu dengan yang lain juga akan menimbulkan masalah.

Memaafkan dapat juga merubah hidup seseorang. Bagaimana kita melatih diri agar bisa memaafkan suatu tindakan yang dianggap sulit untuk dimaafkan. Jika hal itu bisa dilakukan maka akan dapat merubah cara seseorang dalam melakukan suatu tindakan.
Diceritakan bagaimana didalam suatu komunitas yang masih memegang budaya nyawa harus dibayar nyawa menjadi berubah total karena sebuah perbuatan memaafkan dari seorang ayah yang anaknya meninggal karena terbunuh kepada keluarga pembunuh anaknya.
Rasa Cinta/Belas Kasih yang diiringi dengan kebijaksanaan dan perbuatan memaafkan sesungguhnya merupakan suatu pemecahan yang bisa bertahan untuk jangka panjang, bukan pemecahan yang sifatnya hanya sesaat. Semoga kita selalu dapat menerapkannya dalam kehidupan ini.

Mettacittena,
Prajna Labha
Juli 2009

SABBA DANANG DHAMMA DANANG JINATI.
(Pemberian kebenaran Dhamma Melebihi Pemberian lainnya)

 

 

Comments are not available at the moment.

Sorry, the comment form has been disabled on this page/article.
Related post
Meditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera

padamutisarana

28 Nov 2024

Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia   Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …

Sutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas

padamutisarana

09 Nov 2024

Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …

Musda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua

padamutisarana

10 Agu 2024

Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD)  PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …

Musda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru

padamutisarana

21 Jun 2024

Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …

PELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI

padamutisarana

30 Mei 2024

Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yag dirancang guna menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siswa-siswa Indonesia yang tergambar sebagai profil Pelajar Pancasila. Dalam upaya membentuk Profil …

Tri Wahyono Joko Towo Dinobatkan sebagai Ketua Baru PERGABI Kepulauan Riau

padamutisarana

30 Mei 2024

Batam, Tisarana.net – Rabu, 29 Mei 2024 Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) resmi terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Kepengurusan PERGABI Kepri untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kepri yang berlangsung di BIZ Hotel, Batam. Acara tersebut juga menjadi momen penting untuk pelantikan ketua baru. Dalam sambutannya, Edy …

x
x