Home » Artikel » TIDAK ADA YANG LOLOS DARI AKIBAT KAMMA BURUK

TIDAK ADA YANG LOLOS DARI AKIBAT KAMMA BURUK

padamutisarana 02 Sep 2016 681

TIDAK ADA YANG LOLOS DARI AKIBAT KAMMA BURUK share by TisaranaDotNet

Pada suatu hari ada tiga kelompok Bhikkhu yang dalam perjalanan mereka untuk memberikan penghormatan kepada Sang Buddha Gotama dari tempat asal dan melalui jalan yang berbeda. Para Bhikkhu dari kelompok pertama berhenti di sebuah desa. Beberapa penduduk desa memasak makanan untuk didanakan kepada para Bhikkhu. Salah satu rumah di desa itu terbakar dan suara tanda kebakaran berkumandang di udara. Pada saat itu, seekor burung gagak terbang dan mematuk tanda kebakaran, lalu jatuh mati di tengah-tengah desa. Para Bhikkhu melihat burung gagak yang telah mati berpendapat bahwa hanya Sang Buddha Gotama yang dapat menjelaskan kejahatan apa yang telah dilakukan oleh burung gagak sehingga ia mati dengan cara itu. Setelah menerima dana makanan, mereka melanjutkan perjalanan untuk melakukan penghormatan kepada Sang Buddha Gotama, dan juga untuk bertanya mengenai burung gagak yang malang itu.

Kelompok para Bhikkhu yang kedua, melakukan perjalanan dengan menggunakan sebuah kapal dengan tujuan yang sama, yaitu untuk memberikan penghormatan kepada Sang Buddha Gotama. Ketika mereka sedang berada di tengah lautan, kapalnya tiba-tiba tidak dapat bergerak. Lalu undian dilakukan untuk menemukan siapa yang membuat kesialan. Tiga kali undian, hasilnya istri kapten dianggap pembawa kesialan. Wanita itu dilempar ke dalam laut sesuai perintah kapten dan kapal dapat berlayar kembali. Setibanya di tempat tujuan mereka, para Bhikkhu turun dari kapal dan melanjutkan perjalanan mereka untuk menghadap Sang Buddha Gotama. Mereka juga berniat untuk bertanya kepada Sang Buddha Gotama, perbuatan jahat apa yang menyebabkan wanita malang itu dilempar ke laut.

Kelompok para Bhikkhu yang ketiga terdiri dari tujuh orang Bhikkhu dalam perjalanan untuk melakukan penghormatan kepada Sang Buddha Gotama. Mereka meminta keterangan pada sebuah vihara, di mana terdapat tempat yang layak untuk berteduh pada malam hari di sekitar sana. Kepada mereka ditunjukkan sebuah goa, dan di sana mereka bermalam. Tetapi di tengah malam sebuah batu karang yang besar jatuh dari atas dan menutupi jalan keluar masuk goa. Pada pagi harinya, para Bhikkhu dari vihara di daerah sekitar goa datang melihat apa yang terjadi dan mereka membawa orang-orang dari tujuh desa. Dengan bantuan penduduk desa mereka mencoba menggeser batu karang tersebut, tetapi usaha itu tidak ada gunanya. Dengan demikian, ketujuh Bhikkhu tersebut terjebak di dalam goa tanpa makanan dan minuman selama tujuh hari. Pada hari ketujuh, batu karang itu secara ajaib bergerak sendiri, dan para Bhikkhu yang terkurung bisa keluar dari goa, serta melanjutkan perjalanan mereka menghadap Sang Buddha Gotama. Mereka juga berniat untuk bertanya kepada Beliau, kejahatan apa yang telah mereka perbuat sebelumnya, sehingga mereka terkurung selama tujuh hari di dalam goa.

Ketiga kelompok Bhikkhu yang melakukan perjalanan itu bertemu saat mendekati akhir perjalanan, dan mereka bersama-sama menghadap Sang Buddha Gotama. Tiap kelompok menceritakan kepada Sang Buddha Gotama, apa yang telah mereka lihat dan alami dalam perjalanannya. Sang Buddha Gotama menjawab pertanyaan kelompok pertama: “Para Bhikkhu, dahulu kala ada seorang petani yang mempunyai seekor lembu jantan yang sangat malas dan keras kepala, kerjanya hanya berbaring mengunyah jerami atau tidur. Petani tersebut akhirnya hilang kesabarannya. Dengan marah ia mengikatkan tali jerami di sekeliling leher lembu dan membakarnya. Lembu jantan itu pun mati. Disebabkan hal ini petani tersebut menderita lama sekali di alam neraka, dan untuk memenuhi sisa akibat perbuatan jahatnya, ia mati terbakar pada akhir kehidupan ketujuhnya.”

Setelah itu Sang Buddha Gotama menjawab pertanyaan kelompok kedua: “Para Bhikkhu, saat itu terdapat seorang wanita yang mempunyai anjing peliharaan. Ia selalu membawa anjing tersebut bersamanya ke mana pun ia pergi. Di kota itu ada pemuda-pemuda yang selalu menggoda perempuan itu dan anjingnya, sehingga ia merasa marah dan sangat malu. Akhirnya ia merencanakan untuk membunuh anjingnya. Ia mengisi sebuah pot dengan pasir, mengikatnya di leher anjing tersebut, melemparkannya ke dalam sungai, dan anjing itu pun tenggelam. Akibat dari perbuatan jahatnya itu, wanita tersebut menderita dalam waktu lama di alam neraka, dan untuk memenuhi sisa akibat perbuatan jahatnya, ia telah dilempar ke dalam laut, dan tenggelam pada akhir kehidupan keseratusnya.”

Sang Buddha Gotama menjawab pertanyaan kelompok ketiga: “Para Bhikkhu, saat itu tujuh orang gembala melihat seekor iguana masuk ke dalam anak bukit, dan mereka menutup ketujuh jalan keluar dari anak bukit tersebut dengan ranting-ranting dan cabang-cabang pohon. Setelah menutup ketujuh jalan keluar, mereka pergi dan melupakan iguana yang terperangkap di dalam anak bukit tersebut. Tujuh hari kemudian, mereka teringat apa yang telah mereka lakukan dan dengan cepat kembali ke tempat perbuatan usil mereka dan mengeluarkan iguana tersebut. Akibat dari perbuatan jahat ini, ketujuh orang itu telah dikurung bersama selama tujuh hari tanpa makanan dan minuman.” Kemudian para Bhikkhu berkata: “Oh, memang benar ! Tidak ada tempat pelarian dari akibat kejahatan bagi orang yang telah melakukan perbuatan jahat, walaupun ia berada di langit, atau di tengah samudra, ataupun di dalam goa. Kepada mereka Sang Buddha Gotama berkata: Benar, Bhikkhu! Kamu benar, walaupun di langit atau di mana saja, tidak ada tempat yang tidak terjangkau oleh akibat kejahatan. Kemudian Sang Buddha Gotama membabarkan bait berikut:

“Tidak di langit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di mana pun juga dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk dapat menyembunyikan diri dari akibat perbuatan jahatnya.”

( DHAMMAPADA 127 )

Semua Bhikkhu dari ketiga kelompok tersebut mencapai tingkat kesucian Sotapatti setelah khotbah ini berakhir.

SABBE SATTĀ BHAVANTU SUKHITATTĀ

Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia

Sadhu… Sadhu… Sadhu…

 

Sumber: Rama Hendra – WA MAGABUDHI Cab. Tangerang

Comments are not available at the moment.

Sorry, the comment form has been disabled on this page/article.
Related post
Meditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera

padamutisarana

28 Nov 2024

Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia   Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …

Sutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas

padamutisarana

09 Nov 2024

Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …

Musda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua

padamutisarana

10 Agu 2024

Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD)  PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …

Musda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru

padamutisarana

21 Jun 2024

Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …

PELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI

padamutisarana

30 Mei 2024

Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yag dirancang guna menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siswa-siswa Indonesia yang tergambar sebagai profil Pelajar Pancasila. Dalam upaya membentuk Profil …

Tri Wahyono Joko Towo Dinobatkan sebagai Ketua Baru PERGABI Kepulauan Riau

padamutisarana

30 Mei 2024

Batam, Tisarana.net – Rabu, 29 Mei 2024 Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) resmi terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Kepengurusan PERGABI Kepri untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kepri yang berlangsung di BIZ Hotel, Batam. Acara tersebut juga menjadi momen penting untuk pelantikan ketua baru. Dalam sambutannya, Edy …

x
x