- BeritaMusda I Sukses Membawa Dwi Sektiyono Cahyo sebagai Ketua, PERGABI DIY Siap Berkarya untuk Kemajuan Pendidikan Agama Buddha
- ArtikelMeditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera
- AgendaSutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas
- ArtikelMusda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua
- ArtikelMusda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru
- BeritaKonsolidasi PERGABI Kalimantan Barat: Subari, S.Ag Terpilih Menjadi Ketua dalam Musda I
- ArtikelPELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI
Mencintai Kehidupan oleh YM. Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera
Ada beberapa hal yang menarik dalam agama Buddha, yang membuat dunia Barat tertarik. Ada sebuah cerita: suatu saat, seseorang sedang berkunjung ke suatu ruangan, dan pada waktu itu seorang bhikkhu sedang berada di sana bersama dengan beberapa orang umat lainnya. Di ruang tersebut terdapat banyak semut, bhikkhu itu meminta agar semut-semut tersebut disapu mencegah agar tamu tersebut tidak membunuh semut-semut. Di samping itu, ia ingin mengajarkan dan memberikan contoh kepada tamu tersebut bahwa membunuh itu tidak baik. Lalu, salah seorang umat mulai menyapu, tamu tersebut hanya memperhatikan dan berkata, “Bunuh saja semutnya!” Seorang umat yang lain berkata, “Jangan dibunuh, kita harus mencintai kehidupan.”
Menurut tamu tersebut, membunuh semut juga berarti mencintai kehidupan. Semut itu mengganggu kehidupannya, dengan membunuh semut berarti dia telah mencintai kehidupannya sendiri. Anda boleh mencintai kehidupan Anda, tetapi apakah dengan mencintai kehidupan sendiri, Anda harus membunuh mahkluk lain? Dengan tidak membunuh makhluk lain, sesungguhnya Anda bisa mencintai kehidupan Anda, seperti makhluk-makhluk itu yang juga mencintai kehidupannya sendiri. Anda juga tidak ingin dibunuh. Ketika Anda dianggap berbahaya oleh orang lain, orang itu akan membunuh Anda. Apakah hal itu yang Anda inginkan?
Di negara-negara Buddhis, sejak kecil anak-anak diajarkan untuk tidak membunuh, misalnya, jangan menangkap jangkrik, kupu-kupu, atau memelihara burung. Anak-anak menjadi takut membunuh karena orang tua mengajarkan bahwa membunuh dilarang oleh Sang Buddha dan takut akibat yang akan diterima jika membunuh makhluk hidup, tetapi mereka belum mengerti apa arti mencintai kehidupan. Saat beranjak dewasa, saat mereka sudah dapat menggunakan intelektualitas mereka, barulah diberikan penjelasan mengapa tidak boleh membunuh. Apa hanya karena takut menerima buah karma buruk atau penderitaan. Bukan karena itu, tetapi karena kehidupan itu memang berharga.
Anak-anak di negara Buddhis tidak membunuh karena pengaruh keyakinan orang tuanya, yakni membunuh dilarang oleh Sang Buddha karena membunuh akan mengakibatkan penderitaan. Tetapi beda halnya dengan seorang bapak yang baru belajar Dhamma, bapak itu ti dak membunuh semut karena pengerti annya sendiri.
Ajaran Buddha bersifat konsisten, salah satunya adalah tentang konsistensi mencintai kehidupan. Dhamma tidak pernah membuat standar ganda tentang mencintai kehidupan. Contohnya: membunuh berarti tidak menghargai kehidupan, termasuk misalnya jika ada seseorang yang ingin mengganggu Sang Buddha, maka orang itu tidak boleh dibunuh. Sang Buddha konsisten dengan ajarannya, seperti yang ada pada hukum alam yang selalu konsisten. Dalam ajaran Sang Buddha, menghargai kehidupan larangan pembunuhan menjadi hal yang sangat penting. Konsistensi tentang larangan itu, tidak akan pernah berubah. Berat dan ringannya akibat yang akan dialami dari perbuatan membunuh tentu berbeda-beda. Ajaran mencintai kehidupan sering disebut sebagai ‘metta’ atau cinta kasih mencintai semua kehidupan tanpa kecuali.
Almarhum Soedjatmoko pernah menulis, bahwa ada dua pandangan tentang keberadaan manusia di dunia. Pandangan yang satu menyatakan bahwa manusia memiliki mandat untuk mengelola alam ini. Pengertian ini bisa memicu manusia untuk mengeksploitasi kekayaan alam. Pengertian yang kedua: manusia adalah bagian dari alam, penjaga alam, bukan pengelola alam.
Memancarkan metta dan menghargai kehidupan bisa langsung dilakukan dalam praktik dan sikap hidup sehari-hari. Kebaikan, ketulusan memang harus selalu dipelajari dan dilatih; tetapi keburukan tidak perlu sulit-sulit dipelajari. Semua sumber kebaikan berasal mengalir dari metta, mencintai kehidupan. Dengan berkembangnya metta, maka niat melanggar sila akan lebih sulit muncul karena pikiran telah terkondisikan pada hal-hal yang baik.
Dalam keadaan lain, seseorang yang minum-minuman keras memiliki empat sahabat yang nantinya akan selalu mengikutinya. Yang pertama adalah berbohong atau berkata yang tidak benar, yaitu waktu berbicara saat sedang mabuk. Tanpa sadar ia akan mengatakan sesuatu yang tidak baik atau tidak benar. Yang kedua, mencuri: seseorang yang telah kecanduan minuman keras akan mencuri jika tidak lagi memiliki uang untuk membeli minuman keras. Yang ketiga, orang mabuk juga cenderung melakukan perbuatan asusila. Yang terakhir, keempat, membunuh: orang yang kecanduan minuman keras akan melakukan segala cara untuk memperoleh apa yang diinginkan, termasuk membunuh, karena dia sudah tidak bisa mengendalikan dirinya lagi akan apa yang dilakukan.
Orang yang semula kecanduan dan sekarang telah sembuh dari kecanduannya, ia bisa teringat kembali pada kenikmatan kecanduan di masa lalu, dan ia bisa kembali pada kebiasaan yang tidak baik itu. Rokok merupakan pembunuh yang sangat cepat, karena rokok banyak mengandung zat-zat yang tidak baik.
Marilah mengembangkan metta, mencintai kehidupan, tidak hanya melaksanakan melalui ucapan, tetapi perbuatan. Setelah memiliki metta, maka seseorang akan memiliki karuna welas asih, dan mudita rasa simpati .
Perilaku sangat berharga yang lebih tinggi untuk dikembangkan adalah meditasi. Meditasi bisa membantu dalam menghadapi kesulitan, emosi, ataupun ketegangan. Dalam lati han awal meditasi, sebaiknya kita tidak mencari ketenangan, karena ketenangan itu adalah hasil dari lati han terus menerus.
Yang kedua adalah pandangan terang atau kebijaksanaan. Kebijaksanaan yang mampu memotong kotoran batin muncul dari hasil meditasi. Saat tidak sedang meditasi, ada kalanya kita merasa tenang. Ini bukan ketenangan yang sesungguhnya. Ketenangan yang timbul saat tidak sedang bermeditasi adalah ketenangan yang timbul karena terpenuhinya kebutuhankebutuhan indera kita.
Enam indera yang kita miliki adalah: mata yang melihat, telinga yang mendengar, hidung yang membau, lidah yang merasakan rasa, badan yang merasakan sentuhan, dan pikiran. Jika ada kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka kita akan gelisah. Seperti mendapatkan makanan yang tidak disenangi, bau yang tidak sedap, atau hinaan.
Ketenangan yang kita peroleh dari kepuasan indera, misal: melihat pemandangan indah, duduk di tempat yang empuk, adalah berbeda dengan ketenangan yang didapat saat kita bermeditasi. Saat bermeditasi, pikiran memperhatikan objek meditasi, mata tidak melihat karena tertutup, telinga mendengar tapi tidak ada perhatian, hidung tidak membau apa-apa, lidah tidak makan, tubuh tidak menyentuh apa-apa. Meditasi mencoba untuk mereduksi rangsangan panca indera yang sangat ganas, yang sulit untuk dikendalikan.
Jika meditasi dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan mendapatkan ketenangan tanpa harus memberi makanan kepada indera dan pikiran. Yang disenangi tubuh kita, yaitu tidur berlama-lama, mata menonton film yang disukai, telinga mendengar lagu-lagu favorit, mencium aroma/ bebauan yang harum, lidah selalu mencari makanan. Panca indera menjadi pintu pikiran yang selalu menuntut lebih dan tidak pernah bisa merasa puas. Hal-hal yang dulu sudah dapat memuaskan, sekarang harus mencari sesuatu yang berbeda, yang lebih dari biasanya.
Ketenangan rendah yaitu saat panca indera merasa nyaman, tidak terusik oleh hal-hal yang tidak menyenangkan. Ketenangan pikiran terjadi karena pikiran diberikan sasaran atau objek yang harus diperhatikan. Syarat orang bermeditasi adalah adanya perhatian. Perhatian terhadap naik-turunnya perut, atau keluarmasuknya napas, atau dengan mengucapkan “Semoga semua mahkluk berbahagia.” Pikiran kita ini sangat liar bila dibandingkan dengan ucapan dan perbuatan kita.
Sesuatu yang menyebabkan terjadinya meditasi adalah perhatian perhatian terus-menerus. Dari perhatian terus-menerus akan muncul pengetahuan. Jika hanya melihat sepintas, tidak dapat dikatakan sebagai suatu latihan meditasi. Dari perhatian terus-menerus, akan timbul rasa bosan apalagi yang diamati sesuatu yang bersifat netral. Meditasi yang paling baik, yang bisa menimbulkan pencerahan adalah meditasi dengan objek netral, yaitu dengan memperhatikan bagian dari tubuh atau mental ini. Meditasi membutuhkan keuletan untuk mengamati secara terus-menerus. Keuletan terus-menerus ini lazim disebut viriya atau semangat. Dua hal ini keuletan (viriya) dan perhatian (sati) adalah faktor mental yang dimiliki oleh semua orang, baik yang beragama maupun yang tidak beragama.
Jadi apa perbedaan manusia dengan binatang? Manusia adalah binatang yang dapat berpikir, memerlukan kebutuhan-kebutuhan secara distinctive, berbeda. Ditinjau dari Dhamma, manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia tidak hanya bisa berpikir, tetapi bisa menyadari pikirannya. Sebagai contoh, segala sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus tapi tidak ada perhatian, seperti menyapu halaman, belajar, dan yang lain-lain. Tetap ada hasil dari pekerjaan tersebut, yaitu hasil duniawi, tetapi tidak ada manfaat batin atau mental, karena dilakukan tanpa perhatian penuh. Menyapu atau mengepel bisa dijadikan objek meditasi bila melakukan pekerjaan sederhana itu dengan perhatian penuh, terus-menerus tidak sambil memperhatikan hal-hal lain atau melamun.
Latihan meditasi di vihara dianjurkan untuk dilakukan dengan aktivitas perlahan-lahan. Karena dengan melakukan kegiatan secara perlahan-lahan, maka perhatian akan timbul. Syarat terjadinya meditasi adalah kerjakan segala sesuatu dengan penuh perhatian secara terus-menerus pada objek tertentu. Yang menjadi salah satu hambatan adalah:
- Rasa bosan
- Tuntutan pikiran untuk mencari yang lain, sehingga menjadikan gelisah, menimbulkan keraguan, rasa malas, kebencian, dan sebagainya.
Mencoba untuk berlatih meditasi pagi dan malam hari, karena pada saat duduk diam adalah saat yang paling mudah untuk menghadirkan perhatian. Yang bisa digunakan sebagai objek meditasi antara lain mett a dan pernapasan. Napas yang diperhatikan, makin lama akan terlihat makin halus, dan makin terasa membosankan. Suatu saat, dengan latihan terus-menerus, pikiran kita akan diam. Dan kita bisa merasakan ketenangan, tanpa harus menuruti keinginan inderawi. Ketenangan adalah hasil dari perhatian atau kesadaran. Ketenangan muncul dari kesadaran murni, bukan datang dari panca indera yang mendapat kepuasan.
Kesimpulan
- Sebagai seorang umat Buddha harus mempunyai sikap yang baik dalam bergaul di tengah-tengah masyarakat, sebagai praktik dari ajaran Dhamma. Contoh: mencintai kehidupan, ketulusan, pengendalian diri, yang semuanya bersumber dari metta.
- Melatih meditasi. Meditasi dilatih dengan perhatian dan keuletan. Tujuan meditasi Buddhis antara lain adalah membuka pengetahuan kita terhadap dunia ini secara apa adanya, agar kita ti dak terkejut bila mengalami atau menghadapi perubahan. Di samping itu, amat berguna untuk menambah pengetahuan tentang kehidupan lewat kemampuan intelektualitas kita seperti membaca dan mendengarkan ceramah. Pengetahuan itu adalah pengetahuan tentang ketidakkekalan, pengetahuan tentang saling bergantungan (interdependensi). Karena, di dunia ini semua saling bergantungan, tidak ada yang dapat berdiri sendiri. Banyak faktor yang mendukung pada segala hal.
- Dengan adanya pengetahuan, perubahan tidak akan menghancurkan kehidupan.
- Meditasi membawa ketenangan. Meditasi menumbuhkan pengetahuan. Pengetahuan intelektual, tidak dapat memotong kemelekatan emosi sekaligus. Yang dimaksud dengan pengetahuan intelektual adalah secara intelektual mengerti semua berubah, tetapi jika apa yang dimiliki berubah, maka akan sulit untuk menerima kenyataan itu. Secara logika intelektual, hukum perubahan bisa dimengerti , tetapi dalam praktik keseharian perubahan itu sukar diteruima. Lain halnya dengan pengetahuan dari meditasi. Apapun yang terjadi, yang kita terima atau rasakan, kita dapat tetap bersikap seimbang. Meditasi memberikan dua hasil, yakni:
- Ketenangan sebagai hasil dari Samatha
- Pengetahuan dan kebebasan sebagai pencapaian dari Vipassana
Pengetahuan dari meditasi sangat kuat, membuat kita tidak terombang-ambing terhadap perubahan. Jika pengetahuan hasil dari meditasi belum muncul, maka kita harus menambah pengetahuan itu dengan belajar, membaca, mendengar. Pengetahuan intelektual berguna untuk mereduksi kesedihan, kesusahan, rasa penasaran, kekecewaan, dan emosi-emosi mengganggu lainnya. Pengetahuan meditatif sering disebut sebagai Lokutt ara Pañña atau Insight wisdom, yakni kebijaksanaan yang muncul dari batin yang sudah tenang. Pengetahuan dari meditasi itulah yang dapat memotong penderitaan. Tenang menghadapi perubahan apapun. Pengetahuan intelektual sering disebut sebagai Lokiya Pañña atau Intelectual wisdom, yakni kebijaksanaan yang didapat dari berpikir, berdiskusi, membaca. Pengetahuan ini juga dapat membantu menerima perubahan.
Sumber :
MELIHAT DHAMMA-Kumpulan ceramah Sri Pannyavaro Mahathera
Vidyāsenā Production
Vihāra Vidyāloka
padamutisarana
28 Nov 2024
Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …
padamutisarana
09 Nov 2024
Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …
padamutisarana
10 Agu 2024
Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD) PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …
padamutisarana
21 Jun 2024
Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …
padamutisarana
30 Mei 2024
Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yag dirancang guna menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siswa-siswa Indonesia yang tergambar sebagai profil Pelajar Pancasila. Dalam upaya membentuk Profil …
padamutisarana
30 Mei 2024
Batam, Tisarana.net – Rabu, 29 Mei 2024 Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) resmi terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Kepengurusan PERGABI Kepri untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kepri yang berlangsung di BIZ Hotel, Batam. Acara tersebut juga menjadi momen penting untuk pelantikan ketua baru. Dalam sambutannya, Edy …
10 Feb 2018 8.996 views
Kalyanamitta berasal dari kata Kalyana yang artinya baik atau bagus dan Mitta yang artinya teman. Jadi Kalyanamitta berarti teman yang baik atau bagus yang dapat menjadikan diri kita selalu waspada dalam menempuh kehidupan dunia dan setelah meninggal. Terdapat empat macam sahabat yang dipandang berhati tulus ( suhada ) : yaitu A. sahabat penolong ( upakaro …
21 Feb 2016 8.883 views
Ada dua orang yang tidak terbalas jasa-jasa nya siapakah mereka ? AYAH dan IBU-mu. Barang siapa dapat mendorong orangtua-Nya menjadi berkeyakinan, berkebajikan, murah hati, bijaksana, dengan berbuat begitu, orang ini telah membalas, bahkan ia telah berbuat lebih dari pada sekedar membalas jasa-jasa orangtua-NYA. ( Anguttara Nikaya 161 ) Pada kesempatan ini saya ingin mengajak para DERMAWAN yang bisa …
30 Nov 2015 8.629 views
Agama Buddha yang oleh umat Buddha dikenal sebagai Buddha Dhamma, bersumber pada kesunyataan yang diungkapkan oleh Sang Buddha Gotama lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lalu, yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang, dan oleh karenanya dapat membebaskan manusia dari ketidaktahuan (avijja) dan penderitaan (dukkha). Dalam sejarah perkembangan agama Buddha, telah timbul berbagai …
22 Feb 2016 6.566 views
DOKTRIN KELAHIRAN KEMBALI Apakah ada kehidupan sebelum kelahiran ? Akankah ada kehidupan setelah kematian ? Ini adalah pertanyaan – pertanyaan yang perlu dibicarakan secara serius dan tenang. Pertanyaan – pertanyaan yang memiliki kepentingan filosofis seperti itu harus dipertimbangkan dengan segenap pemikiran manusia secara objektif dan tanpa prasangka, tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadinya. Seseorang mestinya jangan …
28 Jan 2017 5.780 views
Oleh : Y.M. Acharya Buddharakkhita Terdapat berbagai cara dalam latihan metta-bhavana, meditasi cinta kasih universal. Tiga metode dasar akan diuraikan di sini. Petunjuk-petunjuk ini, didasarkan pada sumber-sumber kitab suci dan kitab komentar, ditujukan untuk menjelaskan latihan meditasi metta dalam cara yang jelas, sederhana, dan langsung sehingga setiap orang yang bersungguh-sungguh ingin melaksanakan latihan tidak memiliki …
16 Sep 2018 5.471 views
Sekolah Minggu Remaja Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi, hari minggu 16 September 2018, di pagi yang cerah para remaja Buddhis berdatangan untuk melaksankan puja terhadap Guru Agung Buddha. Lantunan parita yang baik, terlihat pemimpin puja Aryo dan Anan membaca sesuai dengan tanda baca yang benar. Hal ini merupakan kebanggan bagi remaja Buddhis yang terus dapat turut …
03 Des 2017 4.916 views
“ Anuttaram Punnakhetam Lokassati” Dalam kehidupan manusia didunia ini, terdapat 4 hal yang selalu diinginkan, yaitu : menjadi kaya raya, memperoleh kedudukan yang tinggi, usia panjang, dan mencapai alam kebahagiaan setelah berakhirnya kehidupan di dunia. Secara universal praktek memberi (berdana) dikenal sebagai salah satu keluhuran manusia yang paling mendasar. Terlebih dalam ajaran agama Buddha berdana …
Comments are not available at the moment.