Oleh :
Ven. K. Sri Dhammananda
John J. Robinson dalam bukunya ‘Of Suchness’ memberikan nasehat berikut mengenai cinta, seks dan kehidupan pernikahan. “Waspada dan berhati-hatilah; memang lebih gampang menikah dibandingkan tidak menikah. Jika Anda mendapatkan pasangan yang tepat, sangatlah membahagiakan; tetapi jika tidak, maka Anda hidup dalam neraka yang terus lengket dengan Anda dua puluh empat jam penuh setiap harinya, ini bisa menjadi satu hal paling pahit dalam hidup. Hidup memang sungguh aneh. Entah bagaimana, ketika Anda menemukan orang yang tepat, hatiAnda akan tahu. Hal tersebut bukanlah rasa tergila-gila semata. Akan tetapi hasrat hawa nafsu yang kuat bisa mendorong seorang yang masih muda untuk bertindak tanpa pikir panjang, dan seseorang tidak boleh terlalu mempercayai perasaannya. Memang benar jika seseorang minum dan mabuk; seorang pelacur paling jelek dalam sebuah bar yang gelap pun dapat terlihat sepertidewi Venus, dan pesonanya dapat begitu tidak tertahankan. Sesungguhnya, cinta lebih daripada sekedar seks; namun merupakan fondasi biologis antara seorang pria dan wanita; cinta dan seks saling berkaitan dan berhubungan.”
Masalah-masalah
Hampir setiap hari kita mendengar orang-orang mengeluhkan pernikahan mereka. Sangatlah jarang kita mendengarkan cerita mengenai pernikahan yang bahagia. Anak muda yang membaca novel novel dan menonton film-film romantis seringkali menganggap bahwa pernikahan itu isinya kesenangan belaka.
Sayangnya, pernikahan ternyata tidaklah semanis yang kita duga. Pernikahan dan masalah saling berkaitan dan mereka harus ingat bahwa ketika menikah, mereka akan berhadapan dengan masalah-masalah dan tanggung jawab yang tidak pernah mereka perkirakan atau hadapi sebelumnya.
Orang kerap kali berpikir bahwa sudah merupakan kewajiban bagi mereka untuk menikah dan bahwa pernikahan merupakan kejadian yang sangat penting dalam hidup mereka. Akan tetapi, untuk menjamin suatu pernikahan yang sukses, pasangan tersebut harus mengharmonisasi hidup mereka dengan memperkecil perbedaan-perbedaan apapun yang mungkin mereka miliki di antara mereka. Masalah-masalah pernikahan membuat orang yang sinis berkata bahwa suatu kehidupan pernikahan yang damai hanya bisa dicapai jika pasangan tersebut adalah perempuan buta dan seorang laki-laki tuli, karena istri yang buta tidak dapat melihat kesalahan yang dilakukan oleh suaminya dan suami yang tuli tidak dapat mendengar omelanomelan istrinya.
Saling Berbagi dan Percaya
Salah satu penyebab utama dalam masalah pernikahan adalah kecurigaan dan ketidakpercayaan. Pernikahan adalah suatu berkah, namun banyak orang yang menjadikannya sebagai kutukan karena kurangnya pengertian.
Baik sang suami maupun istri haruslah memperlihatkan rasa percaya satu sama lainnya dan berusaha untuk tidak punya rahasia di antara mereka berdua. Rahasia menciptakan kecurigaaan, kecurigaan menimbulkan rasa cemburu, rasa cemburu membangkitkan kemarahan, kemarahan menyebabkan permusuhan dan permusuhan dapat berakibat pada perpisahan, bunuh diri atau bahkan pembunuhan.
Jika pasangan itu dapat saling berbagi kepahitan dan kebahagiaan dalam keseharian hidup mereka, mereka dapat saling menghibur dan mengurangi beban mereka. Karenanya, sang istri maupun sang suami mestinya janganlah mengharap akan terus memperoleh kebahagiaan semata. Bakal ada begitu banyak pengalaman yang menyakitkan, menyedihkan yang harus mereka hadapi. Mereka mustimemiliki keteguhan hati yang kuat untuk mengurangi beban dan kesalahpahaman mereka. Membicarakan permasalahan bersama akan memberikan keyakinan untuk hidup bersama dengan pengertian yang lebih baik bagi mereka.
Pria dan wanita perlu saling menghibur ketika menghadapi masalah dan rintangan. Rasa tak aman dan kegelisahan akan menghilang dan hidup akan lebih bermakna, bahagia dan menarik jika ada seseorang yang bersedia untuk berbagi menanggung beban dengan yang lain.
Dibutakan oleh Emosi
Ketika dua orang saling jatuh cinta, mereka cenderung untuk memperlihatkan hal terbaik dalam sikap dan karakter mereka satu sama lainnya dengan maksud memberikan kesan yang baik dari diri mereka. Cinta dikatakan buta dan karenanya orang yang sedang jatuh cinta cenderung lupa sama sekali dengan sisi buruk dari pasangannya.
Dalam prakteknya, setiap orang akan berusaha untuk menunjukkan kualitas-kualitas luhur dirinya terhadap pasangannya, dan karena sangat terpikat pada cinta, mereka cenderung menerima satu sama lainnya begitu saja. Setiap pasangan tidak akan membuka sisi buruk dirinya karena takut akan kehilangan pasangannya. Setiap kekurangan pribadinya dengan hati-hatidisembunyikan di bawah karpet, dengan kata lain, agar tidak membahayakan kesempatan mereka untuk mendapatkan yang lainnya. Orang yang sedang jatuh cinta juga cenderung untuk mengabaikan kekurangan pasangannya dengan pemikiran bahwa mereka akan bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut nantisetelah menikah, atau bahwa mereka dapat hidup dengan kekurangan ini, bahwa “cinta dapat menaklukkan segala hal.” Namun demikian, setelah menikah, ketika rasa romantisme awal telah memudar, sifat asli dari watak masing-masing akan terungkap. Kemudian, yang sangat menimbulkan kekecewaan di kedua belah pihak, kabut rahasia yang selama ini telah menyembunyikan perasaan terdalam dari setiap pasangan tersingkap dan menunjukkan sifat sebenarnya dari kedua pasangan. Saat itulah kekecewaan mulai timbul.
Kebutuhan Materi
Cinta itu sendiri tidak hidup hanya dari udara dan sinar matahari semata. Dunia saat ini adalah dunia materialistis dan untuk memenuhi kebutuhan materi Anda, perencanaan dan pengeluaran keuangan yang tepat sangat dibutuhkan. Tanpanya, tidak ada keluarga yang dapat hidup dengan nyaman. Keadaan sepertidemikian dengan tepat dinyatakan dalam pepatah berikut “ketika kemiskinan mengetuk pintu, cinta terbang melayang melalui jendela.” Hal ini tidak berarti seseorang mestilah kaya raya untuk menikah. Namun demikian, jika seseorang telah mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup yang diperoleh dari pekerjaan yang terjamin dan perencanaan matang, maka akan banyak kecemasan yang tidak perlu dapat disingkirkan dari pernikahan tersebut. Ketidaknyamanan dari kemiskinan dapat dicegah jika terdapat pemahaman yang menyeluruh di antara kedua pasangan. Kedua pasangan harus memahami nilai kepuasan. Keduanya harus menyikapi semua permasalahan sebagai “masalah kita” dan berbagi segala masa di “atas” dan “bawah” dalam semangat sejatidari persahabatan seumur hidup.
Nasehat Sebelum Pernikahan
Dalam Angutara Nikaya terdapat beberapa nasehat berharga yang diberikan oleh Sang Buddha kepada gadis-gadis muda sebelum pernikahan mereka. Menyadari bahwa dapat muncul berbagai kesulitan dengan mertua baru mereka, para gadis dianjurkan untuk memberi segala penghormatan kepada ibu dan ayah mertua mereka, melayani sepenuh cinta sebagaimana terhadap orang tua kandung mereka sendiri. Mereka diharapkan agar dapat menghormatidan menghargai kerabat dan sahabat suami, dengan demikian akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan bahagia dalam rumah baru mereka. Mereka juga dianjurkan untuk mempelajari dan memahami sifat alamiah suami mereka, mengetahui kegiatan, karakter dan temperamen suami, dan agar dapat berguna dan bekerja sama setiap saat dalam rumah baru mereka. Mereka harus sopan, baik dan berhati-hati terhadap pendapatan suami mereka dan mengetahui bahwa seluruh pengeluaran rumah tangga dilakukan dengan tepat. Nasehat-nasehat yang diberikan oleh Sang Buddha lebih dari dua puluh lima abad yang lalu masih tetap berlaku bahkan hingga pada masa kini.
Sumber :
Insight Vidyasena Production