0812 1222 4419 ratanavaro@gmail.com


Renungan Harian Agama Buddha
Oleh : Ven. Shravasti Dhammika


Seorang awam mengalami perasaan menyenangkan, menyakitkan, dan netral. dan demikian pula dengan siswa utama yang telah mendapatkan petunjuk. Jadi, apakah yang menjadi pemisah, pembagi, dan perbedaan diantara mereka?

Bila seorang awam tersentuh oleh suatu perasaan menyakitkan, la gelisah dan bersedih hati, meratap. memukuli dadanya, menangis, dan putus asa.  Oleh karena itu, ia mengalami suatu perasaan jasmaniah dan suatu perasaan batiniah.

Ia bagaikan seorang yang terluka oleh sebatang anak panah. Dan setelah luka yang pertama, la terkena oleh anak panah yang kedua.
la akan mengalami perasaan-perasaan yang disebabkan oleh kedua anak panah itu. Dan demikianlah dengan seorang awam. Setelah tersentuh oleh suatu perasaan menyakitkan. la terus menolak dan kesal terhadapnya, dan dengan begitu suatu kecenderungan yang kuat dari penolakan dan kekesalan timbul.

Di bawah pengaruh perasaan menyakitkan ltu, Ia lalu beralih menikmati  kesenangan hawa nafsu. Dan mengapa la berbuat begitu? Karena seorang awam tidak mengetahui cara pelepasan lain dari perasaan menyakitkan kecuali dengan menikmati kesenangan hawa nafsu. Lalu dalam menikmati kesenangan hawa nafsu, suatu kecenderungan yang kuat untuk menikmati perasaan menyenangkan timbul.
Ia tidak mengetahui sebagaimana adanya muncul dan lenyapnya perasaan-perasaan itu, pemuasannya, bahayanya, atau pelepasan darinya.


Dalam kekurangan pengetahuan ini,  kecenderungan yang kuat terhadap ketidaktahuan tentang perasaan netral timbul. Maka apakah ia merasakan suatu perasaan menyenangkan, menyakitkan, atau pun netral, la merasakannya seperti seorang yang terbelenggu oleh perasaan tersebut.

Ia terbelenggu oleh kelahiran, usia tua dan kematian, oleh penderitaan, keluh kesah, sakit, kesedihan, dan keputusasaan.  Aku (Tathagata) nyatakan bahwa ia terbelenggu oleh penderitaan.

Namun bila siswa utama yang telah mendapatkan petunjuk tersentuh oleh suatu perasaan menyakitkan, la tidak gelisah, bersedih hati, atau mengeluh.  la tidak memukuli dadanya atau menangis, tidak juga putus asa. Hanya satu jenis perasaan yang dialaminya, suatu perasaan jasmaniah dan bukan perasaan batiniah.

la bagaikan seorang yang terluka oleh sebatang anak panah tetapi tidak terkena oleh anak panah lain yang mengikuti anak panah pertama. Dan demikianlah dengan siswa utama yang telah mendapatkan petunjuk.

Setelah tersentuh oleh perasaan menyakitkan ltu. la tidak menolak atau pun kesal terhadapnya, dan dengan begitu tidak ada kecenderungan yang kuat terhadap penolakan atau kekesalan timbul. Oleh karena itu sebagai akibat dari perasaan menyakitkan, ia tidak beralih untuk menikmati kesenangan hawa nafsu.

Dan mengapa tidak? Karena ia mengetahui suatu pelepasan dari perasaan menyakitkan selain dengan menikmati kesenangan hawa nafsu.
Lalu dengan tidak menikmati kesenangan hawa nafsu, kecenderungan yang kuat untuk menikmati perasaan menyenangkan tidak timbul.
Ia mengetahui sebagaimana adanya muncul dan lenyapnya perasaan-perasaan itu, pemuasannya, bahayanya, dan pelepasan darinya.

Dengan mengetahui ini, kecenderungan yang kuat terhadap ketidaktahuan tentang perasaan netral tidak timbul. Jadi apakah ia merasakan suatu perasaan menyenangkan, menyakitkan, atau pun netral, ia merasakannya seperti seorang yang terbebas darinya.

Ia terbebas dari kelahiran, usia tua, dan kematian, dari penderitaan, keluh kesah, sakit, kesedihan, dan keputusasaan.  Aku (Tathagata) nyatakan bahwa ia terbebas dari penderitaan.

~ Samyutta Nikaya IV 207 ~

Buddha Wacana
Penerbit Karaniya

 

Sumber : https://www.facebook.com/TS2C2/