- BeritaMusda I Sukses Membawa Dwi Sektiyono Cahyo sebagai Ketua, PERGABI DIY Siap Berkarya untuk Kemajuan Pendidikan Agama Buddha
- ArtikelMeditasi Pernafasan – Pendahuluan Anapanasati Pokok Meditasi oleh YM. Kasapa Thera
- AgendaSutrimo Pimpin PERGABI Kalimantan Utara: Komitmen untuk Pendidikan Agama Buddha yang Berkualitas
- ArtikelMusda I PERGABI Jawa Timur: Sunarto Terpilih Menjadi Ketua
- ArtikelMusda 1 Pergabi Kalsel: Narmin Resmi Terpilih sebagai Ketua Baru
- BeritaKonsolidasi PERGABI Kalimantan Barat: Subari, S.Ag Terpilih Menjadi Ketua dalam Musda I
- ArtikelPELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI
Menjadi Umat Buddha Sejati oleh YM. Bhikkhu Khemmadhiro
Kami berlindung kepada Sang Bhagavā.
Sang Bhagavā guru agung kami.
Dalam Dhamma Sang Bhagavā kami berbahagia.
Dengan persembahan ini,
kami memuja Sang Bhagavā, beserta Dhamma dan Sangha
(Pūjā Kathā, Kalimat Puja. Paritta Suci)
Pūjā ca pūjanīyānaṁ Etammaṅg alamuttamaṁ
Menghormat kepada orang yang patut dihormati adalah berkah utama.
(Maṅgala Sutta. Khuddakanikāya, Khuddhakapāṭha)
Tidak terasa satu tahun telah berlalu atau kurang lebih 365 hari telah kita lewati bersama. Kini tiba saatnya bagi kita umat Buddha kembali memperingati Hari Tri Suci Waisak (tahun baru Buddhis 2602). Tri Suci Waisak memperingati tiga peristiwa agung yang terjadi dalam kehidupan Guru Agung Buddha, yaitu peristiwa kelahiran Bodhisatta Siddhārtha di Taman Lumbini 623 SM yang kelak menjadi Buddha Gotama, kemudian pencapaian penerangan sempurna (Kebuddhaan) di Bodhgaya 588 SM dan saat wafatnya Buddha Gotama (Parinibbāna) di Kusinara 543 SM. Tiga peristiwa itu menjadi objek penghormatan (Pūjā) bagi umat Buddha dalam puja bakti Waisak di Candi, Vihāra maupun Cetiya di mana mereka berada.
Berkenaan dengan pelaksanaan puja bakti Waisak ini, saya akan menjelaskan bagaimana menjadi umat Buddha yang baik dalam melakukan penghormatan yang tertinggi kepada Buddha. Oleh karena itu, mari kita ikuti penjabaran Dhamma dalam artikel ini.
Dalam Agama Buddha terdapat empat kelompok umat Buddha (Parisā) yaitu:
- Bhikkhu
- Bhikkhuni
- Upāsaka
- Upāsika
Bhikkhu dan Bhikkhuni adalah umat Buddha yang melatih diri menjalankan kehidupan suci yang ditunjukkan Buddha untuk mengakhiri penderitaan. Mereka sering disebut sebagai umat Buddha Pabbajitā—yang meninggalkan kehidupan berumah tangga.
Sedangkan Upāsaka dan Upāsika adalah umat Buddha laki-laki dan perempuan yang menjalankan kehidupan keduniawian. Mereka sering disebut sebagai Gharāvāsa —umat awam perumah tangga. Ada yang menikah dan ada juga yang tidak menikah –Dalam agama Buddha seseorang tidak diwajibkan harus menikah atau harus menjadi Bhikkhu–, (semua ini tergantung pada pilihan hidup masing-masing orang).
Kata Upāsaka dan Upāsika memiliki pengertian orang yang mengenal dekat, “akrab” dengan Buddha, Dhamma dan Sangha.
Umat Buddha yang berkeyakinan kepada Tiratana dan menyatakan berlindung kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha:
Buddhaṁ saranaṁ g acchāmi,
Dhammaṁ saranaṁ g acchāmi,
Saṅghaṁ saranaṁ g acchāmi
Untuk menjadi seorang umat Buddha yang baik, bukan berarti ia harus hafal Paritta Suci, memiliki atau sering memakai aksesoris-aksesoris buddhis seperti memakai kalung liontin Buddha, kaos berlogo buddhis dan kemanapun pergi selalu membawa buku Paritta Suci, dll.
Ia hendaknya memiliki sifat dan tingkah laku yang baik. Ucapan yang ramah, sopan santun di manapun berada, memiliki pengendalian diri yang baik dalam ucapan, pikiran serta perbuatan badan jasmani. Punya malu berbuat jahat (Hiri) dan takut akan akibatnya (Ottappa).
Selain itu, sebagai umat Buddha yang baik hendaknya selalu bersemangat untuk mencegah timbulnya perbuatan buruk yang belum muncul, bersemangat untuk meninggalkan perbuatan buruk yang sudah muncul, semangat untuk memunculkan perbuatan baik yang belum mucul serta semangat untuk mempertahankan dan mengembangkan perbuatan baik yang sudah muncul.
Terus bersemangat dalam belajar dan melaksanakan Dhamma ajaran Buddha dalam keseharian. Seperti misalnya dengan rajin berdana, melaksanakan lima latihan sila (Pañcasīla) atau melaksanakan delapan sila (Aṭṭhasīla) pada saat hari Uposatha serta rajin melatih meditasi. Serta membersihkan kekotoran batin sendiri yang bersumber dari keserakahan (Loba), kebencian (Dosa) dan kegelapan batin (Moha). Dengan demikian kita menjadi seorang umat Buddha sejati.
Melakukan Pūjā yang Tertinggi
Pūjā dalam bahasa Pali berarti menghormat. Penghormatan yang dilakukan kepada orang yang patut dihormati adalah hal yang sangat baik dan merupakan berkah utama.
Sebagaimana dijelaskan di dalam khotbah tentang Berkah Utama (Maṅgala Sutta) oleh Guru Agung Buddha, yaitu:
Pūjā ca pūjanīyānaṁ Etammaṅg alamuttamaṁ
Menghormat kepada orang yang patut dihormati adalah berkah utama
Seperti misalnya menghormat kepada Buddha, Dhamma, Saṅgha, orangtua, guru, dll
(Pūjānīya-Puggala).
Dalam melakukan penghormatan kita bisa melakukannya dengan berbagai cara, seperti misalnya dengan:
- Merangkapkan kedua tangan di depan dada (Añjalī)
- Bersujud (Namaskāra)
- Melakukan (Padakkhiṇā), yaitu memutari sebuah bangunan vihara, rupang Buddha, pohon Bodhi, stupa atau candi (pūjānīya-vatthu) tiga kali
- Berdiri menyambut (Utthāna) sambil bersikap Añjalī
- Melakukan penghormatan dengan menjaga tingkah laku (Sāmicikamma)
Melakukan hal tersebut, sebenarnya adalah latihan untuk menghilangkan “keakuan” (ego) di dalam diri sehingga menjadi orang yang rendah hati. Ia juga akan mendapatkan manfaat, berkah, dan kebahagiaan.
Ibarat seorang Petani menanam padi atau jagung di ladang, maka yang akan memetik hasil tanaman itu adalah petani itu sendiri, bukan ladangnya. Begitu pula, ibarat seorang yang berdandan menghias wajahnya di depan kaca, bukan kacanya yang akan menjadi cantik/tampan, tetapi orang yang berdandan itulah yang akan menjadi cantik/tampan dan indah.
Ada dua macam bentuk penghormatan yang Buddha ajarkan dalam Kitab Suci Aṅgutara Nikāya, yaitu: Amisa Pūjā dan Paṭi-patti Pūjā.
- Amisa Pūjā : Penghormatan dalam bentuk materi Hal ini bisa kita lakukan yaitu dengan memberikan persembahan berupa barang-barang materi. Seperti misalnya makanan, minuman, obat-obatan, lilin, dupa, air, bunga, dll.
- Paṭi-patti Pūjā: Penghormatan berupa praktik atau pelaksanaan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bisa kita lakukan dengan melaksanakan ajaran Buddha, berlindung dengan penuh keyakinan kepada Tiratana, (Buddha, Dhamma, dan Sangha).
Bertekad untuk melenyapkan sifat-sifat jahat serta berjuang untuk mengembangkan sifat-sifat baik di dalam diri. Berdana, bertekat melaksanakan lima latihan kemoralan (Pañcasīla) atau bertekad melaksanakan delapan sila (Aṭṭhasīla), bermeditasi, melatih kesabaran, jujur, mengembangkan cinta kasih (Metta), kasih sayang (Karuna), simpati (Mudita), dan keseimbangan batin (Upekkha) yang merupakan ajaran Buddha.
Dari dua jenis penghormatan tersebut, Buddha menjelaskan bahwa bentuk penghormatan berupa praktik (Paṭi-patti Pūjā) adalah yang tertinggi. Hal ini dijelaskan oleh Buddha dalam Mahāparinibbāna Sutta, demikian;
“Duhai Ananda, penghormatan, pengagungan, dan pemujaan dengan cara tertinggi bukanlah dilakukan dengan memberikan persembahan bunga, wewangian, nyanyian dan sebagainya. Akan tetapi Ananda, apabila seorang Bhikkhu, Bhikkhuni, Upāsaka, dan Upāsika berpegang teguh pada Dhamma, hidup sesuai dengan Dhamma, bertingkah laku selaras dengan Dhamma; maka orang seperti itulah yang sesungguhnya telah melakukan penghormatan, pengagungan, dan pemujaan dengan cara tertinggi. Karena itu, Ananda, berpegang teguhlah pada Dhamma, hiduplah sesuai dengan Dhamma dan bertingkah lakulah selaras dengan Dhamma. Den gan cara demikianlah engkau seharusnya melatih diri.”
Kita menghormati Buddha sebagai Guru yang memang pantas kita puja. Karena Buddha adalah yang Maha Suci, yang telah mencapai penerangan sempurna, sempurna pengeta huan serta tindak-tanduk-Nya, sempurna menempuh jalan ke Nibbana, pengetahu segenap alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan manusia, yang sadar, yang patut dimuliakan.
Umat Buddha menghormati Buddha sebagai guru mereka. Akan tetapi, rasa hormat ini tidak berarti kelekatan atau ketergantungan pada guru tersebut. Jenis hormat ini sesuai dengan ajarannya sendiri sebagai berikut:
“Wahai para Bhikkhu, walaupun seorang Bhikkhu memegang lipatan jubah-Ku dan berada di belakang-Ku selangkah demi selangkah, bila dia tamak akan objek-objek nafsu keinginan, kuat nafsunya, berpikir dengki, kotor buahbuah pikirnya, tidak memiliki perhatian, tidak mengerti, tidak terkonsentrasi, pikirannya mengembara dan indrianya tidak terkendali, maka dia berada jauh dari-Ku dan Aku jauh darinya.”
”Wahai para Bhikkhu, walaupun seorang Bhikkhu hidup seratus league (1 league = 4,8 km) dariku, namun bila dia tidak tamak akan objek-objek nafsu keinginan, tidak kuat ”Wahai para Bhikkhu, walaupun seorang Bhikkhu hidup seratus league (1 league = 4,8 km) dariku, namun bila dia tidak tamak akan objek-objek nafsu keinginan, tidak kuat nafsunya, tidak berpikiran dengki, tidak kotor buah-buah pikirnya, mantap perhatiannya, mengerti dengan jelas, terkonsentrasi, pikirannya memusat dan indrianya terkendali, maka dia dekat dengan-Ku dan Aku dekat denganya.”
— Itivuttaka 92
Jadi, cara mudah untuk melakukan Pūjā atau penghormatan yang tertinggi kepada Guru Agung Buddha adalah dengan cara mempraktikkan Dhamma. Lebih lanjut, dalam Aṅgutara Nikāy a kelompok lima dijelaskan bahwa:
Ada Lima hal yang merupakan sikap baik seorang umat Buddha dan ketika hal ini dilaksanakan berarti ia melakukan penghormatan yang tertinggi kepada Buddha. Lima hal itu adalah:
- Keyakinan kepada Tiratana
- Memiliki Sīla yang baik
- Tidak Percaya Pada Takhayul
- Tidak Mencari Kebenaran di Luar Dhamma
- Berbuat Kebajikan Sesuai Dhamma
Keyakinan Kepada Tiratana
Demikian telah dikatakan oleh Buddha dalam Itivuttaka, sebagai berikut:
“Wahai para Bhikkhu, ada tiga jenis keyakinan yang tertinggi. Apakah tiga jenis itu?”
Makhluk apa pun yang ada, yang tanpa kaki atau berkaki dua, empat atau berkaki banyak, yang memiliki bentuk atau tanpa bentuk, yang memahami atau yang tidak memahami atau yang bukan memahami pun bukan tidak memahami, dari semua ini, yang dikatakan tertinggi adalah Sang Tathagata, yang maha suci, yang telah mencapai penerangan sempurna.
Mereka yang memiliki keyakinan terhadap Sang Buddha, berarti memiliki keyakinan terhadap yang tertinggi. Dan bagi mereka yang memiliki keyakinan terhadap yang tertinggi, hasilnya pun terbaik.
Dari berbagai keadaan, baik yang tekondisi maupun yang tak terkondisi, sikap tidak melekat memliki nilai tertinggi, yaitu: berkurangnya kesombongan, hilangnya kehausan, lenyapnya ketergantungan, berhentinya lingkaran kelahiran kembali, hancurnya nafsu keinginan, tidak ada kemelekatan, berhentinya penderitaan, dan yang memiliki keyakinan terhadap Dhamma tentang ketidakme lekatan berarti memiliki keyakinan terhadap yang tertinggi, hasilnya pun terbaik.
Dari semua komunitas atau kelompok yang ada, Sangha siswa Sang Tathagata adalah yang tertinggi. Mereka adalah Ariya Sangha, yakni: makhlukmakhluk yang telah mencapai kesucian (Sotāpattimagga, Sotāpattiphala, Sakadāgāmimagga, Sakadāgāmiphala, Anāgāmimagga, Anāgāmiphala, Arahattamagga, Arahatta-phala).
Sangha siswa Sang Tathagata ini pantas menerima pemberian, perlakuan baik, persembahan, dan penghormatan. Mereka merupakan ladang kebaikan yang tiada bandingnya di dunia. Mereka yang memiliki keyakinan terhadap Sangha berarti memiliki keyakinan terhadap yang tertinggi. Dan mereka yang yakin terhadap yang tertinggi, hasilnya pun terbaik.
Di akhir pembabaran Dhamma, Buddha katakan;
“Wahai para Bhikkhu, itulah tiga jenis keyakinan tertinggi.”
Memiliki Sīla yang Baik
Dalam pelaksanaan Sīla, sebagai seorang umat Buddha perumah tangga dapat melaksanakan lima latihan kemoralan (Pañcasīla). Diantaranya adalah bertekat melatih diri untuk tidak membunuh makhluk hidup, tidak mencuri, tidak berbuat asusila/selingkuh, tidak berbohong dan tidak mabuk-mabukan serta meminumminuman beralkohol atau mengonsumsi obat-obatan terlarang.
Sedangkan para Bhikkhu berusaha untuk melaksanakan 227 Pāṭimokkhasīla. Seorang Bhikkhu diharapkan menjalani empat jenis moralitas utama yang secara keseluruhan disebut Sīla V isuddhi (kemurnian moralitas) .
Pertama Pāṭimokkha Sīla, pelanggaran besar yang berhubungan dengan perbuatan asusila, kekejaman, membahayakan, dan bersifat keakuan.
Kedua IndriyasaṁvaraSīla, moralitas yang berhubungan dengan penahanan indra.
Ketiga Ajīvapārisuddhi Sīla, moralitas yang berhubungan dengan kemurnian penghidu pan.
Keempat Paccayāsannissita Sīla, moralitas yang berhubungan dengan penggunaan syarat-syarat yang berhubungan dengan hidup.
Tidak Percaya Pada Ketakhayulan
Sebagai seorang umat Buddha yang baik hendaknya jangan percaya dengan hal-hal yang bersifat takhayul. Seperti misalnya mencari dukun atau peramal untuk mengubah nasib menjadi baik, untuk mendapat rejeki, dan supaya dapat jodoh.
Sebagai umat Buddha hendaknya kita meyakini halhal yang memang patut untuk kita yakini. Selain memiliki keyakinan kepada Tiratana, kita juga hendaknya memiliki keyakinan terhadap hukum kamma atau perbuatan, yaitu:
a. Kamma Saddhā
keyakinan terhadap akibat Hukum Kamma (perbuatan baik dan buruk).
b. V ipaka Saddhā
keyakinan terhadap akibat dari hukum kamma.
c. Kammasakata Saddha
keyakinan bahwa semua makhluk mempunyai Kamma masing-masing dan bertanggung jawab terhadap per buatannya.
Tidak Mencari Kebenaran dan Kebaikan di Luar
Dhamma Dhamma dikatakan indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya. Untuk mengetahui apakah yang merupkan Dhamma dan Vinaya, Sang Buddha dalam kitab suci Aṅguttara Nikāya VIII, 53 menjelaskan hal ini kepada Mahapajapati Gotami, yaitu sebagai berikut:
“Gotami, bila engkau mengetahui hal-hal secara pati: hal ini menuju pada nafsu, bukan pada tanpa nafsu, pada kemelekatan, bukan pada tanpa kemelekatan, pada pengumpulan, bukan pada pelepasan, pada memiliki banyak keinginan, bukan pada memiliki sedikit keinginan, pada ketidakpuasan, bukan pada kepuasan, pada suka berkumpul, bukan pada kesendirian, pada kelambanan, bukan pada kebangkitan semangat, pada kehidupan yang mewah, bukan pada kesederhanaan.”
“Tentang hal ini engkau bisa merasa pasti: ini bukan lah Dhamma, ini bukanlah Vinaya, ini bukanlah ajaran Sang Guru.”
“Tetapi, Gotami, bila engkau mengetahui halhal secara pasti: hal-hal ini menuju pada tanpa nafsu, tanpa kemelekatan, pada pelepasan, memiliki sedikit keinginan, pada kepuasan, pada kesendirian, pada kebangkitan semangat, pada kesederhanaan.”
“Tentang hal ini engkau bisa merasa pasti; ini adalah Dhamma, ini adalah Vinaya, ini adalah ajaran Sang Guru.”
Berbuat Kebajikan Sesuai Dhamma
Sebagai seorang umat Buddha yang baik, dalam melakukan penghormatan yang tertinggi kepada Buddha, salah satunya adalah dengan berbuat baik sesuai Dhamma.
Dalam Maṅgala Sutta (Khotbah Tentang Berkah Utama) berbuat baik sesuai dengan Dhamma adalah berkah utama.
Dalam berbuat baik hendaknya kebaikan itu dilakukan dengan niat yang baik, tulus, ikhlas, penuh cinta kasih, dan bijaksana. Kebaikan yang dilakukan hendaknya membuat diri sendiri menjadi senang, tenteram, bahagia, dan tidak menyesal setelah melakukannya. Kebaikan yang dilakukan juga membuat orang lain menjadi senang, tenteram, dan bahagia. Kebaikan itu dilakukan dengan tidak melanggar hukum maupun mengganggu lingkungan masyarakat.
Melakukan kebaikan adalah untuk mengikis keserakahan (Lobha), Kebencian (Dosa), dan Kegelapan Batin (Moha). Kebaikan yang diajarkan di dalam Dhamma diantaranya adalah berdana, melaksanakan Sīla, bermeditasi, mengembangkan cinta kasih, tidak serakah,tidak membenci, selalu sabar, jujur, rendah hati, tidak sombong, dan lain sebagainya yang masih banyak lagi kebaikan-kebaikan di dunia.
Selanjutnya, dalam Milinda Pañha dijelaskan ada 10 Kualitas Baik yang patut dikembangkan oleh seorang umat Buddha (Bhikkhu/Bhikkhuni dan Upāsaka/Upāsika) sebagai wujud penghormatan tertinggi kepada Buddha, diantaranya yaitu:
-
- Ia yang selalu menginginkan kesejahteraan Saṅgha dan menempatkan Dhamma sebagai yang utama dalam hidupnya.
- Ia yang memberi dengan penuh ketulusan.
- Jika ia melihat tanda kemunduran dari Ajaran Buddha, dengan sekuat tenaga ia membantu memajukannya.
%3
- ajaran asli buddha
- ajaran baik buddha
- ajaran buddha
- ajaran buddha adalah
- ajaran buddha bersifat universal
- ajaran buddha disebut
- ajaran buddha jumlah pengikutnya cepat berkembang karena
- ajaran buddha tentang alam semesta
- ajaran buddha tentang berbuat baik
- ajaran buddha tentang kehidupan
- ajaran budha bertapa
- bhikkhu khemadhiro
- dalam ajaran buddha ada dua aliran yang berkembang yaitu
- inti ajaran buddha adalah
- menjadi umat buddha
- pokok ajaran buddha aliran hinayana dan mahayana
- tujuan ajaran buddha adalah agar manusia dapat mencapai
- umat buddha sejati
padamutisarana
28 Nov 2024
Meditasi Pernafasan adalah salah satu meditasi Buddhis yang sangat populer dan mudah dilakukan untuk mengembangkan batin dan nilai luhur setiap manusia Menurut Ajaran Sang Maha Buddha, ada 40 mata pokok Meditasi yang diperuntukkan bekerjanya pikiran dalam membangun Ketenangan melalui Jhana (Pencerapan). Ini adalah disebut Kamma-tthana, dan kata ‘Thanam’ (tempat, stasiun, landasan). Jadi, Kammatthana berarti …
padamutisarana
09 Nov 2024
Tanjung Selor, 09 November 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) kini resmi terbentuk di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Kepengurusan PERGABI Kaltara untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kaltara yang berlangsung secara luring di Sekolah Buddhis Paramita bagi anggota yang berdomisili di Tanjung Selor dan daring bagi anggota …
padamutisarana
10 Agu 2024
Magetan, 10 Agustus 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) Provinsi Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) I di Hotel Merah 2 Sarangan Kabupaten Magetan Jawa Timur untuk pembentukan Pengurus Daerah (PD) PERGABI Jawa Timur yang pertama. Bapak Roch Aksiadi, S.Ag., ST., MM., selaku Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERGABI hadir dengan penuh semangat dan …
padamutisarana
21 Jun 2024
Kalimantan Selatan, 14 Juni 2024 – Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (Pergabi) Provinsi Kalimantan Selatan sukses mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) 1 yang dipusatkan di Aula Vihara Buddha Sasana Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, pada Jumat, 14 Juni 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Pergabi, Bapak Sukiman, S.Ag., M.Pd.B., dengan tujuan untuk membentuk Pengurus …
padamutisarana
30 Mei 2024
Berdasarkan Permendikbudristek No. 56/M/2022, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah kegiatan kokurikuler berbasis projek yag dirancang guna menguatkan pencapaian kompetensi dan karakter profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Projek ini merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka, yang bertujuan untuk menciptakan lulusan siswa-siswa Indonesia yang tergambar sebagai profil Pelajar Pancasila. Dalam upaya membentuk Profil …
padamutisarana
30 Mei 2024
Batam, Tisarana.net – Rabu, 29 Mei 2024 Perkumpulan Guru Agama Buddha Indonesia (PERGABI) resmi terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Kepengurusan PERGABI Kepri untuk masa bakti 2024-2027 dibentuk melalui Musyawarah Daerah I (Musda I) PERGABI Kepri yang berlangsung di BIZ Hotel, Batam. Acara tersebut juga menjadi momen penting untuk pelantikan ketua baru. Dalam sambutannya, Edy …
10 Feb 2018 8.996 views
Kalyanamitta berasal dari kata Kalyana yang artinya baik atau bagus dan Mitta yang artinya teman. Jadi Kalyanamitta berarti teman yang baik atau bagus yang dapat menjadikan diri kita selalu waspada dalam menempuh kehidupan dunia dan setelah meninggal. Terdapat empat macam sahabat yang dipandang berhati tulus ( suhada ) : yaitu A. sahabat penolong ( upakaro …
21 Feb 2016 8.880 views
Ada dua orang yang tidak terbalas jasa-jasa nya siapakah mereka ? AYAH dan IBU-mu. Barang siapa dapat mendorong orangtua-Nya menjadi berkeyakinan, berkebajikan, murah hati, bijaksana, dengan berbuat begitu, orang ini telah membalas, bahkan ia telah berbuat lebih dari pada sekedar membalas jasa-jasa orangtua-NYA. ( Anguttara Nikaya 161 ) Pada kesempatan ini saya ingin mengajak para DERMAWAN yang bisa …
30 Nov 2015 8.629 views
Agama Buddha yang oleh umat Buddha dikenal sebagai Buddha Dhamma, bersumber pada kesunyataan yang diungkapkan oleh Sang Buddha Gotama lebih dari dua ribu lima ratus tahun yang lalu, yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang, dan oleh karenanya dapat membebaskan manusia dari ketidaktahuan (avijja) dan penderitaan (dukkha). Dalam sejarah perkembangan agama Buddha, telah timbul berbagai …
22 Feb 2016 6.566 views
DOKTRIN KELAHIRAN KEMBALI Apakah ada kehidupan sebelum kelahiran ? Akankah ada kehidupan setelah kematian ? Ini adalah pertanyaan – pertanyaan yang perlu dibicarakan secara serius dan tenang. Pertanyaan – pertanyaan yang memiliki kepentingan filosofis seperti itu harus dipertimbangkan dengan segenap pemikiran manusia secara objektif dan tanpa prasangka, tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadinya. Seseorang mestinya jangan …
28 Jan 2017 5.779 views
Oleh : Y.M. Acharya Buddharakkhita Terdapat berbagai cara dalam latihan metta-bhavana, meditasi cinta kasih universal. Tiga metode dasar akan diuraikan di sini. Petunjuk-petunjuk ini, didasarkan pada sumber-sumber kitab suci dan kitab komentar, ditujukan untuk menjelaskan latihan meditasi metta dalam cara yang jelas, sederhana, dan langsung sehingga setiap orang yang bersungguh-sungguh ingin melaksanakan latihan tidak memiliki …
16 Sep 2018 5.468 views
Sekolah Minggu Remaja Pusdiklat Buddhis Sikkhadama Santibhumi, hari minggu 16 September 2018, di pagi yang cerah para remaja Buddhis berdatangan untuk melaksankan puja terhadap Guru Agung Buddha. Lantunan parita yang baik, terlihat pemimpin puja Aryo dan Anan membaca sesuai dengan tanda baca yang benar. Hal ini merupakan kebanggan bagi remaja Buddhis yang terus dapat turut …
03 Des 2017 4.916 views
“ Anuttaram Punnakhetam Lokassati” Dalam kehidupan manusia didunia ini, terdapat 4 hal yang selalu diinginkan, yaitu : menjadi kaya raya, memperoleh kedudukan yang tinggi, usia panjang, dan mencapai alam kebahagiaan setelah berakhirnya kehidupan di dunia. Secara universal praktek memberi (berdana) dikenal sebagai salah satu keluhuran manusia yang paling mendasar. Terlebih dalam ajaran agama Buddha berdana …
Comments are not available at the moment.