Pada hari ini, 01 Maret 2018 adalah hari yang diliputi duka bagi umat Buddha di Indonesia. Bapak Cornelis Wowor telah meninggal dunia, beliau merupakan susuk pejuang Dhamma yang telah banyak jasanya bagi umat Buddha di seluruh tanah air tercinta. Ucapan bela sungkawa terus tertaburan dari berbagai kalangan uamt Buddha. Semoga mendiang Bapak Cornelis Wowor berkat jasa yang telah ditanamkan dan disebarkan kepada kita semua dapat mengkondisikan beliau terlahir kembali di alam yang berbahagia.
Sadhu… Sadhu… Sadhu…
Berbagai ucapan belasungkawa terus datang, berikut beberapa ungkapan bela sungkawa yang disampaikan oleh umat Buddha:
Bapak Corneles Wowor sudah mendahului kita pada Kamis tgl 1 Maret hari ini, Purnama Maghapuja, pukul 9.33 WIB. Kita kehilangan pendidik dan pengabdi Dhamma yg sangat baik. Semoga beliau mencapai Kebebasan (Nibbana). Sanghapamokka, Sri Pannyavaro Mahathera.
Tulisan ini dari Sefu Neng Xiu. Byk belajar dari tulisan indah ini. 🙏
Selamat Jalan Master Kehidupan.
Alm. Bapak Cornelis Wowor.
Bagi umat Buddha,
Siapa yang tidak kenal Bapak Pejuang Dharma yang satu ini.
Dari ketidaktahuannya terhadap Agama Buddha, menjadi Ketidaksukaan yang menimbulkan rasa penasaran sampai melakukan sendiri Pembuktian Secara Langsung Buddha Dharma.
Ini adalah sosok Guru Teladan yang menceburkan dirinya Sendiri ke dalam Samudera Dharma.
Tidak puas dengan “katanya, katanya dan katanya”
Tidak suka dengan kata “seandainya”, “misalkan”, “kalau”, dan “kabarnya”. Prinsip Beliau: “Mending selami langsung kebenarannya jangan berandai-andai”.
Sosok Master Kehidupan ini bicara tentang Karma, hidupnya. Sejak kecil Coca cola is My Way mengakibatkan Penyakit Gula darahnya Is My Dukkha. Kebiasaan di Manado Hobby Berburu tikus berakibat rasa sakit kepala menahun dan berbagai jarum suntik yang menemani saat akhirnya.
Beliau tidak malu bicara hal ini untuk kepentingan kita semua “Jangan di contoh yah!” Itu katanya.
Sejak Matanya masih bisa membaca semua buku di babat habis. “Apapun yang namanya kata2 adalah sumber pengetahuan dan kebijaksanaan”.
“Jangan lelah belajar, karena hidup akan sangat melelahkan bagi yang tak pernah mau belajar”
Terakhir kondisi matanya tidak lagi bagus pun, Ia tetap membaca lewat telinga, lewat hati. Dan semakin ke sini Ia semakin piawai mendengarkan Suara Hati. Belajar memahami dan terus sampai titik darah penghabisan akan terus membabarkan Dharma”.
Katanya sambil bercanda Beliau tak mau ke Surga yang hanya happy happy saja, bila masih boleh akan terus membabarkan Dharma di alam manusia ini, tapi tak tahu mau jadi anak siapa? Si A? B? C? Serunya sambil tertawa.
Dari Manado negeri sebelah timur katanya, mengabdi sampai ke Barat Indonesia. Masih kembali ke timur dan punya pesan demikian, jangan pernah lupa setiap hari Matahari terbit dari Timur, Buddha Dharma juga harus tetap Bersinar di Ujung Timur Indonesia.
Walau Agama bukan segalanya tetapi Mental dan Moralitas itu penting dalam membangun Bangsa.
Inilah sedikit pesan2 dari seorang Master, Mentor, Dosen, Guru ataupun Pengabdi Dharma yang selalu tergiang.
Sudah banyak ia mengubah kita semua dengan Caranya yang unik dalam mengajar.
Ibarat seorang Maestro yang dengan indah memberikan sentuhan pada kanvas dengan kuasan warna2 kehidupan yang cerah.
Hitam tetaplah warna yang indah dan Putih tidaklah bisa berdiri sendiri tanpa warna lain yang mendampinginya.
Semua hitam dan putih kehidupanlah yang membuat kita menjadi Hidup.
Selamat Jalan Guru
Salam Mudita
Mudita Center.
Sabbe Sankhara Anicca,Turut Bersamvega Citta 🙏
Bpk Corneles Wowor telah wafat pd hr Kamis,1 Maret 2018 jam 9.30. bertepatan dengan hari Magha Puja.
Terima kasih Pak Wowor atas semua bimbingan Dhammanya selama ini.
Semoga jasa kebajikan yang telah dilakukan oleh Bpk Corneles Wowor,M.A. mengkondisikan beliau bertumimbal lahir di Sugati Bhumi dan memungkinkan terealisasinya Nibbana pd suatu saat nanti.
Sādhu Sādhu Sādhu…🙏
Cornelis Wowor
Cornelis Wowor, MA. merupakan seorang tokoh yang sangat dikenal di kalangan pemeluk agama Buddha. Ia pernah menjadi seorang bhikkhu dan juga banyak mengisi sejarah perkembangan agama Buddha di Nusantara.
Biografi
Cornelis Wowor dilahirkan di Tomohon,Sulawesi Utara pada tanggal 5 Desember 1948. Ia merupakan putra seorang Purnawirawan ABRI, yaitu Alm. Alexander Wowor dan ibunya bernama Alm. Emma Pangemanan.[1]
Menjalani kebhikkhuan
Cornelis Wowor pernah menjalani kehidupan sebagai seorang bhikkhu dari tahun 1972 -1980 dengan nama Bhikkhu Agabbalo.[1]
Kehidupan berkeluarga
Selepas menjalani kehidupan kebhikkhuan, Cornelis Wowor menikah pada tanggal 2 Januari 1981 dengan Lila Dewi Limartha dan dikaruniai dua orang putra yaitu Vijjayano dan Ariyamano.[1]
Karier
Cornelis Wowor meniti karier diDirektorat Urusan Agama BuddhaDepartemen Agama RI sejak tahun 1986 sebagai staf. Kariernya yang selanjutnya adalah sebagai berikut:[1]
Kepala Seksi Perumusan Bahan pada Subdit Penerangan Agama Buddha (1988)
PJS. Kasubdit Penerangan Agama Buddha (10 Juni 1991)
Kasubdit Bina Sarana Agama Buddha (16 Juni 1995)
Pejabat Pengganti Sementara (Pgs) Direktur Urusan Agama Buddha (26 Agustus 1999)
Direktur Urusan Agama Buddha (16 Juni 1999)
Karya
Disamping sebagai penulis buku-bukuagama Buddha, Cornelis Wowor juga dikenal sebagai Penceramah Dharma atau Dharmaduta. Di era kepemimpinannya sebagai Direktur Urusan Agama Buddha, ia berhasil didirikan Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Kertarajasa Batu, Sekolah Tinggi Agama Buddha Syailendra KopengSemarang, Sekolah Tinggi Agama Buddha Maha Prajna Jakarta, danSekolah Tinggi Agama BuddhaSriwijaya Tangerang, Banten yang akhirnya dapat menjadi satu-satunya STAB Negeri di Indonesia saat ini.[1]
Daftar karya tulis
Hukum Kamma Buddhis (2004)[2]
Referensi
^ a b c d e f Pondok Meditasi Asri Jakasampura. Cornelis Wowor, MA.
^ Cornelis Wowor. 2004. “Hukum Kamma Buddhis”. Penerbit: CV Nitra Kencana Buana.
Berikut salah satu tanya jawab tentang keberadaan manusia didunia ini bersama Bapak Cornelis Wowor
Sumber :
dari berbagai sumber di Group Whatsapp Buddhis