0812 1222 4419 ratanavaro@gmail.com

Hidup Bukanlah Mimpi, Tetapi Mimpi Adalah Bagian Dari Hidup
Oleh : Bhikkhu Sugandho

Kehidupan manusia memang beraneka ragam. Berbagai macam pola hidup mewarnai kehidupan mereka.
Berbagai macam usaha mereka lakukan, semua hanyalah karena adanya dorongan keinginan untuk mewujudkan harapan dan cita-cita. Sehingga karena dorongan keinginan itu sangat kuat, melahirkan angan-angan, khayalan dan lamunan-lamunan dalam pikirannya.
Tanpa mereka sadari gelombang ini masuk ke alam bawah sadar sehingga menjadikan mimpi-mimpi.
Apabila sudah menjadi mimpi akhirnya manusia bertanya, “Apakah mimpi suatu kenyataan atau hanya kembang tidur?”
Tidak sedikit orang beranggapan bila mimpi itu sebagai wangsit atau petunjuk, tentang jalan hidupnya.
Dengan demikian tidak mengherankan kalau ada orang yang menggunakan mimpi sebagai sarana untuk memacukan atau menentukan jalan hidupnya dengan cara meramalkan mimpi-mimpi yang mereka alami.

Sebenarnya mimpi itu tidaklah selalu dapat diramalkan, karena mimpi itu banyak sebabnya.
Kalau ada mimpi yang hanya sebagai kembang tidur saja tentu tidak perlu diramalkan, karena itu hanya membuang waktu dan kesempatan dalam berusaha mencapai titik terang dari harapan dan cita-cita.
Mimpi itu merupakan dua fenomena yang berbeda, antara kenyataan dan khayalan.
Mimpi adalah tanda yang datang melintasi jalur pikiran.
Sebab-sebab mimpi itu ada beberapa, seperti yang disampaikan Y. A. Nagasena kepada Raja Milinda, demikian : mimpi bisa terjadi oleh karena beberapa sebab , yaitu karena dipengaruhi oleh angin, oleh empedu, oleh lendir ( karena sedang sakit), oleh kebiasaannya sendiri (sewaktu sadar/sebelum tidur), dan oleh karena ada pertanda.
Apabila seseorang bermimpi karena disebabkan oleh sebab pertama sampai dengan kelima tidak dapat diramalkan karena semua itu tidakkah benar.
Tetapi apabila ada orang yang bermimpi karena disebabkan adanya pertanda, apakah itu datang dari dewa maupun makhluk lainnya, adalah yang benar dan dapat diramalkan sebagai kenyataan yang akan dan yang sudah terjadi.

Ada sebuah cerita dimana mimpi dapat diramalkan. Di dalam Mahasupina Jataka diceritakan bahwa, Raja Kosala pada suatu malam dalam tidurnya bermimpi tentang enam belas kejadian yang membuat raja menjadi ketakutan setelah terjadinya mimpi tersebut.
Kemudian karena dicekam rasa ketakutan yang luar biasa membuat raja gelisah dan bertanya kepada para brahmana tentang mimpi-mimpi yang raja telah alami semalam.
Setelah Raja menceritakan mimpi-mimpinya, para brahmana ini mengatakan bahwa akan terjadi satu dari tiga bencana besar, akan menghancurkan kerajaan, kehidupan raja atau kekayaannya.
Kemudian para brahmana ini memberitahu raja agar raja melakukan upacara korban besar-besaran untuk menghindari mara bahaya yang akan terjadi tersebut. Raja mengikuti nasehat tersebut dan kemudian segera diperintahkan kepada para brahmana untuk segera mempersiapkan upacara korban. Pada waktu itu ada satu perlengkapan yang masih kurang sehingga para brahmana kembali menghadap kepada raja.
Pada waktu para brahmana menghadap, permaisuri melihat hal itu.
Kemudian bertanyalah permaisuri tentang apa yang akan mereka lakukan.
Raja menceritakan kegelisahan dan ketakutannya yang disebabkan oleh mimpi yang baru dialaminya.
Dan raja ingin mengusir rasa takut tersebut dengan mengadakan upacara korban. Di sini permaisuri meminta kepada raja agar meminta nasehat terlebih dahulu kepada Sang Buddha tentang mimpi yang dialaminya.
Raja mengikuti nasehat tersebut

Pada waktu raja bertemu dengan Sang Raja Dhamma, raja menceritakan kejadian dalam mimpinya.
Kemudian Sang Buddha meramalkan bahwa kejadian dalam mimpi raja memang akan terjadi suatu bencana, tetapi baru akan terjadi pada masa yang akan datang
Oleh karena itu Sang Buddha memberikan nasehat kepada raja tidak perlu takut dan cemas karena hal itu baru akan terjadi pada masa manusia sudah tidak mengenal Dhamma dari Sang Buddha. Dan yang lebih penting sekarang adalah memupuk kebajikan memperdalam pengetahuan Dhamma untuk mengantisipasi terjadinya bencana itu pada masa sekarang.

Cerita-cerita mimpi yang bisa menjadi kenyataan dalam kehidupan ini sering terjadi, apabila memang mimpi disebabkan oleh adanya pertanda.
Di Jawa ada kepercayaan adat yang mengatakan apabila seseorang bermimpi giginya tanggal atau bermimpi buah kelapa yang dimilikinya jatuh, adalah suatu pertanda bahwa salah satu dari anggota keluarga atau sanak keluarganya meninggal.
Dan masih ada lagi cerita-cerita lain yang dapat menimbulkan kejadian yang menyedihkan maupun membahagiakan

Akan tetapi yang lebih penting bagi kita adalah mencermati hidup ini dengan penuh semangat berusaha dan berjuang untuk mewujudkan harapan dan cita-cita kita. Kita harus sadar sebenarnya hidup ini bukanlah kehidupan di alam mimpi.
Dan juga tidak perlu kiranya kita bermimpi tentang hidup ini. Karena hidup ini adalah suatu kenyataan maka kita tidak perlu berangan-angan dan bermimpi tentang bagaimana jalan hidup ini.
Kemajuan dan kesuksesan seseorang bukan disebabkan oleh karena mimpi yang di alami dan diramalkan, tetapi karena usaha dan ketekunannya.
Jadi dengan demikian sikap kita apabila bermimpi tidak perlu lagi mencari tukang ramal untuk menunjukkan jalan hidup kita semua dengan mimpi-mimpi yang kita alami

Tetapi marilah kita mengerti bahwa hidup seseorang baik atau buruk ditentukan oleh hasil perbuatannya sesuai dengan hukum kamma.
Kalau misalnya sudah melakukan perbuatan baik juga jangan bermimpi untuk selalu dapat hidup bahagia, demikian juga bila telah melakukan tindakan salah jangan putus asa untuk memperbaiki karena segala sesuatu itu tidak ada yang kekal dan akan selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisinya saat ini.

Sekarang kita mulai mengerti bahwa mimpi bukanlah sesuatu yang selalu dapat diharapkan untuk menentukan jalan hidup kita, karena kebenarannya masih dipertanyakan sesuai dengan sebab-sebab munculnya mimpi tersebut.
Yang jelas hidup ini bukanlah mimpi, tetapi mimpi adalah bagian dari kehidupan ini.

Intermezo
Dhammacakka No.18/Tahun VI/2000

Sumber : https://web.facebook.com/TS2C2/posts/1845469962251977?__tn__=K-R