keyakinan terhadap tiratana ajaran buddha
Home » Artikel » Pertanyaan seorang petugas Keamanan Parkir

Pertanyaan seorang petugas Keamanan Parkir

padamutisarana 14 Des 2017 443

Sebagai pembimbing spiritual, saya terbuka berdiskusi dengan siapa saja. Tidak memandang status, suku, ataupun agamanya. Bantuan pengertian ini semata hanya bertujuan, agar mereka mendapatkan jawaban permasalahan hidupnya, sesuai kebenaran.

Ketika itu saya audiensi dengan Bapak Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal untuk gema Waisak. Karena panitia diterima setelah makan siang, sesampainya disana tidak dapat parkir. Akhirnya, umat mencari parkir di gedung sebelahnya.

Karena belum mengetahui medan parkir, akhirnya mobil diberhentikan di pinggir. Kami tidak turun dari mobil. Sambil menunggu, panitia hanya berbincang saja di dalam mobil, mengenai gema Waisak. Kami menggunakan mobil dengan kaca yang cukup gelap. Mungkin orang akan kesulitan melihat dari luar, tapi dari dalam kami dapat melihat.

Saat kami sedang berbincang, ada umat yang terheran-heran. Menurutnya, ada seorang petugas keamanan parkir yang terus menempel di pintu tempat di mana saya duduk. Saya duduk di depan, samping umat yang menyetir. Menurut pantauan umat, petugas ini mondar-mandir sambil melirik terus ke arah saya. Mendapat cerita ini, umat yang menyetirkan mobil, mengira karena kesalahan parkir. Maka ia membuka kaca mobil. Petugas itu menghampirinya.

Umat itu bertanya, “Pak, parkir di sini boleh?”

Petugas itu menjawab, spontan, “oh, boleh, boleh, pak!” lalu petugas itu berkata lagi, sambil kepalanya merunduk ke arah dalam mobil, dan menyapa saya, “Maaf, pak, Bapak Sang Buddha ya?”

Mendapat teguran seperti itu, rasanya ingin tertawa. Tapi kemudian saya paham yang dimaksud itu adalah Bhikkhu Buddha.

Saya menjawab, “Iya, ada apa Pak?”

“Anu, Pak. Apa boleh saya bertanya? Mau tukar pikiran gitu, Pak.” kata petugas itu dengan logat jawanya. Lantas saya menjawab, “Iya, boleh silahkan.” petugas itupun lantas berputar menuju sisi mobil, tempat saya duduk. Dan, kaca pun terbuka. Kami dapat berkomunikasi lebih dekat.

Bapak petugas keamanan parkir itu memulai percakapan dengan kalimat, “Begini Pak. Saya itu selalu diikuti makhluk halus, makhluknya jahat. Saya harus bagaimana, Pak?”

Inilah pertanyaan umum yang terjadi di masyarakat. Saya mesti menjawab, tapi dengan bahasa yang masuk di pikirannya.

“Gini ya mas, panggil mas aja ya, dari Jawa juga kan?”

“Inggih pak,” jawabnya.

“Perasaan bahwa ada makhluk yang mengikuti kita itu sebenarnya yang jahat, mas. Belum tentu ada makhluk yang mengikuti kita.” baru berkata seperti ini, langsung dibantah,

“Tapi bener itu Pak, katanya naga.”

Saya menambahkan, “Kalaupun itu benar, mas, ada makhluk yang mengikuti, belum tentu jahat. Apalagi mau menjahati kita. Itu belum tentu.”

Sampai di sini, dia mengangguk-angguk.

Penjelasanpun disambung, “Kalo mas mau caranya supaya makhluk itu tidak jahat dengan kita, saya kasih tahu caranya.”

Petugas itu terlihat antusias sekali, “Iya, Pak. Mau..!”

“Begini, mas. Pertama, jangan takut. Setelah tidak takut, diri kita akan tenang. Sesekali, kalau ada waktu, mas rileks kan seluruh tubuh dan pikiran. Beri waktu untuk rileks, terutama buat pikiran. Jangan bebani pikiran dengan macam-macam keinginan yang belum terjadi, dan jangan mengingat masalah yang sudah terjadi. Setelah fisik ini rileks, pikiran juga rileks, rasa rileks itu akan membuang ketegangan. Kita jadi tenang berpikir, jernih melihat masalah. Kalau sudah tenang, setiap mas berbuat baik, entah habis shalat atau sedekah, coba mas merenung dalam diri, dan mengarahkan pikiran dengan berpikir, semoga semua makhluk berbahagia. Kalau ini dilakukan terus menerus, makhluk seram seperti apapun tidak berani menjahati kita. Kita jangan menuduh dulu dia jahat. Karena tidak semua makhluk itu jahat. Ada yang baik juga, mas.” begitu penjelasan saya.

Petugas itu berkata, “Oh, gitu ya, berarti yang pertama tidak boleh takut ya, Pak. Tapi bener ndak, Pak? Kalau makhluk yang ikut saya itu, tidak jahat.”

Mengatasi orang dalam kondisi labil, harus diberi penegasan.

Saya katakan, “Tidak, Mas…! Malah kalau orang tertentu kan mengatakan naga itu bagus…, masak makhluknya aja belum tentu ada, sudah dikatakan jahat toh mas?”

Petugas itu pun tersenyum, sambil mengucapkan terima kasih.

Itulah fakta di dalam hidup ini, manusia kadang menakut-nakuti dirinya sendiri…

✍🏼 Bhante Abhakaro

Comments are not available at the moment.

Sorry, the comment form has been disabled on this page/article.
Related post
Meditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera

padamutisarana

28 Nov 2024

Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia   Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …

Sutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas

padamutisarana

09 Nov 2024

Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …

Musda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua

padamutisarana

10 Agu 2024

Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD)  PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …

Musda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru

padamutisarana

21 Jun 2024

Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …

PELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI

padamutisarana

30 Mei 2024

Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yag dirancang guna menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siswa-siswa Indonesia yang tergambar sebagai profil Pelajar Pancasila. Dalam upaya membentuk Profil …

Tri Wahyono Joko Towo Dinobatkan sebagai Ketua Baru PERGABI Kepulauan Riau

padamutisarana

30 Mei 2024

Batam, Tisarana.net – Rabu, 29 Mei 2024 Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) resmi terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Kepengurusan PERGABI Kepri untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kepri yang berlangsung di BIZ Hotel, Batam. Acara tersebut juga menjadi momen penting untuk pelantikan ketua baru. Dalam sambutannya, Edy …

x
x