- BeritaMusda I Sukses Membawa Dwi Sektiyono Cahyo sebagai Ketua, PERGABI DIY Siap Berkarya untuk Kemajuan Pendidikan Agama Buddha
- ArtikelMeditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera
- AgendaSutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas
- ArtikelMusda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua
- ArtikelMusda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru
- BeritaKonsolidasi PERGABI Kalimantan Barat: Subari, S.Ag Terpilih Menjadi Ketua dalam Musda I
- ArtikelPELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI
ANTARA LIDAH DAN SENDOK Oleh Yang Mulia Bhikkhu Uttamo Maha Thera
Bagaikan lidah yang dapat merasakan setiap rasa sayur yang melewatinya, demikian pula orang bijaksana dapat mengerti Dhamma walaupun baru sejenak mengenalnya (Dhammapada Bala Vagga 65).
Di dalam Dhammapada dikatakan ada dua jenis perkenalan dengan Dhamma. Yang pertama adalah perkenalan biasa-biasa, selanjutnya tetap biasa-biasa saja. Diibaratkan seperti sendok. Sendok tidak pernah kepedasan. Tidak pernah begitu menyentuh lombok langsung berteriak kepedasan. Kenapa? Karena sendok tidak punya rasa. Menyendok sambal bisa, kuah juga mau. Apa saja boleh diambil dengan sendok. Menyendok yang baik dan menyendok yang jelek bisa pula. Sendok tidak bereaksi, karena dia tidak pernah merasakan rasa apapun yang menempel di tubuhnya.
Begitu juga dengan umat yang termasuk jenis ini. Datang ke vihara, ikut puja-bhakti, baca paritta, dan meditasi. Termasuk ngantuk dan melamunnya… Satu kali, dua kali, tiga kali, empat kali, satu bulan, dua bulan, setahun, dua tahun sampai sepuluh tahun mengenal Dhamma tetapi masih tetap biasa-biasa.
Ketika ditanya, setelah mengenal Dhamma selama sepuluh tahun apakah masih emosi? Jawabnya, masih. Apakah setelah mengenal dhamma sudah bisa meditasi? Belum. Beginilah jenis yang pertama, selalu mengantarkan sayur ke dalam mulut, tapi tiada pernah merasakan.
Namun ada jenis perkenalan dengan Dhamma yang mulanya biasa-biasa, selanjutnya makin menggebu-gebu. Ibaratnya lidah. Lidah itu luar biasa. Seandainya satu butir nasi dimasukkan ke dalam hamburger yang kita makan, pasti kita akan dapat merasakan nasi itu. Karena lidah kita sudah terbiasa dengan rasanya, meskipun cuma satu butir. Itulah kehebatan lidah. Luar biasa.
Demikian pula dalam mengenal Dhamma. Menjadi umat Buddha bukan dilihat sudah berapa lama sudah jadi umat Buddha. Itu bukan jaminan. Tetapi, yang penting adalah sudah seberapa jauh kita merasakan nikmatnya Dhamma.
Sabbam rasam dhammaraso jinati. Dari seluruh rasa, rasa Dhammalah yang paling unggul (Dhammapada Tanha Vagga 354)
Sudahkah kita merasakan Dhamma? Sudahkah kita merasakan manfaat Dhamma dalam kehidupan kita sehari-hari?
Perkenalan dengan Dhamma kadang hanya sejenak, perkenalan dengan Dhamma kadang hanya sepintas, kesannya itu. Nah, kita termasuk lidah ataukah sendok?
Kalau salah satu dari kita setelah mengenal Dhamma langsung merasakan manfaatnya, maka berbahagialah dia. Karena dia adalah “lidah” yang bermanfaat. Tetapi kalau sampai sudah duduk capek, namakara sampai dahinya hafal, ketika ditanya mengenai Agama Buddha masih tidak mengerti, kita mesti memperbaikinya karena masih kualitas sendok.
Darimanakah kita bisa mendapatkan Dhamma? Sebetulnya Dhamma ada di dalam kehidupan kita sehari-hari. Dhamma bukan hanya ada di buku-buku. Dhamma bukan hanya yang dibagikan oleh para bhikkhu. Satu contoh, kalau kita pergi ke vihara lalu melihat Buddharupang, maka itu sebetulnya adalah pelajaran Dhamma. Banyak orang yang sudah bernamakara berkali-kali kepada Sang Buddha tetapi nggak mengerti maksudnya. Kebiasaan? Wah, itu salah total.
Kebiasaan sebetulnya sering menimbulkan penyimpangan. Pernah di sebuah vihara terdapat kebiasaan aneh, setiap puja-bhakti harus ada anjing hitam yang diikat di bawah pohon bodhi di halaman vihara. Padahal, asal mulanya hanya karena bhikkhu kepala vihara senang memelihara anjing hitam dan selalu mengikatnya ketika sang bhikkhu melaksanakan puja-bhakti. Ketika bhikkhu kepala vihara meninggal, kebiasaan itu diteruskan tanpa tahu alasannya.
Itulah kebiasaan yang menyimpang. Kita juga sering begitu. Ketika ditanya, kenapa bernamakara? Biar dapat berkah sang Buddha? Oh…. Tidak ada pelajaran dalam Agama Buddha yang mengatakan bahwa dengan namaskara bisa dapat berkahnya Sang Buddha. Tidak ada. Kita bernamaskara, Sang Buddha tidak tersenyum. Kita tidak namakara, Sang Buddha tidak apa-apa. Tetapi bernamaskara atau tidak, itu berhubungan dengan diri kita sendiri.
Pada saat kita bernamaskara, sebetulnya pikiran, ucapan, dan perbuatan kita diarahkan kepada hal positif. Kita berusaha berkonsentrasi sehingga bernamaskara tiga kali. Dengan bernamaskara, kita membutuhkan waktu minimal setengah sampai satu menit untuk punya pikiran, ucapan, dan perbuatan benar. Kalau tiap hari melakukan kegiatan namaskara, maka dalam satu bulan kita bisa punya tiga puluh menit pikiran, ucapan dan perbuatan benar. Satu tahun tiga ratus enam puluh menit.
Makin banyak kita namaskara, makin banyak kita menanam kamma baik. Patung Sang Buddha hanyalah sebagai obyek, sasaran, atau sarana kita untuk menanam pikiran, ucapan dan perbuatan benar. Begitu pula bernamaskara pada seorang bhikkhu. Itu bukan namaskara buat bhikkhunya. Bukan namaskara sama jubahnya. Tetapi bhikkhunya sebagai obyek untuk menanam kamma baik lewat pikiran, ucapan dan perbuatan.
Ketika kita bernamaskara pada Buddharupang, yang posisinya bumisparsa mudra, sebetulnya ini menunjukkan bahwa kita harus bertekad jangan sampai patah semangat sebelum mencapai cita-cita. Apapun yang menghalangi harus kita hadapi untuk mencapai tujuan akhir. Sebelum cita-cita tercapai jangan pantang mundur. Sekolah mau men-DO, tidak bisa. Kita harus berjuang keras sampai tidak ada kesempatan men-DO kita.
Kita harus bertekad, harus teguh, harus kuat. Kenapa? Karena kita melihat contohnya, Sang Buddha guru kita. Kalau guru kita berani bertekad kuat tidak akan beranjak dari meditasinya sebelum mencapai cita-cita (kesucian -red), maka kita pun juga sebagai murid-muridnya harus bisa. Ini adalah salah satu mudra. Ada banyak mudra, tapi yang diterangkan hanya satu mudra. Supaya kita sebagai umat Buddha tidak ada kata patah semangat. Harus selalu bersemangat. Kalau punya cita-cita, tetaplah teguh. Seperti yang dilakukan Sang Buddha.
Sumber : https://www.facebook.com/TS2C2/
padamutisarana
30 Nov 2024
Musda I Sukses Membawa Dwi Sektiyono Cahyo sebagai Ketua, PERGABI DIY Siap Berkarya untuk Kemajuan Pendidikan Agama Buddha Sleman, 30 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha (PERGABI) Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan Musyawarah Daerah (MUSDA) I pemilihan dan pembentukan pengurus sekaligus melaksanakan pelantikan pengurus baru untuk periode 2024-2027. Kegiatan ini diselenggarakan di Vihara Dharma Wijaya, …
padamutisarana
28 Nov 2024
Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …
padamutisarana
09 Nov 2024
Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …
padamutisarana
10 Agu 2024
Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD) PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …
padamutisarana
21 Jun 2024
Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …
padamutisarana
01 Jun 2024
Mempawah – Tisarana.Net 1 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Kalimantan Barat mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Gedung PGRI Kabupaten Mempawah untuk pembentukan PD PERGABI Kalimantan Barat yang pertama. Bapak Tukul Slamet, S. Ag., selaku Sekretaris Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan memberikan arahan serta motivasi kepada seluruh …
10 Feb 2018 9.089 views
Kalyanamitta berasal dari kata Kalyana yang artinya baik atau bagus dan Mitta yang artinya teman. Jadi Kalyanamitta berarti teman yang baik atau bagus yang dapat menjadikan diri kita selalu waspada dalam menempuh kehidupan dunia dan setelah meninggal. Terdapat empat macam sahabat yang dipandang berhati tulus ( suhada ) : yaitu A. sahabat penolong ( upakaro …
21 Feb 2016 8.937 views
Ada dua orang yang tidak terbalas jasa-jasa nya siapakah mereka ? AYAH dan IBU-mu. Barang siapa dapat mendorong orangtua-Nya menjadi berkeyakinan, berkebajikan, murah hati, bijaksana, dengan berbuat begitu, orang ini telah membalas, bahkan ia telah berbuat lebih dari pada sekedar membalas jasa-jasa orangtua-NYA. ( Anguttara Nikaya 161 ) Pada kesempatan ini saya ingin mengajak para DERMAWAN yang bisa …
30 Nov 2015 8.647 views
Agama Buddha yang oleh umat Buddha dikenal sebagai Buddha Dhamma, bersumber pada kesunyataan yang diungkapkan oleh Sang Buddha Gotama lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lalu, yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang, dan oleh karenanya dapat membebaskan manusia dari ketidaktahuan (avijja) dan penderitaan (dukkha). Dalam sejarah perkembangan agama Buddha, telah timbul berbagai …
22 Feb 2016 6.586 views
DOKTRIN KELAHIRAN KEMBALI Apakah ada kehidupan sebelum kelahiran ? Akankah ada kehidupan setelah kematian ? Ini adalah pertanyaan – pertanyaan yang perlu dibicarakan secara serius dan tenang. Pertanyaan – pertanyaan yang memiliki kepentingan filosofis seperti itu harus dipertimbangkan dengan segenap pemikiran manusia secara objektif dan tanpa prasangka, tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadinya. Seseorang mestinya jangan …
28 Jan 2017 5.801 views
Oleh : Y.M. Acharya Buddharakkhita Terdapat berbagai cara dalam latihan metta-bhavana, meditasi cinta kasih universal. Tiga metode dasar akan diuraikan di sini. Petunjuk-petunjuk ini, didasarkan pada sumber-sumber kitab suci dan kitab komentar, ditujukan untuk menjelaskan latihan meditasi metta dalam cara yang jelas, sederhana, dan langsung sehingga setiap orang yang bersungguh-sungguh ingin melaksanakan latihan tidak memiliki …
16 Sep 2018 5.485 views
Sekolah Minggu Remaja Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi, hari minggu 16 September 2018, di pagi yang cerah para remaja Buddhis berdatangan untuk melaksankan puja terhadap Guru Agung Buddha. Lantunan parita yang baik, terlihat pemimpin puja Aryo dan Anan membaca sesuai dengan tanda baca yang benar. Hal ini merupakan kebanggan bagi remaja Buddhis yang terus dapat turut …
03 Des 2017 4.940 views
“ Anuttaram Punnakhetam Lokassati” Dalam kehidupan manusia didunia ini, terdapat 4 hal yang selalu diinginkan, yaitu : menjadi kaya raya, memperoleh kedudukan yang tinggi, usia panjang, dan mencapai alam kebahagiaan setelah berakhirnya kehidupan di dunia. Secara universal praktek memberi (berdana) dikenal sebagai salah satu keluhuran manusia yang paling mendasar. Terlebih dalam ajaran agama Buddha berdana …
Comments are not available at the moment.