Home » Artikel » Apakah Persembahan Tertinggi?

Apakah Persembahan Tertinggi?

padamutisarana 16 Des 2017 585

Suatu ketika, para dewa di Alam Surga Tàvatimsa berkumpul dan membahas empat pertanyaan:

(1) Dari segala pemberian, apakah yang terbaik?
(2) Dari segala rasa, apakah yang terbaik?
(3) Dari segala kegembiraan, apakah yang terbaik? dan,
(4) Mengapa KeArahattaan, akhir kemelekatan, disebut yang terbaik?

Tidak ada dewa yang mampu menjawab empat pertanyaan ini. Satu dewa bertanya kepada dewa lain, yang kemudian menanyakan kepada dewa lain lagi, dan seterusnya.

Demikianlah mereka saling bertanya, mereka mengembara di 10.000 alam semesta selama 12 tahun (tanpa memperoleh jawaban.)

Tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini setelah lewat 12 tahun, para dewa dari 10.000 alam semesta berkumpul dan menjumpai empat raja dewa (Catu-maharajika).

Sewaktu empat raja dewa itu bertanya mengapa mereka berkumpul, para dewa itu berkata, “Kami datang menemui kalian karena kami memiliki pertanyaan yang tidak dapat kami pecahkan.”

“Apakah empat pertanyaan itu, teman-teman?”tanya Raja Dewa. Para dewapun mengulang pertanyaan mereka. Kata para dewa itu, “karena tidak dapat menemukan jawaban, kami menghadap kalian.”

Kemudian empat raja dewa berkata, “Kami juga tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, teman-teman. Tetapi, junjungan kita, Sakka, mampu mengetahui jika ia merenungkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, yang diajukan oleh ribuan orang. Sakka lebih unggul daripada kami dalam hal kecerdasan, kebijaksanaan, dan kemuliaan. Marilah, kita pergi menghadapnya.”

Empat raja dewa itu membawa mereka menghadap Sakka dan saat ditanya mengenai kerumunan besar itu, para dewa menjelaskan persoalan itu kepadanya.
“Para dewa!” Sakka berkata, “Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini tidak mungkin diketahui oleh semua makhluk (kecuali Buddha).

Sesungguhnya, empat pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh Buddha. Di manakah Buddha berada sekarang?” Sakka menambahkan, “Marilah, kita pergi menghadap Buddha dan bertanya kepada-Nya.”
Bersama-sama dengan para dewa itu, Sakka menerangi seluruh Jetavana pada malam hari dan mendekati Buddha, bersujud kemudian berdiri di tempat yang semestinya.

Saat Buddha menanyakan mengapa mereka datang dalam rombongan besar. Sakka menjawab, “Para dewa, Yang Mulia, ingin mengajukan pertanyaan.

Tidak seorang pun selain Engkau, Yang Mulia, yang mampu menjawab pertanyaan mereka. Mohon Engkau menjelaskan kepada kami, Buddha Yang Mulia.”
“Baiklah, Sakka.” Buddha berkata, “Setelah memenuhi 30 Penyempurnaan (Parami) dan melakukan 5 Kedermawanan Agung (Maha-pariccaga) tanpa ragu, Saya memperoleh KeMahaTahuan untuk melenyapkan keraguan dalam diri individu seperti engkau. Jawaban atas empat pertanyaan itu adalah sebagai berikut:

Dari semua pemberian, pemberian Dhammalah yang terbaik.
Dari semua rasa, rasa Dhammalah yang terbaik.
Dari semua kegembiraan, kegembiraan Dhammalah yang terbaik.
KeArahattaan, akhir kemelekatanlah yang terbaik karena mengakhiri segala penderitaan.

Setelah mengucapkan jawaban itu dalam bahasa biasa, Buddha kemudian mengucapkan syair berikut:

Sabbadānam Dhammadānam jinàti.
Sabbarassam Dhammaraso jinàti.
Sabbaratim Dhammarati jinàti,
Tanhakkhayo sabba dukkham jinàti.

(Sakka, raja para dewa,) pemberian Dhamma yaitu ajaran dan pelajaran Dhamma, mengungguli semua pemberian lainnya.
Rasa Dhamma, yang terdiri dari 37 Faktor Pencerahan Sempurna dan 9 Dhamma Pelampau Semesta (Nava-lokuttaradhamma) mengungguli semua rasa lainnya. Kegembiraan di dalam Dhamma mengungguli semua kegembiraan lainnya. KeArahattaan pada akhir kemelekatan, secara total mengatasi semua penderitaan.

Penjelasan dari Jawaban
(1) Bahkan jika jubah-jubah yang setipis lapisan batang pohon pisang dipersembahkan kepada para Buddha, Pacceka Buddha, dan para Arahanta ditumpuk hingga tingginya mencapai alam brahma di dalam satu alam semesta dan tidak menyisakan ruang kosong di antaranya, sebait syair yang terdiri dari empat baris yang disampaikan sebagai penghargaan dari suatu persembahan, adalah jauh lebih berharga.

Sesungguhnya, nilai dari pemberian jubah yang tidak terhitung banyaknya itu bahkan lebih kecil dari 1/256 bagian dari nilai syair Dhamma yang disampaikan sebagai penghargaan dari persembahan jubah itu.

Demikianlah kemuliaan dari mengucapkan, mengajarkan, dan mempelajari Dhamma.
Seperti mereka yang berusaha mengorganisir dan mengatur agar banyak orang dapat mendengarkan Dhamma, manfaat yang diperoleh juga tak terbayangkan.

Dibandingkan dengan persembahan makanan di dalam mangkuk, dimana setiap orang memberikan makanan lezat dan mewah, dibandingkan pemberian obat-obatan, setiap orang memberikan mentega, minyak, dan sejenisnya, dibandingkan dengan pemberian ratusan ribu tempat tinggal seperti Mahavihara, dibandingkan dengan pemberian istana berkubah bertingkat sembilan seperti Lohapasada (100 ruangan di setiap lantainya), bahkan berbagai pemberian termasuk Vihara Jetavana yang dipersembahkan oleh Anathapindika dan vihara-vihara lain kepada para Buddha, Pacceka Buddha, dan Arahanta yang memenuhi seluruh alam semesta dan tidak menyisakan ruang kosong antara satu dengan lainnya; dibandingkan semua pemberian ini, pemberian Dhamma yang dibabarkan dalam satu bait syair yang terdiri empat baris sebagai penghargaan atas persembahan itu jauh lebih baik.

Mengapa? Karena mereka yang melakukan kebajikan mempersembahkan empat kebutuhan, yaitu: jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan, melakukan hal itu hanya setelah mendengarkan Dhamma, bukan sebaliknya. Jika mereka tidak mendengarkan Dhamma, mereka tidak akan memberikan bahkan sesendok nasi sekalipun.

Karena alasan inilah pemberian Dhamma mengungguli semua pemberian lainnya.
Untuk lebih jelasnya:

dengan pengecualian para Buddha dan Pacceka Buddha, bahkan Yang Mulia Sàriputta dan siswa mulia lainnya, yang memiliki kecerdasan yang memungkinkan mereka menghitung jumlah tetesan air hujan sewaktu hujan deras selama satu ayu kappa penuh (+ 100 tahun), tidak mungkin mencapai Sotapatti-Phala dan kesucian yang lebih tinggi dengan usaha mereka sendiri (tanpa mendengar Dhamma). Setelah mendengarkan ajaran dari Thera dan yang lainnya, barulah mereka dapat mencapai Sotapatti-Phala; setelah mendengarkan ajaran Buddha (Dighanakha Sutta dan lain-lain) mereka dapat menjadi para Araha. “Karena alasan ini pula, Sakka, hanya pemberian Dhamma (Dhammadana) lebih dihargai daripada pemberian empat kebutuhan (paccayadana).”

Demikianlah makna kata-kata Buddha, “Pemberian Dhamma mengungguli segala pemberian.”

(2) Segala jenis rasa termasuk rasa buah-buahan, rasa bunga-bungaan, rasa yang lezat (bahkan makanan para dewa sekalipun) adalah penyebab kelahiran kembali dalam samsara dan kejatuhan ke dalam penderitaan. Tetapi rasa 9 Dhamma Adi Dunia bersama-sama dengan 37 Faktor Pencerahan karena menuntun pada berakhirnya kelahiran dan derita, adalah lebih baik daripada semua rasa duniawi. Demikianlah makna kata-kata Buddha, “Rasa Dhamma mengungguli segala rasa.”

(3) Segala kegembiraan di dunia ini seperti memiliki putra dan putri, memiliki kekayaan, perempuan, bernyanyi, musik, dan lain-lain adalah penyebab kelahiran kembali dalam samsara dan kejatuhan ke dalam penderitaan.

Kegembiraan yang muncul dalam diri seseorang yang berasal dari perhatian dalam membicarakan, mengajarkan atau mendengarkan Dhamma, dapat menyebabkan kegirangan hati, bahkan hingga mengeluarkan air mata dan menyebabkan bulu kuduk berdiri. Kegembiraan demikian yang dapat mengakhiri penderitaan dalam samsàra dan membawa kesejahteraan hingga pencapaian Sotàpatti-Phala, lebih baik daripada semua jenis kegembiraan duniawi.

Demikianlah makna kata-kata Buddha, “Kegembiraan di dalam Dhamma mengungguli segala kegembiraan.”

(4) Segala jenis kemelekatan akan sirna saat Arahatta-Magga tercapai. Arahatta-Magga segera diikuti oleh (menghasilkan) Arahatta-Phala. Karena Arahatta-Phala muncul di akhir dari kemelekatan, ini disebut juga Tanhakkhaya (hancurnya kemelekatan). Karena Arahatta-Phala yang juga disebut Tanhakkhaya mengatasi semua penderitaan, ini adalah Dhamma yang mengungguli dan lebih mulia daripada segala hal. Demikianlah makna kata-kata Buddha, “Arahatta-Phala, akhir dari kemelekatan, mengatasi secara tuntas segala penderitaan.”

Setelah mengetahui Dana yang tertinggi adalah persembahan Dhamma, seyogyanya kita juga menjadi rajin dalam mempelajari, mempraktekkan, menembusi, dan membabarkan Dhamma Sejati.

Selain berceramah, berdana Dhamma juga dapat dilakukan melalui pencetakan dan membagikan buku, ebook, DVD Dhamma Sejati atau buku Paritta, atau juga dengan membaca paritta, atau mengajak sahabat kita untuk pergi ke vihara dan mendengarkan Dhamma. Atau juga dengan meng-copy halaman Dhamma yang mengispirasi Anda dan mempostingnya di halaman sosial media seperti facebook atau whatsapp dan yang lainnya.

Tapi kita juga perlu sangat berhati-hati dalam memilih artikel Dhamma yang ingin kita sebarkan, apakah sesuai dengan ajaran Buddha yang sesungguhnya? Jangan sampai kita tertipu dan justru membantu penyebaran adhamma yang mengatasnakaman “Buddha”. Karena fakta di lapangan, 200 tahun setelah ParinibbanaNya Buddha saja, di India sudah ada lebih dari 250 pandangan salah yang semua mengatasnamakanNya, apalagi kini.

Namun yang sesuai Dhamma Sejati, walau sangat langka, masih ada, perlu ekstra hati-hati saja dalam memilah.
Bagaimana mengetahui suatu ajaran adalah sesuai dengan ajaran Buddha? Tipitaka, Atthakatha Pali sebagai pedoman, namun perlu hati-hati dengan interpretasi yang disampaikan pribadi.

Seiring berjalannya waktu, dengan seringnya membaca, membahas, mempraktekkan Dhamma, dibimbing mereka yang berpengetahuan tepat, pengetahuan Dhamma kita akan terus meningkat dan kita bisa mengetahui mana yang merupakan ajaran Buddha yang asli.

Sabba Danam Dhammadanam Jinati:

Dari segala macam pemberian, pemberian melalui Dhamma adalah yang tertinggi mengungguli semua pemberian lainnya

Mereka yang mengajarkan jalan ke surga dan Nibbana
Suatu hari nanti akan mencapainya

__________
Semoga anda mencapai kebahagiaan Nibbana
Forwad BroadCast Dhamma ini kesemua teman Buddhist anda melalui FB, Wa, etc
Karena persembahan Dhamma adalah persembahan tertinggi.
Persembahan Dhamma akan berbuah kebijaksanaan bagi pemberi dan penerima

Bagi yang ingin mendapat Broadcast Dhamma
Ketik dan kirim nama anda ke whatsapp +6287883394674
Saya : Bhikkhu Assaji

 

Sumber gambar : http://lamrimnesia.org/2017/03/14/banyak-banyak-persembahan-buat-apa-memangnya-buddha-terima/

Comments are not available at the moment.

Sorry, the comment form has been disabled on this page/article.
Related post
Meditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera

padamutisarana

28 Nov 2024

Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia   Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …

Sutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas

padamutisarana

09 Nov 2024

Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …

Musda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua

padamutisarana

10 Agu 2024

Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD)  PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …

Musda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru

padamutisarana

21 Jun 2024

Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …

PELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI

padamutisarana

30 Mei 2024

Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yag dirancang guna menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siswa-siswa Indonesia yang tergambar sebagai profil Pelajar Pancasila. Dalam upaya membentuk Profil …

Tri Wahyono Joko Towo Dinobatkan sebagai Ketua Baru PERGABI Kepulauan Riau

padamutisarana

30 Mei 2024

Batam, Tisarana.net – Rabu, 29 Mei 2024 Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) resmi terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Kepengurusan PERGABI Kepri untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kepri yang berlangsung di BIZ Hotel, Batam. Acara tersebut juga menjadi momen penting untuk pelantikan ketua baru. Dalam sambutannya, Edy …

x
x