- AgendaOne Day Mindfulness (ODM) di ISMC Jakarta
- BeritaMusda I Sukses Membawa Dwi Sektiyono Cahyo sebagai Ketua, PERGABI DIY Siap Berkarya untuk Kemajuan Pendidikan Agama Buddha
- ArtikelMeditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera
- AgendaSutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas
- ArtikelMusda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua
- ArtikelMusda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru
- BeritaKonsolidasi PERGABI Kalimantan Barat: Subari, S.Ag Terpilih Menjadi Ketua dalam Musda I

Paticca Samuppada, Kunci Emas Ajaran Buddha
Paticca Samuppada
(Sebab Akibat Yg Saling Bergantungan)
1. Avijja atau kebodohan (kegelapan batin) mempunyai arti ketidaktahuan secara spiritual. Meskipun Dharma itu adalah transeden, (dan yang transeden itu, karena berada di atas semua yang pembenaran) tidak mempunyai sisi yang berlawanan, dari sudut pandang keduniawian kebodohan dapat dianggap sebagai antitesis (lawan) dari Bodhi (Penerangan).
Karena Penerangan atau Kebijaksanaan Tertinggi adalah tujuan dari pengikut Ajaran, keberadaan dalam kebodohan-
dalam kerusakan Bodhi-dengan sendirinya adalah titik awal dari seluruh ajaran.
Ävijja tidak hanya berada dalam keadaan perampasan umum dari Bodhi; avijja juga secara khusus berarti ketidaktahuan pada keadaan yang saling bergantungan, Empat Kebenaran Mulia, serta prinsip-prinsip pokok ajaran Buddha-dan secara skolastik selalu didefinisikan demikian.
2. Hubungan antara avijja dan sankhära
mata rantai kedua, dapat diumpamakan sebagai hubungan antara keadaan mabuk yang menyebabkan seseorang lupa daratan dengan perbuatan-perbuatan merusak yang dilakukannya dalam
keadaan demikian.
Sankhara berarti kondisi yang diperlukan untuk menimbulkan suatu hasil tertentu-dalam hal ini agregat dari kondisi-kondisi mental yang di bawah Hukum Karma bertanggung jawab bagi terbentuknya momen pertama dari kesadaran pada kehidupan berikutnya.
Pada dasarnya, sankhara mewakili kemauan yang berasosiasi dengan suatu tingkat khusus dari pikiran. Dan karena
alasan ini, sankhara telah diterjemahkan sebagai tindakan-dengan-kehendak.
Tindakan-dengan-kehendak ini dapat berupa tindakan jasmani, ucapan, atau hanya pikiran. Tindakan-dengan-kehendak dapat berdiri sebagai yang memberikan pahala, dalam arti timbul
dari niat baik dan membawa kelahiran kembali yang baik. Atau dapat juga memberikan akibat buruk, dalam arti dilakukan dengan niat buruk dan menyebabkan kelahiran kembali yang tidak baik.
Tindakan-dengan-kehendak yang diasosiasikan dengan keadaan mental yang netral-dari sudut pandang moral-dari kaum Arahat (Skt. Arhat, P. Arahant) tidak merupakan kondisi yang akan menyebabkan timbulnya kelahiran kembali dalam lingkungan keberadaan fenomena.
3. Bergantung pada bentuk-bentuk karma dari kelahiran sebelumnya timbullah keadaan bersebab ketiga (vinñäna), atau kesadaran. Kesadaran merupakan mata rantai pertama yang menjadi milik dari kehidupan sekarang (kebodohan dan bentuk-bentuk mental merupakan mata rantai kehidupan yang lalu).
Menurut filsafat Buddha, pembuahan terjadi hanya jika penggabungan dari tiga hal berikut terjadi: ‘pertemuan’ antara
ayah dan ibu, ibu dalam masa subur, dan adanya kesadaran saat terakhir dari kehidupan sebelumnya.
Apa yang dilahirkan kembali Mengatakan bahwa sesuatu yang dilahirkan kembali itu sama dengan sesuatu yang baru
saja mati dari kehidupan sebelumnya, akan berarti eternalisme.
Mengatakan bahwa mereka adalah dua individu yang berbeda, adalah nihilisme.
Menghindari dua ekstrem ini, Buddha Gautama mengajarkan Jalan Tengah, yakni Hukum Sebab Musabab: dengan adanya ini, itu menjelma: dengan munculnya ini, itu muncul, dan
seterusnya-kelahiran pun kembali terjadi.
Kesadaran yang mulai berfungsi seketika pada pembuahan, terdiri dari kesadaran penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecapan, kesadaran tubuh, dan kesadaran mental. Perlu diingat, bahwa kesadaran ini adalah netral secara karma.
4. Bergantung pada kesadaran (vinñăna) muncul nama-rupa yang terdiri dari tubuh jasmani (rupa) dan tiga tumpukan mental (nama), yaitu perasaan (vedanã), pencerapan atau (sanñã), dan bentuk-bentuk mental (sankhara). Kesadaran, setelah diperhitungkan sebagai sebab’ (mata rantai ketiga), tidak dapat lagi diperinci sebagai ‘akibat’ (mata rantai keempat)
5. Bergantung pada nãma-rüpa muncul Salayatana, yaitu indra. Indra di sini terdiri dari panca indra (mata, hidung, dan sebagainya) ditambah dengan pikiran. Formulasi yang kelihatan sederhana ini menyembunyikan kerumitan dari suatu jaringan kondisi-kondisi. Näma dan pikiran, nama dan lima indra fisik, rūpa dan pikiran, dan rūpa dan lima indra fisik, semuanya berhubungan satu sama lain dengan sangat banyak cara.
6. Bergantung pada şadãyatana muncul kontak atau kesan (phassa). Nidana (mata rantai) keenam ini, yang terdiri dari enam jenis kontak mata, kontak telinga dan seterusnya), masing, masing jenisnya berisikan kombinasi dari organ pencerapan (indra), objeknya, dan kesan, hal ini tentunya suatu psikologi dasar yang mudah dimengerti.
7. Bergantung pada kesan muncul perasaan (vedana), atau sensasi, Seperti juga nidâna sebelumnya, perasaan juga terdiri dari enam jenis: hasil dari kontak mata, hasil dari kontak telinga
dan seterusnya. Nidana ketujuh ini merupakan hasil dari karma Karenanya ia dapat muncul sebagai yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan
8. Bergantung pada perasaan hasil dari karma muncul (tanha), ‘kehausan’ atau nafsu keinginan.
Enam objek ‘kehausan’ atau kerinduan adalah lima objek indra fisik ditambah dengan objek dan pikiran, Kerinduan inl
ada tiga jenis. Kerinduan pada bentuk, suatu tertentu, dan sebagainya, yang, muncul bersamaan dengan nafsu (kama-tanha), Kerinduan yang muncul berasosiasi dengan pandangan keliru
tentang keberadaan suatu diri yang kekal (bhava-tanha), Dan vibháva-tanha, kerinduan berkenaan dengan pandangan keliru bahwa diri lenyap setelah kematian.
Seperti yang akan kita lihat nanti, nidana-nidana terdiri dua Jenis: milik proses karma (karma bhava), dan milik
kelahiran kembali (utpati-bhava),
proses Kelima nidana dari kesadaran hingga ke perasaan mewakili proses kelahiran kembali dari kehidupan saat ini. Sebagai hasil proses karma dari penjelman sebelumnya, kelima nidana ini adalah dari sudut pandang moral-netral pada kehidupan sekarang: dalam arti tidak berpengaruh pada kehidupan mendatang.
Dari tanha dimulailah proses karma dari kehidupan saat ini-yang menentukan proses kelahiran kembali dari penjelmaan yang akan datang. Karena alasan ini, nidãna kedelapan juga
muncul sebagai Kebenaran Mulia Kedua: sebab dari duka.
“Wahai Biksu, apakah sebab duka itu? ‘Kehausan’ (tanhã) inilah yang menghasilkan kelahiran dan
penjelmaan kembali, yang padanya terikat nafsu dan kesenangan-kesenangan, di sana dan di sini.”
(Digha-Nikãya XXII)
Peralihan dari perasaan ke kerinduan, dari perasaan pasif ke nafsu aktif, merupakan fakta psikologis yang berdiri di belakang apa yang disebut orang Kristen sebagai kejatuhan manusia ke
dalam dosa.
Selang di antara kedua nidana ini merupakan medan pertempuran dari kehidupan spiritual. Mengalami perasaan
tetapi juga mengendalikan nafsu adalah kemenangan atas diri sendiri, yang oleh Buddha Gautama dinyatakan lebih agung dari penaklukan atas seribu orang lain seribu kali.
Menurut perumpamaan yang lain, kecanduan adalah panah beracun yang menancap di jantung, dan yang mesti dicabut terlebih dahulu sebelum seorang pengikut merestorasi dirinya ke tingkat kesucian spiritual sempurna Nirwana.
9. Jika panah tersebut tetap menancap kuat pada tempatnya, maka tingkat sebab musabab berikutnya, tak terhindarkan,
akan mengikuti: bergantung pada tanha muncul kemelekatan(upädâna).
Kemelekatan ini Ada Empat jenis: kemelekatan pada kesenangan-kesenangan indra, kemelekatan pada pandangan-pandangan, konsep-konsep, yang mellputi kepercayaan membuta,
Pendapat – pendapat tanpa dasar, dan dogma; kemelekatan pada etika(sila) Dan ketaatan eksternal (sila) dan virata itu sendiri Dan kemelekatan pada kepercayaan keliru pada keberadaan suatu diri.
Ada Hal penting Yang dibawa oleh tingkat sebab akibat ini. Melalui berbagai jenis kemelekatan intelek semuanya
merupakan turunan dari ketidaktahuan asal yang mendasari seluruh proses samsära -nidana ini menggarisbawahi teramat pentingnya Pandangan Benar, atau penalaran yang benar tentang
Dharma
1o. Bergantung pada kemelekatan muncul bhäva (menjadi) dalam arti hidup dalam, atau dilahirkan ke dalam ‘lapisan
keberadaan fenomena.
Lapisan’ atau tempat ini ada tiga, Yang terdiri dari nafsu(karma) meliputi kehadiran dari raksasa-raksasa, binatang
manusia, makhluk-makhluk neraka, hantu-hantu kelaparan dan dewa-dewa dari bidang-bidang surgawi sebelah barat. Dunia berbentuk (rüpabhava), terdiri dari kehidupan di dalam surga lapisan menengah, Dan dunia tanpa bentuk (arüpabháva), terdiri dari kehidupan dalam puncak piramida dan keberadaan surgawi tertinggi.
Harus diperhatikan bahwa “surga tertinggi” pada dunia tanpa bentuk masih berada di dalam kehidupan fenomena
Dan dengan demikian bukanlah tujuan akhir dari pengikut Ajaran.
lstilah bháva sering dipakai untuk mengartikan pembuahan,
karena dari mata rantai sebab-akibat ini dimulal kehidupan dimasa yang akan datang.
11. Bergantung pada ‘menjadi (hasil dari karma), muncul kelahiran (jati), disini tidak diartikan sebagai proses melahirkan yang sebenarnya, tetapi sebagai kemunculan dari kelima
skandha -yakni, materi/jasmani, perasaan, pencerapan, bentuk
bentuk mental, dan kesadaran sekaligus di dalam peranakan seorang ibu.
12. Bergantung pada kelahiran muncul peluruhan dan kematian (jara-marana), dengan penderitaan, kesedihan,
rasa sakit, kesengsaraan, dan keputusasaan berada dalam jajarannya.
Dikutip dari buku Sari Ajaran Buddha
Tim Penulis PVVD penerbit Dian Dharma
Edisi kedua oktober 2017.
Sumber utama : A survey of Buddhism : it’s Doctrine and method through the ages by mahasthavira sangharakshita
Download POSTER jelasnya di:
http://medancharitygroup.com/download/ Klik disini untuk download ukuran A3 (42 x 30 cm) = 9,5 MB
http://medancharitygroup.com/wp-content/uploads/2017/11/PaticcaSamuppada-A3.jpg Klik disini untuk download ukuran A4 (30 x 21 cm) = 6 MB
http://medancharitygroup.com/wp-content/uploads/2017/11/PaticcaSamuppada-A4.jpg Klik disini untuk download ukuran kecil (20 x 15 cm) = 3,5 MB
http://medancharitygroup.com/wp-content/uploads/2017/11/PaticcaSamuppada-small.jpg
- 12 faktor paticcasamuppada
- 12 paticcasamuppada
- agama buddha
- ajaran buddha
- ajaran saling ketergantungan
- arti gambar paticcasamuppada
- arti paticcasamuppada
- bunyi paticcasamuppada
- contoh paticcasamuppada
- definition for paticcasamuppada
- diagram paticcasamuppada
- hukum Dhamma
- hukum paticcasamuppada
- hukum paticcasamuppada dalam agama buddha
- kesadaran dalam paticcasamuppada
- kunci emas ajaran buddha
- makalah paticcasamuppada
- paticca samuppada
- paticcasamuppada
- paticcasamuppada 12 mata rantai
- paticcasamuppada book
- paticcasamuppada buddhadasa
- paticcasamuppada buddhism
- paticcasamuppada buddhism definition
- paticcasamuppada buddhism meaning
- paticcasamuppada chanting
- paticcasamuppada dalam kehidupan sehari hari
- paticcasamuppada definition
- paticcasamuppada definition buddhism
- paticcasamuppada explained
- paticcasamuppada meaning
- paticcasamuppada merupakan hukum kebenaran mutlak
- paticcasamuppada practical dependent origination
- paticcasamuppada sutta
- paticcasamuppada sutta diagram
- paticcasamuppada terdiri dari 12 nidana
- pengertian paticcasamuppada
- penjelasan paticcasamuppada
- unsur unsur paticcasamuppada
padamutisarana
28 Nov 2024
Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …
padamutisarana
09 Nov 2024
Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …
padamutisarana
10 Agu 2024
Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD) PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …
padamutisarana
21 Jun 2024
Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …
padamutisarana
30 Mei 2024
Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yag dirancang guna menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siswa-siswa Indonesia yang tergambar sebagai profil Pelajar Pancasila. Dalam upaya membentuk Profil …
padamutisarana
30 Mei 2024
Batam, Tisarana.net – Rabu, 29 Mei 2024 Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) resmi terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Kepengurusan PERGABI Kepri untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kepri yang berlangsung di BIZ Hotel, Batam. Acara tersebut juga menjadi momen penting untuk pelantikan ketua baru. Dalam sambutannya, Edy …
10 Feb 2018 11.077 views
Kalyanamitta berasal dari kata Kalyana yang artinya baik atau bagus dan Mitta yang artinya teman. Jadi Kalyanamitta berarti teman yang baik atau bagus yang dapat menjadikan diri kita selalu waspada dalam menempuh kehidupan dunia dan setelah meninggal. Terdapat empat macam sahabat yang dipandang berhati tulus ( suhada ) : yaitu A. sahabat penolong ( upakaro …
21 Feb 2016 10.445 views
Ada dua orang yang tidak terbalas jasa-jasa nya siapakah mereka ? AYAH dan IBU-mu. Barang siapa dapat mendorong orangtua-Nya menjadi berkeyakinan, berkebajikan, murah hati, bijaksana, dengan berbuat begitu, orang ini telah membalas, bahkan ia telah berbuat lebih dari pada sekedar membalas jasa-jasa orangtua-NYA. ( Anguttara Nikaya 161 ) Pada kesempatan ini saya ingin mengajak para DERMAWAN yang bisa …
30 Nov 2015 9.160 views
Agama Buddha yang oleh umat Buddha dikenal sebagai Buddha Dhamma, bersumber pada kesunyataan yang diungkapkan oleh Sang Buddha Gotama lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lalu, yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang, dan oleh karenanya dapat membebaskan manusia dari ketidaktahuan (avijja) dan penderitaan (dukkha). Dalam sejarah perkembangan agama Buddha, telah timbul berbagai …
22 Feb 2016 7.052 views
DOKTRIN KELAHIRAN KEMBALI Apakah ada kehidupan sebelum kelahiran ? Akankah ada kehidupan setelah kematian ? Ini adalah pertanyaan – pertanyaan yang perlu dibicarakan secara serius dan tenang. Pertanyaan – pertanyaan yang memiliki kepentingan filosofis seperti itu harus dipertimbangkan dengan segenap pemikiran manusia secara objektif dan tanpa prasangka, tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadinya. Seseorang mestinya jangan …
28 Jan 2017 6.156 views
Oleh : Y.M. Acharya Buddharakkhita Terdapat berbagai cara dalam latihan metta-bhavana, meditasi cinta kasih universal. Tiga metode dasar akan diuraikan di sini. Petunjuk-petunjuk ini, didasarkan pada sumber-sumber kitab suci dan kitab komentar, ditujukan untuk menjelaskan latihan meditasi metta dalam cara yang jelas, sederhana, dan langsung sehingga setiap orang yang bersungguh-sungguh ingin melaksanakan latihan tidak memiliki …
16 Sep 2018 5.843 views
Sekolah Minggu Remaja Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi, hari minggu 16 September 2018, di pagi yang cerah para remaja Buddhis berdatangan untuk melaksankan puja terhadap Guru Agung Buddha. Lantunan parita yang baik, terlihat pemimpin puja Aryo dan Anan membaca sesuai dengan tanda baca yang benar. Hal ini merupakan kebanggan bagi remaja Buddhis yang terus dapat turut …
03 Des 2017 5.373 views
“ Anuttaram Punnakhetam Lokassati” Dalam kehidupan manusia didunia ini, terdapat 4 hal yang selalu diinginkan, yaitu : menjadi kaya raya, memperoleh kedudukan yang tinggi, usia panjang, dan mencapai alam kebahagiaan setelah berakhirnya kehidupan di dunia. Secara universal praktek memberi (berdana) dikenal sebagai salah satu keluhuran manusia yang paling mendasar. Terlebih dalam ajaran agama Buddha berdana …
Comments are not available at the moment.