0812 1222 4419 ratanavaro@gmail.com

kekayaan sejati share by tisarana media informasi umat buddha indonesia
Artikel Kiriman dari : NANDA LIM

Karena sekarang ini masih dalam perayaan hari raya tahun baru China maka saya akan membahas topik tentang kekayaan. Karena saya rasa semua pasti menyenangi topik ini. Biasanya ketika bertemu di tahun baru China maka kita akan saling mengucapkan kata semoga berbahagia dan selamat tahun baru China, semoga semua urusan berjalan lancar, semoga tahun ini mendapatkan kesuksesan.
Kalau kita perhatikan di Negara yang banyak imigran dari negara China seperti Amerika, Singapore, Malaysia, Indonesia, Australia dll. Maka kita akan mendapatkan kesimpulan secara umum bahwa orang China kebanyakan berkecukupan dalam segi materi/harta kekayaan tetapi maksud saya bukan semua orang China. Karena Orang China juga ada yang miskin.
Kenapa ada gejala seperti itu? Maka kita akan perhatikan kecenderungan mereka Ketika tahun baru China tiba mereka saling berbagi angpao(amplop merah berisi uang) kepada sanak famili mereka, ke panti asuhan, ke panti jompo dll. Walaupun mereka tidak meminta kekayaan ketika mereka membagi angpao(amplop merah berisi uang) tetapi mereka sudah menanam sebab yang benar untuk mendapatkan akibatnya yaitu harta kekayaan.
Dan juga kebanyakan orang China mungkin sudah secara alami mempunyai impian untuk menjadi orang kaya(maksud saya bukan bangsa lain bukan tidak mau menjadi kaya). Tetapi tradisi kita yang berasal dari negara lain lalu pergi merantau ke negara orang lain membuat pola pikir kita agak berbeda dengan yang lain.
Ketika nenek moyang kita pergi merantau untuk pertama kalinya mereka pun tidak membawa harta yang banyak mungkin hanya dengan modal pas-pasan. Tetapi mereka punya kelebihan mereka mau berusaha keras dan di dalam pikiran mereka mereka selalu berpikir untuk mau menjadi kaya. Karena ketika kita berpikir untuk menjadi kaya maka batin kita cenderung mengarah ke sana. Maksud saya mereka tahu bila ingin sukses maka harus bekerja keras dan mereka juga hanya bisa mengandalkan diri mereka sendiri karena berada di Negeri orang lain. Dan mereka juga ada membuat sebab yang benar untuk menjadi kaya yaitu dengan berderma baik kepada sanak keluarga, pengemis, ke panti jompo, ke Panti Asuhan maka ini adalah hal yang wajar terjadi.
Tetapi ada 1 hal yang kita mesti belajar dari saudara kita orang Thailand . Yaitu mereka biasa meminta maaf kepada orang tua mereka sambil bersimpuh lutut di kaki orang tua mereka. Dan juga ketika peringatan hari Guru mereka juga meminta maaf kepada Guru mereka sambil bersimpuh lutut. Tradisi kita dari jaman dahulu yang berasal dari Konfusien mungkin ada ajaran seperti ini. Tetapi di jaman sekarang ini kita jarang melihat masih ada orang yang mempraktekkannya(mungkin masih ada tetapi jumlah mereka saya rasa sedikit).
Apa kebaikan dari meminta maaf dari orang tua dan Guru kita. Karena kita sebagai umat Buddha kita mengetahui bahwa ada 5 kamma buruk yang berat yang bila dilakukan akan menyebabkan kita setelah meninggal akan langsung pergi ke neraka Avici yaitu:
1. Membunuh ibu
2. Membunuh ayah
3. Membunuh seorang Arahat
4. Melukai Sang Buddha hingga mengeluarkan darah
5. Memecah belah Sangha.
Maksud saya 5 kamma berat tadi bila dilakukan akan membawa kita langsung ke neraka bila kita meninggal. Tetapi jika kita melakukan 5 hal kebalikannya maka setelah meninggal kita akan pergi ke alam surga.
5 kamma baik yang berat Seperti menghormati dan merawat ke 2 orang tua kita, berderma kepada seorang Arahat( hal ini mungkin tidak mudah dilakukan karena seorang Arahat tidak pernah mengumumkannya dirinya bahwa dirinya seorang Arahat kita juga tidak bisa mengetahui seorang Arahat seperti apa). Memang sang Buddha telah parinibbāna jadi kita tidak bisa menghormati dan melayani beliau secara langsung.
Tetapi kita bisa menghormati dan melayani beliau dengan cara membayangkan beliau benar-benar hadir di depan kita. Seperti kisah yang terjadi di Myanmar. Kisahnya seperti ini pada suatu waktu ada satu Bhikkhu Myanmar(Bhante senior) beliau masuk Rumah Sakit. Ketika itu beliau sedang dalam keadaan koma dan batin beliau pergi ke surga. Dan ketika itu Beliau mau memasuki sebuah istana surga Beliau dihadang masuk oleh Dewi yang menjaga istana itu. Dan Dewi itu berkata kepada Beliau bahwa waktu beliau belum sampai(beliau belum waktunya meninggal) dan Dewi itu menyuruh beliau balik kembali ke alam manusia. Tetapi beliau penasaran dengan istana surga itu lalu beliau bertanya kepada Dewi penjaga istana itu. Tentang siapa pemilik Istana Surga itu lalu Dewi itu memberitahu bahwa Istana surga itu milik seorang Nenek tua yang masih di alam manusia dan Dewi itu juga memberitahu nama beserta alamat rumahnya.
Kemudian setelah siuman dari koma Bhante senior ini dapat mengingat dengan jelas nama dan alamat Nenek tua itu. Kemudian setelah Bhante senior itu sudah keluar dari Rumah Sakit Beliau lalu pergi mencari rumah Nenek tua itu. Kemudian setelah sudah sampai dirumah Nenek tua itu. Bhante itu memanggil nama Nenek itu kemudian yang keluar adalah seorang anak kecil. Lalu Bhante itu menanyai alamat beserta nama pemilik rumah itu kepada anak kecil itu. Kemudian anak kecil itu memanggil Neneknya keluar.
Kemudian ketika Nenek itu keluar Nenek itu terkejut. Karena Nenek itu sangat miskin ketika nenek itu melihat Bhante senior dia langsung berkata bahwa dia sangat miskin bahwa dia tidak ada apapun yang bisa didermakan ke Bhante senior itu. Tetapi Bhante senior itu berkata bahwa kunjungan beliau bukan untuk meminta makanan. Tetapi untuk menanyakan beberapa hal kepada Nenek itu. Lalu Bhante itu bertanya kepada Nenek tua itu tentang perbuatan baik apa yang dilakukannya selama ini. Nenek itu menjawab bahwa dia sangat miskin jadi dia tidak merasa ada melakukan hal baik apapun. Lalu Bhante senior itu menanyakan apa kebiasaan yang biasa dia lakukannya setiap hari . Lalu Nenek tua itu menjawab bahwa sebelum dia makan. Maka makanan itu dia dermakan dahulu kepada Sang Buddha(foto Sang Buddha/ rupang Sang Buddha) lalu beliau juga mengipasi Sang Buddha(seakan akan Sang Buddha berada disana) . Kemudian setelah kira-kira 1 jam kemudian baru Nenek itu meminta ijin untuk mengambilnya dan kemudian Nenek itu sendiri yang memakannya.
Berdasarkan kisah diatas kita masih bisa berderma kepada Sang Buddha. Tetapi kita harus membayangkan kalau kita sedang berderma secara langsung kepada Sang Buddha dan juga dengan sikap yang hormat dan tulus. Seperti yang Nenek itu lakukan. Biar Nenek itu masih di alam manusia tetapi istana surganya sudah ada karena Nenek itu melakukannya setiap hari dan ini menjadi kamma kebiasaan Nenek itu.
Dan yang terakhir mempersatukan Sangha. Maksud saya kalau sebagian dari 5 jasa besar ini bisa kita lakukan maka secara alami maka kita juga akan mempunyai Banyak keuntungan baik di kehidupan ini maupun kehidupan yang akan datang. Karena kita mengetahui dari hukum sebab akibat jika kita menanam sebab rendah hati maka akibat nya kita akan terlahir dengan status yang tinggi.
Kita sebagai bangsa yang minoritas(keturunan China) sering didiskriminasikan padahal kita lahir dan besar di negara ini seharusnya kita mendapatkan hak yang sama dengan yang lain.Kenapa saya membahas masalah ini? Karena saya pikir ini ada hubungannya dengan tradisi bangsa Thailand. Yaitu tradisi meminta maaf kepada orang tua dan Guru mereka sambil bersimpuh lutut . Kita bisa mengetahui lewat sejarah bahwa negara Thailand lebih jarang dijajah Negara lain dibandingkan dengan kita (Negara Indonesia). Jika kita ikut mempraktekan tradisi bangsa Thailand. Mungkin kelak generasi kita(keturunan China) yang mendatang bisa mendapatkan pengaruh di pemerintahan dan mendapatkan hak yang sama dengan yang lain.
Karena Sang Buddha juga menjelaskan dalam sutta yaitu:“Para bhikkhu, dengan berperilaku baik terhadap dua individu,orang bijaksana, yang kompeten, dan baik mempertahankan dirinya dalam kondisi tidak celaka dan tidak terluka; ia tanpa cela dan diluar celaan oleh para bijaksana; dan ia menghasilkan banyak jasa.Siapakah dua ini? Ibu dan ayahnya. Dengan berperilaku baikterhadap kedua individu ini, orang bijaksana, yang kompeten, dan baik mempertahankan dirinya dalam kondisi tidak celaka dan tidak terluka; ia tanpa cela dan di luar celaan oleh para bijaksana; dan ia menghasilkan banyak jasa.
Saya tidak bermaksud mengatakan kita jadi berprilaku buruk terhadap ke 2 orang tua kita jika kita tidak meminta maaf kepada ke 2 orang tua kita. Tetapi yang saya maksud kita bisa meniru dari tradisi Bangsa Thailand yang terbiasa meminta maaf kepada ke 2 orang tua dan guru . Karena ini hanya akan membawa kita ke arah pertumbuhan.
Saudara kita orang Muslim mereka hanya mempunyai kesempatan membuat 2 jasa besar saja yaitu menghormati dan melayani ke 2 orang tua mereka. Dan disaat perayaan hari raya Idul fitri mereka juga mempunyai tradisi meminta maaf kepada ke 2 orang tea mereka. Kita mempunyai kesempatan membuat jasa besar lebih banyak dibanding dengan mereka. Jika kita bisa melakukannya dengan baik juga maka kelak Buddha Sasana juga akan bertahan lebih lama. Karena Sangha bisa bertahan karena didukung oleh para perumah tangga.
Tetapi untuk bisa memulai praktek meminta maaf dengan cara bersimpuh lutut di ke dua kaki orang tua kita. Juga tidak mudah. Karena jika orang tua kita tidak mempunyai pemahaman Dhamma yang baik jika kita mau meminta maaf sambil bersujud di ke dua kaki mereka. Maka biasanya mereka juga akan menolak dengan berkata bahwa mereka belum meninggal jadi jangan disembah-sembah. Tetapi jika menjelaskan apa manfaatnya dan kita juga mengajak belajar Dhamma bersama(bagi orang tua yang belum mengenal Dhamma) maka lambat laun mereka juga akan menerimanya. Karena jika orang tua kita sudah mengenal Dhamma maka kemungkinan besar mereka tidak akan menolaknya. Mungkin bisa kita mulai pada saat perayaan hari tahun baru China. Dimulai dari satu tahun satu kali. Dan ketika peringatan hari Guru kita bisa memberi hadiah kepada Guru dan meminta maaf kepada mereka.
Tadi saya membahas tentang menghormati orang tua dan Guru. Sekarang saya akan kembali lagi ke topik utama kita yaitu harta kekayaan. Tetapi harta kekayaan materi mempunyai 5 musuh yaitu api(bencana kebakaran), air(banjir), disita /didenda Pemerintah, pencuri, pewaris yang tidak baik(karena berteman dengan teman yang jahat) .
Akan tetapi ada 7 harta kekayaan yang tidak dapat diambil oleh api(bencana kebakaran), air(banjir), disita /didenda Pemerintah, pencuri, pewaris yang tidak baik(karena berteman dengan teman yang jahat). Apakah tujuh harta kekayaan itu? Kekayaan keyakinan, kekayaan perilaku bermoral, kekayaan rasa malu, kekayaan rasa takut, kekayaan pembelajaran, kekayaan kedermawanan, dan kekayaan kebijaksanaan.
Dan apakah yang disebut 1. kekayaan keyakinan? Yang berarti kita memiliki keyakinan kepada 9 kualitas Sang Buddha yaitu: Beliau adalah Mahasuci(beliau tidak mempunyai kekotoran batin lagi/dimana pun Beliau berada walaupun ditempat yang tersembunyi beliau tidak bisa berbuat jahat lagi baik melalui ucapan, pikiran dan perbuatan), Beliau telah Mencapai Penerangan Sempurna dengan usaha Beliau sendiri, Sempurna Pengetahuan dan Tindak-tanduk Beliau, Beliau telah Sempurna menempuh Jalan ke Nibbāna, Beliau Pengenal Semua Alam, Beliau adalah Pembimbing Manusia yang Tiada Taranya, Beliau adalah Guru para Dewa dan Manusia, Beliau telah Tercerahkan, Beliau adalah Yang Terbekahi.
Kekayaan keyakinan kepada 6 kualitas Dhamma yaitu: Dhamma telah dibabarkan oleh Sang Bhagavā dengan baik , dapat dilihat disini dan sekarang, tidak ada penundaan (tidak lapuk oleh waktu), mengundang untuk diperiksa, menuntun ke arah kemajuan, dan dapat dialami langsung oleh para Bijaksana.

Kekayaan keyakinan kepada 9 kualitas Sangha yaitu:
Sangha siswa Sang Bhagava telah memasuki jalan yang baik, Sangha siswa Sang Bhagava telah memasuki jalan yang lurus, Sangha siswa Sang Bhagava telah memasuki jalan yang benar, Sangha siswa Sang Bhagava telah memasuki jalan yang pantas, maksudnya adalah Empat pasang Manusia, yaitu Delapan Orang suci; Sangha siswa Sang Bhagava ini pantas menerima pemberian, pantas menerima keramah-tamahan, pantas menerima persembahan, pantas menerima penghormatan yang tinggi, sebagai lapangan untuk menanam jasa yang tiada bandingnya di dunia ini. Ini disebut Kekayaan Keyakinan.
Dan apakah yang disebut 2.kekayaan perilaku bermoral? Di sini, seorang siswa mulia menghindari membunuh, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari hubungan seksual yang salah,menghindari berbohong, menghindari minuman keras, anggur, dan minuman memabukkan, yang menjadi landasan bagi kelengahan. Ini disebut kekayaan perilaku bermoral.
Dan apakah yang disebut 3. kekayaan rasa malu? Di sini, seorang siswa mulia memiliki rasa malu; ia malu terhadap perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran; ia malu dalam memperoleh kualitas kualitas tidak bermanfaat yang buruk. Ini disebut kekuatan rasa malu.
Dan apakah yang disebut 4. kekayaan rasa takut? Di sini, seorang siswa mulia memiliki rasa takut terhadap perbuatan salah; ia takut terhadap perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran; ia takut dalam memperoleh kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang buruk. Ini disebut kekayaan rasa takut.
Dan apakah yang disebut 5.kekayaan pembelajaran? Di sini, seorang siswa mulia telah banyak belajar, mengingat apa yang telah ia pelajari, dan mengumpulkan apa yang telah ia pelajari. Ajaran ajaran itu yang baik di awal, baik di tengah, dan baik di akhir, dengan kata-kata dan makna yang benar, yang mengungkapkan kehidupan spiritual yang lengkap dan murni sempurna – ajaran ajaran demikian telah banyak ia pelajari, diingat, dilafalkan secara lisan, diselidiki dengan pikiran, dan ditembus dengan baik melalui pandangan. Ini disebut kekayaan pembelajaran.

Dan apakah yang disebut 6. kekayaan kedermawanan? Di sini, seorang siswa mulia berdiam di rumah dengan pikiran yang hampa dari noda kekikiran, dermawan dengan bebas, bertangan terbuka, bersenang dalam melepas, menekuni derma, bersenang dalam memberi dan berbagi. Ini disebut kekayaan kedermawanan.

Dan apakah yang disebut 7.kekayaan kebijaksanaan? Di sini, seorang siswa mulia adalah bijaksana; ia memiliki kebijaksanaan yang melihat muncul dan lenyapnya, yang mulia dan menembus dan mengarah mengarahmenuju kehancuran penderitaan sepenuhnya. Ini disebut kekayaan kebijaksanaan.
Jika seseorang telah memiliki ketujuh jenis kekayaan ini,apakah perempuan atau laki-laki,
mereka mengatakan bahwa ia tidak miskin,bahwa hidupnya tidak dijalani dengan sia-sia.
Oleh karena itu seorang yang cerdas,mengingat ajaran Sang Buddha,harus bertekad pada keyakinan dan perilaku bermoral,kepercayaan-diri dan penglihatan Dhamma.
Ini adalah 7 jenis harta kekayaan yang mesti kita kumpulkan. Kita bisa melakukannya semampu kita. Karena hanya Para Ariya(Siswa suci) yang memilikinya secara sempurna.
Semoga kita semua bisa terus mengumpulkan 7 harta kekayaan sejati ini hingga mereliasasikan Ariya Magga(jalan kesucian).

Sādhu Sādhu Sādhu!!!