Home » Dhammadesana » Penderitaan Dan Lenyapnya Penderitaan oleh YM. Bhikkhu Sri Pannyavaro, Mahathera

Penderitaan Dan Lenyapnya Penderitaan oleh YM. Bhikkhu Sri Pannyavaro, Mahathera

padamutisarana 04 Des 2017 1.079


Dhamma yang dibabarkan oleh Buddha selama 45 tahun sangat luas, *namun dapat diringkas seperti yang Buddha katakan kepada Bhikkhu Anuraddha:* _“Wahai Anuraddha, dahulu dan sekarang hanya ini yang Kuajarkan. Apakah itu? Penderitaan dan lenyapnya penderitaan.”_
*Kata kuncinya adalah penderitaan dan lenyapnya penderitaan*. Inilah yang menggerakkan kita untuk menjalankan Dhamma.
*Tidak ada orang yang ingin menderita*, apa pun agamanya, apa pun suku bangsanya.
*Karena menolak penderitaan itulah*, semua orang mencari kebahagiaan.
Tetapi yg sering terjadi adalah *kita mencari kebahagiaan untuk menutup-nutupi penderitaan*, bukan untuk melenyapkan penderitaan.
Memang benar akan senang, *tetapi cuma sebentar*. Penderitaan akan muncul lagi.
Apalagi jika kesenangan itu *dicari dengan cara kebablasan, justru akan menimbulkan* penderitaan baru.
Mengikuti hawa nafsu *membuat kita menjadi puas dan senang, tapi cuma sebentar*. Kemudian penderitaan bertambah
Buddha meminta kita untuk mengubah cara berpikir, *jangan menutupi penderitaan dengan kesenangan, tetapi selesaikan penderitaan* dengan mencari sebabnya, mencabut akarnya.
*Akar penderitaan* adalah
*(1) keserakahan dengan segala turunannya: iri hati, tidak senang melihat orang lain maju, dll.;
*(2) kebencian:* senang melihat orang lain sengsara, dendam, jengkel, marah;
*(3) arogansi keakuan*.
Jadi Buddha tidak mengajarkan kita untuk mengejar dan mencari kebahagian, *tetapi kurangilah penderitaan, yaitu dengan mengurangi* keserakahan, kebencian dan arogansi keakuan.
Kalau penderitaan berkurang, *meskipun belum habis, otomatis* kita akan lebih bahagia.
Akar penderitaan itulah yang *harus dicabut, bukan ditutupi*.
Bagaimana caranya?
#Jangan_membunuh, tapi kembangkan cinta kasih.
#Jangan_mencuri, tapi biasa berdana.
#Jangan_selingkuh, tapi membangun kehidupan rumah tangga yg baik.
#Jangan_berbohong, tapi mengucapkan kata-kata yang enak, benar, dan tidak menyakiti.
#Jangan_mabuk, tapi memilih makanan yang sehat dan tidak menimbulkan ketagihan.
*Itu adalah pengendalian diri*, sila.
Jika sudah mengendalikan diri, *sudah bebaskah kita dari penderitaan?* Belum.
Meskipun kita hati-hati tidak melakukan kejahatan, mengendalikan diri, menambah kebaikan, *kita tetap menjadi tua, sakit, dan meninggal*.
Orang baik atau orang jahat, dari raja sampai orang biasa *tetap akan mengalaminya*.
Ini adalah *problem besar* umat manusia.
Oleh karena itu *kita harus ber meditasi*.
Meditasi akan *membuat pikiran kita jernih, juga akan mendeteksi* jika keserakahan atau keakuan muncul.
Ingin mengendalikan ucapan dan perbuatan, *tapi tidak pernah meditasi*, maka akan gagal terus.
*Karena sumber* perilaku yang buruk itu *dari pikiran*.
*Kalau pikiran kotor*, ucapan dan perbuatan yang mengalir akan kotor.
*Kalau pikiran bersih*, ucapan dan perbuatan yang mengalir akan bersih.
*Bermeditasilah* untuk membersihkan pikiran.
Selain duduk diam, tetapi juga *sadar setiap saat*.
Jika kita mempunyai praktek Dhamma yang baik, *keakuan akan berkurang dan menjadi tenang*, menghadapi kematian tidak gentar.
Kematian, usia tua?
Rapopo.
*Rapopo = tidak apa-apa*, sebuah ungkapan menerima dengan tulus dan lapang dada.
*Kita tidak mungkin menolak* usia tua dan kematian.
*Dengan pikiran* yang bersih,
*dengan mendeteksi* keserakahan-kebencian-keakuan,
*dengan melihat perubahan sebagaimana adanya*, termasuk usia tua dan kematian, *semuanya itu hanyalah perubahan*.
Anicca *tidak perlu membuat kita* menderita.
*Tidak ada seorang pun* yang bisa menghentikan perubahan, *termasuk Buddha*.
Tetapi Buddha *memberikan cara* menghentikan penderitaan.
*Itulah kata kunci ajaran Guru Agung kita*, bebas dari penderitaan.
*Kita tidak bisa* merevolusi mental orang lain, *orang lain juga tidak bisa* mengubah mental kita.
Kita sendiri *yang harus berjuang mengubah mental menjadi lebih sehat dan dewasa*, dengan sila dan meditasi.
*Tidak ada cara lain*, apalagi menggantungkan diri pada jimat atau batu akik.
Oleh karena itu marilah kita praktek Dhamma.
Sangat bermanfaat bagi kehidupan kita.
*Seandainya kita belum bisa* membebaskan diri dari penderitaan, *kita bisa mengurangi penderitaan*.
Kurangnya penderitaan *itu sudah merupakan* kebahagiaan.
*Tidak usah dicari*, kebahagiaan akan datang sendiri.
Saat penderitaan berkurang, kebahagiaan akan muncul.
Memuja memang baik, *tapi pemujaan tertinggi kepada Buddha adalah dengan* praktek Dhamma yg benar.
Dengan jalan itulah *kita mendapat manfaat* untuk bebas dari penderitaan.

 

Sumber : https://gakbanged.wordpress.com/2017/07/10/%E2%80%8Buraian-dhamma-oleh-bhikkhu-sri-pannyavaro-saat-asadha-agung/

 

Comments are not available at the moment.

Sorry, the comment form has been disabled on this page/article.
Related post
Umat Buddha Penuh Berkah dalam Puja Bakti Vihara Caggasasana Tangerang

padamutisarana

05 Agu 2022

Tisarana.net Rabu, 3 Agustus 2022 pukul 19.00 WIB umat Buddha di Vihara Caggasasana Tangerang sudah mulai berdatangan untuk mengikuti acara rutin yaitu puja bakti. Puja Bakti ini merupakan kegiatan yang sangat baik dimana umat Buddha dapat melakukan kebajikan secara lengkap melalui ucapan, pikiran, dan perbuatan. Perbuatan baik melalui pikiran, umat Buddha dapat melatih meditasi dengan …

Pentingnya Merawat Generasi Muda Buddhis

padamutisarana

08 Jul 2022

Pentingnya Merawat Generasi Muda Buddhis oleh Bapak Wasiman, S.Ag. pada acara  Ngobrol Pintar Sesama Pejuang Dhamma (Ngopi Sepeda) yang berdurasi kurang lebih 60 menit. Pejuang Dhamma disini bisa terdiri dari : – Pendidik Dhamma – Pewaris Dhamma – Pembimbing Dhamma – Penyuluh Dhamma – Pengarah Dhamma – Penasihat Dhamma – Pembina Dhamma – dll Semua …

Seni Hidup Bahagia

padamutisarana

19 Nov 2021

Seni Hidup Bahagia oleh Roch Aksiadi Mengapa kita harus bahagia? Bagaimana caranya merubah penderitaan menjadi kebahagiaan? Bagaimana memperoleh kebahagiaan yang sesunguhnya? Cara meraih kebahagiaan diantaranya adalah: Ucapkan Terima Kasih Pada Penderitaan Kondisikan Kebahagiaan dengan senyuman Ubah Penderitaan Menjadi Kebahagiaan Memahami Arti Kebahagiaan Mari kita simak bersama-sama video Seni Hidup Bahagia berikut: Berikut Presentasi Seni Hidup …

Membangun Karakter Buddhis 4.0

padamutisarana

04 Mei 2019

  Minggu, 5 Mei 2019 Karakter adalah sebuah hal penting dalam kehidupan manusia. Karakter seperti apakah yang seharusnya dimiliki oleh umat Buddha dalam menghadapi era yang serba digital, yang pastinya akan mempengaruhi pola pikir manusia saat ini ? Era Industri 4.0 sudah berjalan di peradaban manusia, tidak terelakkan juga negara Inonesia turut terkena angin perubahan …

Nasihat Mulia Guru Buddha untuk Perumah Tangga

padamutisarana

04 Mei 2019

Maret 2019 “ Keyakinan adalah HARTA TERBAIK manusia disini DHAMMA yang di praktekkan dengan baik membawa KEBAHAGIAAN KEBENARAN adalah benar-benar PALING MANIS diantara cita rasa Orang yang hidup dengan KEBIJAKSANAANLAH yang dikatakan hidup PALING BAIK ” Samyuta Nikaya I : 228 Diatas adalah ajaran Guru Buddha untuk meningkatkan kwalitas batin umat Buddha menuju kebahagiaan hidup …

Kebijaksanaan Dhamma oleh YM. Sri Pannavaro Mahathera

padamutisarana

04 Des 2017

Ajaran Sang Buddha yang pertama adalah jangan menjadi orang bodoh. Bodoh yang dimaksud Sang Buddha ini bukan bodoh karena kurang sekolah, tetapi bodoh tidak mengerti sifat kehidupan ini. Dhamma membuat saudara menjadi mengerti tentang kehidupan ini,menjadi bijaksana.SAAT INI SAYA AKAN MEMBICARAKAN suatu uraian Dhamma yang agak luas dan mendalam. Oleh karena itu saya minta perhatian …

x
x