- BeritaMusda I Sukses Membawa Dwi Sektiyono Cahyo sebagai Ketua, PERGABI DIY Siap Berkarya untuk Kemajuan Pendidikan Agama Buddha
- ArtikelMeditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera
- AgendaSutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas
- ArtikelMusda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua
- ArtikelMusda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru
- BeritaKonsolidasi PERGABI Kalimantan Barat: Subari, S.Ag Terpilih Menjadi Ketua dalam Musda I
- ArtikelPELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI
BAKTI KEPADA ORANG TUA
Oleh : Mettadewi W., S.H., S.Ag.
Di dunia ini sering dijumpai anak-anak yang tidak berbakti kepada orang tuanya. Mereka sering menyalahkan orang tuanya karena mereka menganggap bahwa orang tuanya tidak memberikan cinta kasih dan perhatian yang penuh kepada mereka. Mereka selalu menuntut cinta kasih dan perhatian dari orang tuanya karena mereka menganggap bahwa cinta kasih dan perhatian itu wajib diberikan oleh orang tua kepada mereka.. Mereka tidak menyadari bahwa anak yang baik seyogyanya tidak menuntut cinta kasih dan perhatian, tetapi melakukan kewajibannya dengan baik.
Di dunia ini sering dijumpai anak-anak yang selalu menuntut agar orang tuanya dapat menjadi manusia yang sempurna dalam berbagai hal, seperti Ariya Puggala (makhluk suci). Anak-anak selalu menuntut agar orang tuanya berkelakuan baik dan bertutur kata ramah, tanpa pernah mengoreksi dirinya sendiri. Anak-anak selalu melihat sifat-sifat buruk yang dimilikinya oleh orang tuanya, tanpa pernah menyadari bahwa orang tuanya yang belum mencapai kesucian itu masih dapat berbuat salah. Anak-anak selalu mencela dan membenci orang tuanya jika orang tuanya berbuat salah. Tanpa pernah berusaha memberitahu kesalahan orang tuanya dengan cara yang bijaksana. Anak-anak tidak pernah menyadari bahwa orang tuanya dapat berwatak keras itu sesungguhnya karena pengalaman masa lalunya. Anak-anak tidak pernah menyadari bahwa sesungguhnya tidak mudah untuk merubah sifat dan watak orang tuanya yang keras itu. Anak-anak tidak pernah menyadari bahwa jika mereka tidak dapat merubah sifat dan watak orang tuanya yang keras itu, maka seharusnyalah mereka merubah pikiranya sendiri.
Di dunia ini sering dijumpai anak-anak yang tidak menghormati dan tidak patuh kepada orang tuanya. Mereka sering mendelik, menentang, dan membangkang orang tuanya. Mereka datang dan pergi dari rumah tanpa memberitahukan kepada orang tuanya. Mereka pergi meninggalkan rumah pagi-pagi sekali dan kembali sampai jauh malam. Mereka tidak mengacuhkan teguran-teguran dan peringatan-peringatan yang diberikan orang tuanya.
Di dunia ini sering dijumpai anak-anak yang sukar dididik dan diatur. Mereka keras kepala, malas, dan dungu. Mereka tidak mempunyai keinginan untuk belajar. Mereka berteman dengan orang-orang jahat dan segera meniru kebiasaan-kebiasaan jahat tersebut. Mereka menjadi nakal, suka berkelahi, gemar berjudi, tidak perduli lagi pada moral, terjerumus dalam kehidupan seks yang salah, masuk dalam kenikmatan narkotika, ganja, dan sejenisnya. Kemudian, mereka menarik saudara-saudaranya untuk ikut berbuat jahat, sehingga menambah kesedihan ornag tuanya.
Di dunia ini sering dijumpai anak-anak yang tidak memperdulikan kesejahteraan, kebahagiaan, dan kesehatam orangtuanya. Mereka tidak pernah menanyakan apakah orangtuanya tidak menderita panas atau dingin, lapar atau haus. Mereka tidak pernah menanyakan, apakah orangtuanya dapat tidur nyenyak dan beristirahat dengan tenang. Mereka tidak pernah menanyakan apakah orangtuanya tidak menderita sakit apapun. Mereka tidak pernah melayani orangtuanya dengan baik. Mereka tidak pernah memperhatikan kesusahan orangtuanya, Mereka tidak pernah mengetahui bahwa orangtuanya sering menangis, meratap, dan berkeluh kesah.
Di dunia ini sering dijumpai anak-anak yang melupakan kebaikan orang tuanya. Mereka tidak menyadari pengorbanan yang amat besar yang telah diberikan oleh orang tuanya kepada mereka. Mereka tidak tahu berterima kasih kepada orang tuanya. Mereka tidak berbakti kepada orang tuanya. Mereka tidak berusaha menghibur dan membahagiakan orang tuanya. Mereka tidak berusaha memenuhi keinginan-keinginan orang tuanya. Mereka baru menyadari semua itu ketika orang tuanya sudah meninggal dunia. Mereka baru menyesali semua sikap dan tingkah lakunya sebagai anak yang tidak berbakti. Penyesalan memang selalu datang terlambat.
Dalam kitab suci Dhammapada Bab V ayat 67, Sang Buddha bersabda,
“Bilamana suatu perbuatan setelah selesai dilakukan
membuat seseorang menyesal,
maka perbuatan itu tidak baik.
Orang itu akan menerima akibat perbuatannya
dengan ratap tangis dan
wajah yang bergelimang air mata.”
PENGORBANAN ORANG TUA
Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan manusia didunia ini tidak terlepas dari jasa dan pengorbanan orang tuanya. Pengorbanan orang tua telah diberikan sejak ibu mengandung, melahirkan, sampai anak-anaknya dewasa dan menikah, bahkan sampai orang tua meninggal dunia. Orang tua selalu berkorban untuk anak-anaknya, paling tidak dengan pemikiran kehidupan anak-anaknya.
Pada saat ibu mengandung badannya seolah-olah menjadi seberat gunung. Selama mengandung, ibunya merasakan kesusahan setiap kali bangun tidur, seolah-olah mengangkat beban yang berat. Sepanjang hari, ibu terasa mengantuk dan lamban. Seperti orang sakit parah, ibu tidak mampu menelan makanan dan minumam dengan baik. Setiap hari ibu selalu gelisah memikirkan anaknya yang akan lahir, apakah cacat atau normal. Ibu juga khawatir dan takut akan kematian.
Setelah sepuluh bulan berlalu, ibu menderita berbagai macam kesakitan waktu melahirkan. Ibu mempertaruhkan kehidupannya sendiri pada saat melahirkan anaknya. Darah ibu mengalir laksana darah seekor domba yang mengucur ketika disembelih. Ibu sangat letih dalam badan dan pikiran. Namun, ketika mendengar bahwa anaknya terlahir normal dan sehat, ia dipenuhi dengan kegembiraan yang melimpah. Tetapi sesudah itu, kesedihan datang kembali, karena rasa sakit kembali menyerang tubuhnya untuk beberapa waktu lamanya.
Setelah anak lahir, ibu menggendongnya dan memberikan air susu yang merupakan darahnya sendiri. Ibu mengasuh anaknya dengan penuh kasih sayang. Ibu membersihkan kotoran anaknya tanpa merasa jijik. Ibu dan juga ayah menjaga anaknya siang dan malam. Mereka tidak pernah tidur nyenyak, karena selalu diganggu oleh tangis anaknya. Mereka tidak pernah memikirkan rasa laparnya, tetapi mereka selalu mengusahakan agar anaknya mendapat makanan dan minuman yang cukup.
Ibu dan ayah selalu mencintai dan berusaha membahagiakan anak-anaknya. Mereka selaku berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dengan rela, mereka menderita untuk kepentingan anak-anaknya. Mereka, terutama ayah, berusaha bekerja keras mencari uang untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Mereka berusaha memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada anak-anaknya, sehingga kelak anak-anaknya dapat bekerja sendiri.
Orang tua memikirkan anak-anaknya. Orang tua ikut bersuka cita akan kebahagiaan anak-anaknya dan turut berduka akan kesulitan anak-anaknya. Bila anak bekerja berat, orang tuanya merasa sedih. Bila anak bepergian jauh, orang tua merasa khawatir akan keadaan anaknya. Dari pagi hingga malam, hati mereka selalu bersama anak-anaknya. Mereka selalu berdoa agar anak-anaknya selamat sejahtera, dan bahagia.
Orang tua tidak pernah merasa bosan untuk mendidik dan membimbing anak-anaknya. Mereka mengajarkan sila atau kelakuan bermoral kepada anak-anaknya, dengan harapan agar anak-anaknya dapat tumbuh menjadi manusia yang bermoral baik. Mereka berusaha menumbuhkan hiri (malu berbuat jahat) dan ottappa (takut akan akibat perbuatan jahat) dalam diri anak-anaknya. Mereka berusaha menanakan ajaran cinta kasih, kerelaan memberi, menghormati yang lebih tua, toleransi, sopan santun, mempunyai tanggung jawab, dan lain-lain.
Orang tua selalu berusaha melaksanakan kewajiban-kewajibannya, seperti yang tercantum dalam Sigalovada Sutta, dengan baik dan secara ikhlas. Terdapat lima kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya, yaitu :
1. Mencegah anaknya berbuat jahat.
2. Menganjurkan anaknya berbuat baik
3. Melatih anaknya untuk dapat bekerja sendiri
4. Mempersiapkan pasangan yang sesuai bagi anaknya.
5. Memberikan warisan pada waktu yang tepat.
BAKTI ANAK KEPADA ORANG TUA
Jasa orang tua amat besar dan sulit terbalas oleh anak-anaknya selama hidupnya. Dalam Anguttara Nikaya Bab IV ayat 2 Sang Buddha memberikan perumpamaan sebagai berikut : “ Bila seorang anak menggendong ayahnya dipundak kiri dan ibunya di pundak kanan selama seratus tahun, maka anak tersebut belum cukup membalas jasa kebaikan yang mendalam dari orang tuanya.”
Anak-anak amat berhutang budi kepada orang tuanya. Tanpa kasih sayang dan pengorbanan orang tua, anak-anak tidak mungkin dapat hidup bahagia. Sang Buddha pernah mengatakan bahwa orang tua laksana “ Brahma” bagi anak-anaknya. Oleh sebab itu, Anak-anak seyogyanya berbakti kepada orang tuanya. Sanak-anak seyogyanya merasa gembira dan bahagia bila berkumpul dengan orang tuanya. Anak-anak seyogyanya berlaku baik dan sopan terhadap orang tuanya.
Dalam Dhammapada bab XXIII ayat 332, Sang Buddha bersabda, “Berlaku baik terhadap ibu merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini; berlaku baik terhadap ayah juga merupakan kebahagiaan. Berlaku baik terhadap pertapa merupakan suatu kebahagiaan dalam dunia ini, berlaku baik terhadap Para Ariya juga merupakan kebahagiaan.”
Anak–anak seyogyanya berusaha melakukan kewajibannya sebagai anak dengan sebaik-baiknya. Dalam Sigalovada Sutta diuraikan mengenai 5 macam kewajiban anak kepada orang tuanya, yaitu,
Merawat dan menunjang kehidupan orang tuanya terutama dihari tua mereka.
Membantu menyelesaikan urusan-urusan orang tuanya.
Menjaga nama baik dan kehormatan keluarganya.
Mempertahankan kekayaan keluarga, tidak menghambur-hamburkan harta orang tua dengan sia-sia.
Memberikan jasa-jasa kebahagiaan kepada orang tuanya yang telah meninggal dunia.
1. Merawat dan menunjang kehidupan orang tua.
Anak-anak seyogyanya merawat dan menunjang kehidupan orang tuanya yang telah tua dengan hati yang tulus ikhlas. Anak-anak seyogyanya menanyakan kesehatan orang tuanya. Jika sakit, anak-anak seyogyanya mengajak orang tuanya berobat ke dokter, membantu meminumkan obat, menghiburnya, dan sebagainya. Anak anak seyogyanya membawakan makanan dan minuman yang enak bagi orang tuanya. Anak-anak seyogyanya menyempatkan diri untuk menemani orang tuanya pergi ke Vihara atau jalan-jalan ke tempat rekreasi.
Anak-anak seyogyanya menyediakan tempat tinggal yang layak bagi orang tuanya yang ingin menginap. Anak-anaknya tidak patut menolak kedatangan orang tuanya yang ingin menginap. Anak-anak tidak patut saling melempar tanggung jawab diantara mereka dalam hal merawat dan menampung orang tuanya. Seharusnya anak berbahagia jika orang tuanya memilih tinggal dirumahnya, karena anak tersebut mempunyai kesempatan lebih banyak untuk membalas kebaikan orang tuanya. Anak yang berbakti tidak akan menempatkan orang tuanya di rumah jompo, walaupun dengan alasan orang tuanya lebih senang karena banyak teman.
2. Membantu menyelesaikan urusan-urusan orang tuanya.
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti mempunyai barbagai masalah, termasuk orang tu kita. Anak-anak seyogyanya berusaha membebaskan orang tuanya dari berbagai masalah dan kekhawatiran. Anak-anak seyogyanya menanyakan masalah-masalah yang dihadapi oleh orang tuanya dengan lemah lembut. Kemudian, anak-anak berusaha menghibur orang tuanya dengan mengatakan bahwa semua masalah pasti dapat terpecahkan. Tidak ada problem yang tidak terselesaikan. Tidak ada kesulitan yang tidak ada akhirnya. Selanjutnya, anak-anak berusaha membantu memecahkan masalah-masalah orang tuanya tersebut.
3. Menjaga nama baik dan kehormatan keluarga.
Anak-anak seyogyanya bertutur kata sopan dan berkelakuan baik. Anak-anak seyogyanya menjalankan Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari, yang berarti berusaha menghindari kejahatan. Anak-anak seyogyanya berusaha menambah kebaikan dengan berdana dan lain-lain. Anak-anak seyogyanya berusaha membersihkan pikirannya dari lobha (keserakahan), dosa ( kebencian), dan moha ( kebodohan). Anak-anak seyogyanya berusaha mengembangkan nialai-nilai spiritual dalam batinnya; melatih diri untuk menjadi baik; melatih kesabaran, toleransi, simpati, rendah hati, ramah, jujur, bijaksana, dan memiliki kesederhanaan. Dengan mempraktekkan ajaran-ajaran Sang Buddha dalan kehidupan sehari-hari anak, tersebut telah dapat menjaga nama baik dan kehormatan keluarga.
4. Mempertahankan kekayaan keluarga.
Hasil jerih payah orang tua selama hidup merupakan harta warisan yang perlu di jaga agar dapat membawa manfaat. Anak-anak harus memanfaatkan harta tersebut dangan sebaik-baiknya untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.
5. Memberikan jasa-jasa kebahagiaan kepada orang tuanya yang telah meninggal dunia.
Setelah orang tua meninggal dunia, anak-anak patut melakukan pattidana atau berbuat jasa kebaikan yang dilimpahkan kepada orang tuanya yang telah meninggal dunia tersebut. Jasa-jasa kebaikan yang dapat dilakukan oleh anak itu antara lain:
Memanjatkan paritta-paritta suci
Mencetak buku-buku Dhamma.
Berdana kepada vihara-vihara yang membutuhkan
Mempersembahkan jubah, Makanan, obat-obatan kepada Bhikkhu Sangha.
Melepas semua makhluk hidup, seperti burung, kura-kura, ikan.
Itulah lima kewajiban yang seyogyanya dilakukan oleh anak kepada orang tuanya. Anak-anak seyogyanya berbakti kepada orang tua ketika masih hidup, karena itu akan lebih besar manfaatnya jika dibandingkan setelah orang tua meninggal dunia. Anak-anak seyogyanya berusaha menyempatkan diri di antara kesibukan-kesibukannya untuk mengunjungi dan memperhatikan orang tuanya. Jika anak-anak membutuhkan cinta dan perhatian dari orang tuanya, maka sesungguhnya orang tua juga membutuhkan cinta dan perhatian dari anak-anaknya.
Dalam masyarakat kadang-kadang terjadi bahwa anak-anak yang sudah menikah mendapat banyak rintangan ketika ingin berbakti kepada orang tuanya. Anak laki-laki yang sudah menikah mungkin diancam oleh isterinya sedemikian rupa, sehingga ia takut dan mengikuti segala keinginan isterinya untuk tidak membantu dan memperhatikan orang tuanya.
Hal ini dapat pula terjadi terhadap anak-anak perempuan yang sudah menikah. Ia dilarang oleh suaminya untuk berhubungan dengan orang tuanya. Ia dilarang untuk membantu orang tuanya yang kadang-kadang memang sedang dalam kesulitan. Ia tidak didukung oleh suaminya ketika ingin berbakti kepada ornag tuanya, bahkan ia dikritik dan dicela. Akhirnya, ia akan menjadi ragu dan bimbang, dan kemudian berhenti berbakti kepada orang tuanya. Sebab, ia tidak memiliki keberanian untuk merealisasikan niat baiknya itu. Ia menyadari semua tindakannya yang keliru setelah orang tuanya meninggal dunia. Ia menyesal, tetapi terlambat. Yang ia dapat lakukan kemudian adalah pelimpahan jasa atau pattidana.
Sesungguhnya, umat Buddha yang baik tidak gentar terhadap kritikan dan celaan, apalagi dalam hal berbuat baik, seperti berbakti kepada orang tua. Sang Buddha pernah mengatakan, “ Janganlah berhenti berbuat baik hanya karena Anda dikritik. Jika Anda memiliki keberanian untuk melaksanakan perbuatan baik, walaupun dikritik, maka sesungguhnya Andalah orang besar dan dapat berhasil dimana pun.”
Sesungguhnya, anak-anak yang baik akan tetap berbakti kepada orang tuanya walaupun orang tuanya berwatak keras dan berkelakuan buruk. Anak-anak yang baik akan menyadari kebenaran hukum karma, bahwa ia bisa mempunyai orang tua yang berwatak keras dan berkelakuan buruk itu juga disebabkan oleh karma lalunya yang kurang baik. Anak-anak yang baik tidak akan mencela dan membenci orang tuanya yang berbuat salah, karena ia meyadari bahwa orang tuanya yang belum mencapai kesucian itu masih bisa berbuat salah. Anak-anak yang baik tidak akan menganiaya atau membunuh orang tuanya yang mencaci makinya, karena ia memiliki hiri dan ottappa. Anak-anak yang baik akan dapat menerima kenyataan bahwa orang tuanya memiliki kekurangan-kekurangan. Anak-anak yang baik akan memberikan maaf kepada orang tuanya yang melakukan kesalahan-kesalahan. Selanjutnya, anak-anak yang baik akan berusaha melihat sifat-sifat baik yang dimiliki oleh orang tuanya, dan berusaha menyayangi orang tuanya dengan sepenuh hati, serta membimbing orang tuanya ke jalan yang benar dengan cara yang bijaksana.
Dalam Angguttara Nikaya Bab IV ayat 2, Sang Buddha juga memberikan petunjuk mengenai cara terbaik untuk membalas budi dan jasa kebaikan orang tuanya, yaitu sebagai berikut :
“ Apabila anak dapat mendorong orang tuanya yang belum mempunyai keyakinan terhadap Tiratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha), sehingga mempunyai keyakinan kepada Tiratana; apabila anak dapat membuka mata hati orang tua untuk hidup sesuai dengan Dhamma, membimbing mereka untuk memupuk kamma baik, berdana, melaksanakan sila, mengorong mereka mengembangkan kebijaksanaan, maka anak tersebut dapat membalas budi dan jasa-jasa kebaikan orang tuanya.”
Sesungguhnya, dengan berbuat demikian, selain anak tersebut telah membalas jasa-jasa orang tuanya, ia juga telah menumpuk karma-karma baik bagi dirinya sendiri.
Sumber :
BAKTI ANAK KEPADA ORANG TUA ( Kumpulan Tulisan)
Oleh : Mettadewi W., S.H., Ag.
Diterbitkan oleh Yayasan Pancaran Dharma, Jakarta
Cetakan pertama, Juli 1999
Sumber : http://artikelbuddhist.com/2011/05/bakti-kepada-orang-tua.html
padamutisarana
28 Nov 2024
Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …
padamutisarana
09 Nov 2024
Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …
padamutisarana
10 Agu 2024
Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD) PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …
padamutisarana
21 Jun 2024
Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …
padamutisarana
30 Mei 2024
Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yag dirancang guna menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siswa-siswa Indonesia yang tergambar sebagai profil Pelajar Pancasila. Dalam upaya membentuk Profil …
padamutisarana
30 Mei 2024
Batam, Tisarana.net – Rabu, 29 Mei 2024 Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) resmi terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Kepengurusan PERGABI Kepri untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kepri yang berlangsung di BIZ Hotel, Batam. Acara tersebut juga menjadi momen penting untuk pelantikan ketua baru. Dalam sambutannya, Edy …
10 Feb 2018 8.996 views
Kalyanamitta berasal dari kata Kalyana yang artinya baik atau bagus dan Mitta yang artinya teman. Jadi Kalyanamitta berarti teman yang baik atau bagus yang dapat menjadikan diri kita selalu waspada dalam menempuh kehidupan dunia dan setelah meninggal. Terdapat empat macam sahabat yang dipandang berhati tulus ( suhada ) : yaitu A. sahabat penolong ( upakaro …
21 Feb 2016 8.883 views
Ada dua orang yang tidak terbalas jasa-jasa nya siapakah mereka ? AYAH dan IBU-mu. Barang siapa dapat mendorong orangtua-Nya menjadi berkeyakinan, berkebajikan, murah hati, bijaksana, dengan berbuat begitu, orang ini telah membalas, bahkan ia telah berbuat lebih dari pada sekedar membalas jasa-jasa orangtua-NYA. ( Anguttara Nikaya 161 ) Pada kesempatan ini saya ingin mengajak para DERMAWAN yang bisa …
30 Nov 2015 8.629 views
Agama Buddha yang oleh umat Buddha dikenal sebagai Buddha Dhamma, bersumber pada kesunyataan yang diungkapkan oleh Sang Buddha Gotama lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lalu, yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang, dan oleh karenanya dapat membebaskan manusia dari ketidaktahuan (avijja) dan penderitaan (dukkha). Dalam sejarah perkembangan agama Buddha, telah timbul berbagai …
22 Feb 2016 6.567 views
DOKTRIN KELAHIRAN KEMBALI Apakah ada kehidupan sebelum kelahiran ? Akankah ada kehidupan setelah kematian ? Ini adalah pertanyaan – pertanyaan yang perlu dibicarakan secara serius dan tenang. Pertanyaan – pertanyaan yang memiliki kepentingan filosofis seperti itu harus dipertimbangkan dengan segenap pemikiran manusia secara objektif dan tanpa prasangka, tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadinya. Seseorang mestinya jangan …
28 Jan 2017 5.780 views
Oleh : Y.M. Acharya Buddharakkhita Terdapat berbagai cara dalam latihan metta-bhavana, meditasi cinta kasih universal. Tiga metode dasar akan diuraikan di sini. Petunjuk-petunjuk ini, didasarkan pada sumber-sumber kitab suci dan kitab komentar, ditujukan untuk menjelaskan latihan meditasi metta dalam cara yang jelas, sederhana, dan langsung sehingga setiap orang yang bersungguh-sungguh ingin melaksanakan latihan tidak memiliki …
16 Sep 2018 5.471 views
Sekolah Minggu Remaja Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi, hari minggu 16 September 2018, di pagi yang cerah para remaja Buddhis berdatangan untuk melaksankan puja terhadap Guru Agung Buddha. Lantunan parita yang baik, terlihat pemimpin puja Aryo dan Anan membaca sesuai dengan tanda baca yang benar. Hal ini merupakan kebanggan bagi remaja Buddhis yang terus dapat turut …
03 Des 2017 4.916 views
“ Anuttaram Punnakhetam Lokassati” Dalam kehidupan manusia didunia ini, terdapat 4 hal yang selalu diinginkan, yaitu : menjadi kaya raya, memperoleh kedudukan yang tinggi, usia panjang, dan mencapai alam kebahagiaan setelah berakhirnya kehidupan di dunia. Secara universal praktek memberi (berdana) dikenal sebagai salah satu keluhuran manusia yang paling mendasar. Terlebih dalam ajaran agama Buddha berdana …
Comments are not available at the moment.