0812 1222 4419 ratanavaro@gmail.com

konsep pernikahan dalam agama buddha oleh sri dhammananda by tisaranaDotNet

Oleh: YM. Dr. Sri Dhammananda, Mahathera

 

Dalam pandangan mengenai apa yang telah dikatakan tentang “kelahiran dan penderitaan,” beberapa orang telah mengritik ajaran Buddha dengan mengatakan bahwa ajaran Buddha menentang hidup berumah tangga. Mereka salah. Sang Buddha tidak pernah berbicara dalam menentang hidup berumah tangga. Namun demikian, beliau menunjukkan segala permasalahan, kesulitan dan kekhawatiran yang akan dihadapi oleh setiap orang ketika mereka mengambil tanggung jawab pernikahan. Hanya karena beliau memperingatkan seseorang akan permasalahan dalam pernikahan tidaklah berartibahwa sang Buddha tidak menyetujui pernikahan.
Tindakan menikah sendiri menyiratkan bahwa seseorang masih terikat pada dunia ragawi dan karena indera perasaan kita dipengaruhi oleh ketamakan, kemelekatan dan emosi manusia, merupakan hal yang alami bahwa permasalahan-permasalahan akan timbul. Hal ini terjadi ketika kita harus mempertimbangkan kebutuhan orang lain dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh orang lain itu.

Aturan Ajaran Agama
Penyelidikan mendalam terhadap hakekat sifat diri sendiri sangatlah penting untuk membantu kita dalam memahami asal mula permasalahan, kekhawatiran, kesengsaraan kita dan bagaimana cara untuk mengatasinya. Di sini, bimbingan spiritual sangat penting untuk mempertahankan hidup yang damai. Namun demikian, seorang manusia tidak seharusnya menjadi budak ajaran agama apapun. Manusia bukanlah untuk agama, agama-lah yang untuk manusia. Hal itu berartimanusia harus tahu bagaimana cara untuk memanfaatkan agama bagi kehidupan yang lebih baik dan kebahagiaannya dengan cara yang benar. Kalau hanya mengikutisumpah, aturan atau perintah agama tertentu dengan keyakinan membuta atau malah dengan paksaan, menyangka bahwa sudah merupakan kewajiban kita untuk melaksanakannya – ini semua tidak akan mengembangkan pemahaman yang benar.

Salah satu faktor penting dalam ajaran Buddha adalah bahwa sang Buddha tidak memberikan hukum atau perintah religius apapun. Sang Buddha adalah seorang guru yang unik yang memberikan sejumlah disiplin standar etika untuk bisa kita pakai sendiri dalam menjalani hidup kita masing-masing.

Mereka yang mengikutistandar etika tersebut melaksanakannya dengan sukarela, bukan sebagai hukum agama yang wajib. Semuanya tergantung pada diri kita sendiri untuk mengikuti nasehat yang diberikan sesuai dengan pemahaman dan pengalaman kita berkait dengan apa yang baik bagi diri kita dan bagi orang lain. Melalui latihan dan praktek, kita akan belajar untuk mengikutinasehat-nasehat tersebut yang akan memberikan kita kedamaian dan kebahagiaan semata. Orang memang harus berusaha memahami hakekat sifat kehidupan duniawi ini. Dengan mengetahui bahwa Anda akan menghadapi berbagai macam permasalahan, Anda akan mampu memperkuat batin Anda dan lebih siap dalam menghadapi permasalahan yang mungkin muncul jika Anda menikah. Ajaran agama sangatlah penting dalam membantu Anda untuk memecahkan masalah-masalah Anda. Apapun yang Anda pelajari mengenai dasar-dasar ajaran agama ketika Anda masih muda dapat diterapkan untuk mencegah kesalahpahaman, kekecewaan dan tekanan. Pada saat yang bersamaan, kualitaskualitas baik tertentu sepertikesabaran dan pengertian yang kita pelajari melalui ajaran agama merupakan modal penting guna membantu kita dalam menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia.

Umumnya, karena kurangnya pengertian bersama-lah banyak pasangan suami istri yang menjalani kehidupan yang tidak membahagiakan. Akibatnya anak-anak mereka yang tidak bersalah juga akan mengalami penderitaan. Lebih baik mengetahui bagaimana cara untuk mengatasi masalah Anda guna menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia. Ajaran agama dapat membantu Anda dalam hal ini.

 

Sumber :

Vidyāsenā Production
Vihāra Vidyāloka