0812 1222 4419 ratanavaro@gmail.com

Caption foto: Kepala Kemenag Kabupaten Bengkalis, Penyelenggara Buddha Kemenag Kabupaten Bengkalis, peserta, dan tamu undangan foto bersama dalam kegiatan Pembinaan Manajemen Sekolah Minggu Buddha (SMB) di Marina Hotel, Bengkalis, Minggu (19/06/2022).
(Dok. Penyelenggara Buddha Bengkalis)

 

Bengkalis-Penyelenggara Buddha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bengkalis menggelar kegiatan Pembinaan Manajemen Sekolah Minggu Buddha (SMB) yang diikuti oleh 30 peserta dari perwakilan 15 SMB di Wilayah Bengkalis.
Kegiatan yang menyasar pengurus dan pendidik Sekolah Minggu Buddha (SMB) di Bengkalis, Riau itu bertujuan untuk meningkatkan tata kelola organisasi keagamaan dan kualitas sumber daya manusia dalam mengelola lembaga keagamaan Buddha. Dalam pembinaan tersebut, Penyelenggara Buddha Kabupaten Bengkalis Dito menghadirkan narasumber dari pakar atau praktisi dibidangnya, seperti Pengawas Pendidikan Agama Buddha Wiryanto dan Guru Agama Buddha Surono. “Melalui para narasumber yang kami hadirkan ini, berharap setiap pengurus dan pendidik Sekolah Minggu Buddha di Bengkalis dapat meningkatkan tata kelola dan metode mengajar di SMB kedepannya,” ujar Dito di Marina Hotel, Bengkalis, Minggu (19/06/2022). Dengan tata kelola, lanjut dia, akan terbentuk inovasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan Agama Buddha khususnya di wilayah Bengkalis.

 

Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bengkalis Khaidir, memberikan respon positif adanya kegiatan pembinaan manajemen SMB ini. Dalam sambutannya, Khaidir mengatakan peningkatan tata kelola itu penting dan menjadi kunci suatu organisasi tumbuh dengan tahapan yang jelas. “Tanpa tata kelola tidak bisa memiliki daya saing. Dengan tata kelola, suatu organisasi menjadi lebih efektif dan efisien,” ujar Khaidir.

Pada kesempatan yang sama, Pengawas Pendidikan Agama Buddha Wiryanto menjelaskan pentingnya meningkatkan sumber daya manusia untuk mencetak leader yang memiliki integritas dan kredibilitas.
Menurutnya, ada empat faktor yang harus dicapai untuk dapat meningkatkan SDM yang proposional. “Menjadi SDM yang berdaya saing harus memperhatikan empat faktor, seperti memperhatikan kompetensi teknis, kompetensi sosio kultural, kompetensi manajerial, dan kompetensi kelembagaan, ujarnya.

Selain itu, Guru Agama Buddha Surono juga menyampaikan agar SMB memiliki kurikulum terstruktur dan tidak terstruktur. “Kurikulum menjadi pedoman dan ada kesamaan pandangan dalam pelaksanaan Sekolah
Minggu Buddha,” ujar Surono. Surono menambahkan, SMB bukan hanya sebagai pelengkap pendidikan agama untuk sekolah formal saja. Melainkan, SMB harus bisa menanamkan keyakinan pada siswa lewat kegiatan praktek.

Sekolah Minggu Buddha merupakan sekolah non formal dan kegiatannya dilaksanakan di luar sekolah, tidak jarang muncul masalah yang dihadapi oleh pengurus dan pendidik SMB. Mulai dari masalah operasional, materi pembelajaran, kegiatan, hingga berkaitan dengan kedisiplinan siswa SMB.

Para perwakilan Sekolah Minggu Buddha yang hadir tampak antusias mengikuti pembinaan, tampak sesi tanya jawab dengan narasumber dan juga menyampaikan beberapa masalah selama proses belajar mengajar, seperti sekolah formal mengubah catatan pada nilai siswa yang dikirimkan oleh SMB tanpa adanya komunikasi terlebih dulu, kurangnya honorarium dan tenaga guru yang mengajar di SMB.
“Dengan adanya pembinaan ini, diharapkan para tenaga pendidik dan pengurus SMB dapat menanggulangi masalah yang muncul di SMB binaanya,” pungkas Dito

Sumber : Penyelenggara Buddha Bengkalis